Indonesia.go.id - IMF dan Bank Dunia Apresiasi Langkah Pemulihan Ekonomi Indonesia

IMF dan Bank Dunia Apresiasi Langkah Pemulihan Ekonomi Indonesia

  • Administrator
  • Rabu, 27 Juli 2022 | 20:29 WIB
PEMULIHAN EKONOMI
  Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Managing Director of Operations Bank Dunia Axel van Trotsenburg (kiri) saat menerima kunjungan delegasi Bank Dunia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (14/7/2022). SETPRES
Di mata IMF, Indonesia punya tiga nilai positif dari serangkaian kebijakan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kedatangan dua tamu istimewa. Pertama, perwakilan Bank Dunia (World Bank) dan selang beberapa hari kemudian dari Dana Moneter Internasional (IMF). Kedua lembaga ekonomi internasional tersebut sama-sama menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Indonesia di G20 dalam mengatasi krisis global. Termasuk, memberikan penilaian positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup baik di tengah situasi sulit ini.

Presiden RI Jokowi menerima delegasi Bank Dunia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (14/7/2022). Delegasi yang hadir yakni Axel van Trotsenburg selaku Managing Director of Operations, Manuela V Ferro selaku Regional Vice President East Asia and Pacific, serta Satu Kahkonen selaku Country Director Indonesia and Timor-Leste.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, yang turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan, mengatakan bahwa Bank Dunia mengucapkan selamat atas Presidensi G20 Indonesia 2022. Delegasi Bank Dunia juga menaruh banyak harapan pada Indonesia dalam Presidensi G20 kali ini.

Selain itu, Bank Dunia juga memberikan penilaian yang positif atas perkembangan ekonomi Indonesia saat ini. Di antara negara-negara yang sekarang sedang menghadapi situasi yang serba sulit, Indonesia relatif bisa menjaga stabilitas perekonomian dengan menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi pada level sekitar lima persen.

Adapun, IMF juga mengapresiasi penyelenggaraan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting /FMCBG) Negara G20 ketiga di Nusa Dua, Bali, pada Jumat (15/7/2022).

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, saat diterima oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/7/2022). Kristalina didampingi oleh Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh.

Krisis global sebagai dampak pandemi dan diperparah oleh Perang Rusia dan Ukraina membuat banyak negara terjerembab krisis ekonomi. Pertumbuhan melambat, inflasi meningkat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mendampingi Presiden Jokowi mengungkapkan, IMF menyampaikan bahwa situasi inflasi yang melanda berbagai negara telah menyebabkan bank-bank sentral mengeluarkan kebijakan menaikkan suku bunga. Dengan begitu, berbagai negara miskin yang sekarang sudah dalam kondisi sangat rawan akan berada dalam kondisi yang makin sulit, sudah terkena krisis pangan, dan terkena juga kemungkinan krisis keuangan.

“Seperti sekarang ini terjadi di berbagai negara Afrika dan juga bahkan negara seperti Sri Lanka, ini akan menjadi sangat penting karena jangan sampai kemudian kemampuan dunia internasional untuk mencegah krisis menjadi makin lemah dan menyebabkan risiko makin tinggi,” ujar Sri Mulyani.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan harapannya agar negara-negara African Union bisa diundang di G20, karena selama ini G20 tidak pernah memasukkan negara-negara tersebut di dalam pembahasannya secara permanen. Oleh karena itu, pada Presidensi G20 Indonesia ini, Presiden Jokowi berinisiatif untuk mengundang African Union dan diharapkan bisa menjadi keputusan permanen G20.

Di tengah situasi pandemi Covid-19 belum berakhir, ekonomi Indonesia pada pada triwulan I-2022 mampu tumbuh kuat sebesar 5,01 persen (year-on-year/yoy) seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS).  Capaian ini lebih baik dari beberapa negara lainnya, seperti Tiongkok (4,8 persen), Singapura (3,4 persen), Korea Selatan (3,07 persen), Amerika Serikat (4,29 persen), dan Jerman (4,0 persen). Perekonomian global sendiri pada tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,6 persen hingga 4,5 persen.

Sementara itu, berbagai lembaga internasional seperti OECD, World Bank, ADB, dan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran antara 5 persen hingga 5,4 persen. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global. Catatan lainnya adalah neraca perdagangan Indonesia juga mencatat rekor dengan mengalami surplus 26 bulan berturut-turut dan inflasi rata-rata di bawah 5 persen.

Tiga Nilai Positif

Bagaimana IMF melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia? Di mata IMF, Indonesia memiliki tiga nilai positif berkat serangkaian kebijakan yang dilakukan dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. “Indonesia adalah negara yang mulai pulih dari pandemi Covid-19, memiliki posisi yang kuat dengan kebijakan yang kuat, perekonomian yang juga meningkat, dan sistem finansial yang stabil. Ini adalah kabar baik,” kata IMF Senior Resident Representative for Indonesia James P Walsh, saat memberikan Kuliah Umum tentang “Indonesia’s Economic Resilience and Future Challenges” kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan 63 dan 64 di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI, Jakarta, Senin (18/7/2022).

Tiga hal tersebut, menurut Walsh, layak untuk dipertahankan. Namun, kata dia, Indonesia harus ketat dan tetap memperhatikan serta memantau perekonomian negara lain, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.

Dalam jangka panjang, Indonesia juga harus mengejar reformasi struktural, seperti funding priority, penerimaan pajak agar lebih baik, dan juga kebijakan terkait industrialisasi serta langkah-langkah menangani perubahan iklim. Hal ini dilakukan agar kebijakan yang ada konsisten untuk pertumbuhan jangka panjang.

Indonesia memang memiliki sejarah panjang dalam kredibilitas kebijakan. Namun saat ini, Indonesia mampu berada dalam posisi yang sangat baik, serta memiliki serangkaian kebijakan dan lembaga yang membantunya pulih dari pandemi.

Menyangkut perubahan iklim, menurut Walsh, ini merupakan salah satu tantangan global dan diangkat secara konsisten dalam pembahasan G20. Dalam hal ini, IMF memperhatikan kebijakan yang dikeluarkan oleh negara-negara.

Banyak negara yang berpendapat pajak terhadap bahan bakar fosil harusnya ditingkatkan. IMF juga mendukung penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan seperti energi panas bumi, angin, air, dan tidak fokus pada batubara, karena dampaknya luar biasa merugikan lingkungan.

Indonesia cukup diuntungkan karena memiliki cadangan energi panas bumi (geothermal) yang amat besar dan tidak dimiliki negara lain. Oleh karena itu, IMF mendukung pendanaan alternatif bagi pengembangan energi alternatif atau terbarukan yang pada akhirnya juga bisa dinikmati masyarakat tak mampu.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari