Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) selama 11 bulan terakhir menjadi momentum percepatan dan hilirisasi produk inovasi nasional. Oleh karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) merespons cepat penetapan Covid-19 sebagai pandemi global melalui pembentukan Konsorsium Riset dan Inovasi, demi percepatan penanggulangan pandemi Covid-19.
Pembentukan Konsorsium Covid-19 bertujuan mensinergikan riset dan inovasi berbagai lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap), seperti Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK), perguruan tinggi, perusahaan swasta, dan BUMN.
Dalam waktu tiga bulan--sejak Indonesia dinyatakan wilayah pandemi Covid-19, Maret 2020-- konsorsium ini menghasilkan sedikitnya 60 produk inovatif, guna menanggulangi pandemi Covid-19 dan telah diluncurkan pada Hari Kebangkitan Nasional Mei 2020 oleh Presiden RI Joko Widodo.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kolaborasi academy, business, and government (ABG) atau kerap disebut triple helix, untuk menghasilkan produk riset dan inovasi dinilai belum optimal dalam mendukung industri nasional, ketahanan sosial ekonomi masyarakat, atau berdaya saing di tingkat global.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyebutkan bahwa arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) 2020-2024 akan berfokus pada peningkatan akselerasi ekosistem riset dan inovasi. Lalu peningkatan jumlah dan kualitas belanja litbang, prioritas rencana induk riset nasional (RIRN) yang diharapkan bisa langsung bermanfaat untuk masyarakat serta pengembangan research power house.
"Dalam rangka mewujudkan ekosistem riset dan inovasi, pendekatan triple helix akan tetap menjadi kunci. Tugas pemerintah menjadi fasilitator yang harus mendekatkan dunia akademisi dan industri sehingga harapannya hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dapat terwujud," ujar Menteri Bambang.
Pada 2021, Kemenristek/BRIN sendiri mendapatkan pagu alokasi anggaran sebesar Rp2,696 triliun. Anggaran tidak hanya untuk mendukung operasional kementerian, melainkan juga LPNK serta perguruan tinggi.
Adanya Undang-Undang 11/2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) mendorong adanya insentif badan usaha (tax deduction) yang melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap) iptek.
Komersialisasi produk inovasi nasional kian dipermudah dengan adanya preferensi produk inovasi dimasukkan dalam katalog elektronik belanja pemerintah. Adapun dalam tahun ini, Kemenristek/BRIN fokus pada beberapa output strategis, antara lain, prioritas riset nasional (PRN) dengan target 55 flagship (program andalan), penelitian melalui bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) dengan target 1.706 kekayaan intelektual, penelitian kesehatan dan obat dengan target 20 publikasi, program riset dan inovasi industri sebanyak 35 produk, program start up Inovasi Indonesia sebanyak 150 start up.
Target kinerja lainnya, yakni implementasi bakti inovasi yang terdiri dari program Diseminasi Teknologi untuk Masyarakat, Teknologi Inovasi untuk UMKM, Start Up Inovasi Masyarakat, Penguatan Talenta Inovasi Indonesia, dan Desa Berinovasi.
Akselerasi program tersebut diperkuat melalui Rapat Koordinasi Riset dan Inovasi Nasional 2021, yang digelar 27-30 Januari 2021. Tema yang diangkat adalah “Sinkronisasi Program dan Anggaran dalam Pencapaian Target Kinerja tahun 2021”, dengan tujuan menyinergikan dua program yakni PRN serta Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, juga Vaksin Merah Putih. Seluruh pemangku kepentingan riset iptek dilibatkan di forum ini.
Melalui rakornas ini diharapkan dapat dihasilkan rumusan terkait struktur dan format program riset dan inovasi Kemenristek/BRIN, rumusan sinergi mengenai program riset dan inovasi 2021, dan rekomendasi langkah-langkah strategis dalam peningkatan kontribusi program dan anggaran untuk pemulihan ekonomi nasional, substitusi impor, teknologi tepat guna, percepatan penanganan Covid-19, dan penanganan mitigasi bencana.
Di luar penanganan Covid-19, Kemenristek/BRIN juga tetap mewujudkan empat program Superprioritas Riset Nasional untuk mendukung pertahanan keamanan, ketahanan energi, dan pangan. Inovasi ini merupakan bagian dari 55 flagship PRN 2020-2024. Program superprioritas itu adalah produksi pesawat nirawak kombatan PUNA MALE Elang Hitam, katalis Merah Putih, garam industri, dan pesawat angkut N219.
Pesawat nirawak PUNA MALE digarap BPPT bersama Kemenhan sejak 2017. Uji coba purwa rupa PUNA MALE sudah dilakukan beberapa kali sejak 2019. Diharapkan pada Agustus 202 sudah resmi digunakan.
Sedangkan, teknologi katalis Merah Putih di Kilang Pertamina Dumai, Riau, merupakan kerja sama Pertamina dan ITB untuk mengolah bahan bakar nabati (bioenergi) dari kelapa sawit. Produk katalis ini mendukung program biodiesel/solar 100 persen (D-100). Sejak dikembangkan pada 2019, sudah berhasil memproduksi sebanyak 1.000 barel. Teknologi ini juga dikembangkan di Kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, untuk produk green gasoline/green avtur.
Sebagai upaya mengurangi impor garam industri dan menyerap garam petani, sejak 2019 BPPT menggandeng BUMN PT Garam untuk memproduksi garam industri dengan skala 40 ribu ton per tahun.
Inovasi bidang kedirgantaraan di Indonesia kembali menggeliat dengan diberikannya sertifikasi CASR Part 23 oleh Kementerian Perhubungan kepada Pesawat N219 pada Desember 2020. Pesawat N219 Nurtanio tersebut merupakan hasil pengembangan PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan). Sertifikasi kelaikan keselamatan dan keamanan rancang bangun pesawat tersebut membuat N2019 mulai 2021 siap memasuki tahap komersialisasi.
Semua itu untuk mewujudkan Prioritas Riset Nasional 2017-2045 sebagai ikhtiar kemandirian riset dan inovasi karya anak bangsa. PRN ini fokus pada kedaulatan pangan, ketahanan energi, kesehatan, rekayasa keteknikan, transportasi, maritim, pertahananan keamanan, sosial budaya, pendidikan dan humaniora, serta multidisiplin/lintas sektor (biodiversitas, sumber daya air, lingkungan, dan mitigasi bencana).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari