Indonesia.go.id - BSI, Kekuatan Baru Keuangan Syariat

BSI, Kekuatan Baru Keuangan Syariat

  • Administrator
  • Sabtu, 6 Februari 2021 | 09:11 WIB
PERBANKAN
  Pegawai berjalan di Bank Syariah Indonesia (BSI) usai diresmikan di Jakarta, Senin (1/2/2021). Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Bank Syariah Indonesia (BSI) diharapkan berkontribusi lebih luas dalam pengembangan ekonomi syariat demi kesejahteraan seluruh rakyat.

Bank Syariah Indonesia (BSI) telah resmi berdiri sebagai pemain baru hasil merger dari Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah.

Tentu, pendirian bank syariat perlu disambut dengan rasa optimistis yang besar. Merger tersebut memiliki beberapa alasan tertentu, salah satunya adalah sebagai bagian dari ekosistem pendukung untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariat di dunia.

Harapan yang besar juga diungkapkan Presiden Joko Widodo.  Dalam pidato peresmian BSI di Istana Negara, Senin (1/2/2021), Presiden Jokowi berharap agar lembaga keuangan syariat ini dapat turut berkontribusi lebih luas dalam pengembangan ekonomi syariat demi kesejahteraan seluruh rakyat.

“Perbankan syariat mampu bertahan pada masa pandemi Covid-19. Indikatornya, pertumbuhan kinerjanya lebih unggul ketimbang perbankan konvensional pada tahun lalu,” ujar Presiden Jokowi.

Presiden pun mengingatkan pangsa pasar industri keuangan syariat belum digarap secara optimal, sehingga pasarnya masih kecil atau tertinggal dibandingkan dengan bank konvensional di tanah air. “Kondisi tersebut justru menjadi amunisi bank syariat pada masa mendatang.”

Alasan ini sangat masuk akal mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Namun sayang sekali, peran ekonomi dan keuangan syariat di Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain yang justru populasi muslimnya tidak sebesar Indonesia.

Saat ini, pangsa pasar ekonomi syariat di Indonesia baru mencapai 9,68 persen, sedangkan kontribusi perbankan syariat hanya sekitar 6,81 persen.  Tentu ini sangat ironis sekali mengingat populasi muslim yang mencapai sekitar 229 juta jiwa dari total 270 juta penduduk Indonesia.

Dengan sejumlah indikator itu, sudah selayaknya bangsa ini bisa mengoptimalkan potensi ekonomi dan keuangan syariatnya sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi semakin besar.

Harapan yang sama juga diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir. Menurutnya, keberhasilan terbentuknya merger bank syariat BUMN dengan hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan menjadi energi bagi baru perekonomian Indonesia.

"Kita ingin hasil merger ini bisa membuktikan negara dengan jumlah populasi muslim terbesar ini memiliki kondisi bank yang kuat secara fundamental dan Alhamdulillah ini berjalan dengan baik," kata Erick, dalam siaran persnya, Selasa (2/2/2021).

 

Semua Golongan

Pendirian BSI tentunya didirikan bukan hanya untuk melayani golongan masyarakat muslim, melainkan juga untuk semua golongan masyarakat. Pemberian gelar syariat untuk BSI hanya menunjukkan proses bisnis dan produknya yang memiliki label syariat, tapi siapapun bisa mengakses dan memanfaatkan layanan keuangan berbasis syariat itu.

Yang jelas, bersatunya tiga bank umum syariat BUMN menjadi BSI telah menempatkan bank tersebut masuk ke dalam 10 bank terbesar di Indonesia. Dengan aset sekitar Rp239,56 triliun, merujuk laporan keuangan ketiga bank hasil merger itu, menempatkannya dalam kelompok 10 bank dengan aset terbesar di tanah air selain memiliki kekuatan sebanyak 1.200 kantor cabang.

Merger sudah terjadi. Tugas manajemen BSI di bawah tampuk Dirut Hery Gunardi tentu tidak ringan. Sejumlah tantangan membentang di depan mata. Manajemen BSI dipaksa segera bertransformasi dan menetapkan beberapa strategi mulai dari perbaikan proses bisnis, penguatan manajemen risiko, penguatan sumber daya manusia, hingga penguatan teknologi digital. “BSI diarahkan menjadi bank yang modern sembari setia pada prinsip syariat,” ujar Dirut BSI Hery Gunardi, Senin (1/2/2021).

Namun, yang jelas kapasitas bisnis BSI yang lebih besar pun diharapkan dapat menjadi akselerator bagi pengembangan ekonomi syariat di Indonesia. Upaya meningkatkan pangsa pasar industri jasa keuangan syariat nasional akan dilakukan BSI melalui diversifikasi lini bisnis syariat yang lebih luas, mencakup segmen UMKM, ritel, dan konsumen, serta wholesale dengan produk yang inovatif, serta melakukan pengembangan bisnis internasional seperti global sukuk.

Selain dapat mengembangkan ekosistem ekonomi syariat di tanah air, BSI juga digadang-gadang mengangkat Indonesia menjadi kekuatan baru keuangan syariat dunia. Hal itu pun sejalan visi yang diusung Bank Syariah Indonesia, yakni menjadi salah satu dari 10 bank syariat terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar secara global. Bahkan target itu akan dikejar dalam tempo relatif singkat yakni lima tahun ke depan. Dalam konteks itu, perlu strategi yang terukur dari dari manajemen untuk mengejar target tersebut.

Sejatinya Presiden Joko Widodo sudah memberikan arahan yang jelas bagi BSI untuk melangkah ke depan. Pertama, bank itu harus menjadi lembaga yang universal dengan merangkul semua kalangan nasabah. Kedua, transformasi digital perlu dioptimalkan untuk menjangkau lebih banyak masyarakat. Ketiga, BSI harus dapat menarik minat kaum milenial yang potensial, lantaran jumlahnya banyak.

Keempat, produk dan layanan harus kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan berbagai kalangan. Arahan itu tentu tidak mudah dipenuhi, tetapi juga tidak mustahil. Diperlukan waktu dan dukungan yang kuat dari regulator, serta upaya keras dari korporasi untuk mengeksekusi peta jalan yang telah ditetapkan.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari