Ada cara sederhana yang bisa dilakukan pasien isoman untuk meningkatkan saturasi oksigen. Kementerian Kesehatan menyarankan untuk melakukan teknik proning.
Pengukuran kadar oksigen atau saturasi oksigen bagi tubuh adalah hal yang penting dilakukan bagi pasien Covid-19. Ada dua jenis pengukuran kadar oksigen, yaitu melalui analisa gas darah (AGD), yaitu tes darah yang diambil melalui pembuluh darah arteri atau dikenal dengan istilah SaO2. Ada pula yang menggunakan pulse oxymeter atau dikenal juga sebagai SpO2.
Pulse oxymeter adalah alat cek saturasi oksigen yang cukup praktis dan dianjurkan untuk dipakai terutama oleh pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. Alat ini bekerja untuk memperkirakan jumlah oksigen di dalam darah dengan cara mengirimkan sinar inframerah ke pembuluh darah kapiler. Kadar oksigen dalam darah ditakar dari banyak cahaya yang dipantulkan dari kapiler.
Alat ini memiliki toleransi kesalahan pengukuran sebesar dua persen. Artinya, hasil tes kadar oksigen dalam darah bisa dua persen lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat sebenarnya. Meski begitu, pulse oxymeter tetap sangat berguna untuk melihat kadar oksigen darah. Alat ini juga sering digunakan di rumah sakit untuk menilai fungsi jantung dan pernapasan pasien secara cepat.
Hasil pengukuran pulse oxymeter menunjukkan persentase saturasi oksigen. Hasil kadar oksigen darah normal dan abnormal pada monitor pulse oxymeter adalah sebagai berikut. Kondisi saturasi oksigen normal adalah 95–100 persen. Sedangkan kondisi saturasi oksigen rendah adalah di bawah 95 persen.
Nantinya pengukuran kadar oksigen ini akan berguna untuk mengetahui kondisi saturasi oksigen. Sehingga apabila saturasi rendah bisa segera dilakukan tindakan. Sementara itu, Kementerian Kesehatan dalam akun media sosialnya @KemenkesRI menyebutkan tingkatan saturasi oksigen dimulai dari 95-100 persen yang berarti dalam kondisi baik.
Kemudian 93-94 persen perlu dilakukan tindakan sederhana yaitu berbaring untuk meningkatkan kadar oksigen. Lalu pada kondisi di bawah 92 persen, maka sudah harus dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Dan apabila sudah berada di bawah 80 persen, maka sudah menggunakan ventilator.
Meningkatkan Saturasi Oksigen
Sebetulnya ada cara sederhana yang bisa dilakukan pasien isoman di rumah untuk meningkatkan saturasi oksigen. Kementerian Kesehatan menyarankan untuk melakukan teknik proning. Teknik proning diperlukan bagi pasien isoman yang saturasi oksigennya berada tingkatan 93-94 persen.
Untuk melakukannya, seorang pasien harus dalam posisi berbaring tengkurap. Posisi seperti ini membantu paru-paru mengembang penuh karena jantung ada di dinding dada, sehingga memungkinkan aerasi yang lebih baik. Jika dalam posisi telentang, jantung akan menekan paru-paru, sehingga bagian tertentu di paru-paru tidak dapat mengembang penuh.
Selama melakukan teknik proning, upayakan berada di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Jangan lupa juga untuk menyiapkan 3-4 buah bantal sebagai alat bantu. Teknik ini tidak dianjurkan bagi ibu yang sedang hamil, pasien trombosis vena dalam, orang bertulang paha tidak stabil, orang dengan kondisi jantung berat. Juga tidak dianjurkan dalam kondisi usai makan, berikan waktu setelah 1 jam baru bisa melakukannya.
Berikut ini teknik proning yang dianjurkan bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isoman di rumah.
Posisi 1: Pasien harus berbaring di atas perut dalam waktu 30 menit. Gunakan alas dan bantal di bawah leher, pinggul, dan kaki.
Posisi 2: Pasien harus berbaring ke sisi kanan dalam waktu 30 menit. Gunakan alas dan bantal di bawah leher, pinggul dan dijepit ke kedua kaki.
Posisi 3: Pasien harus berbaring sambil duduk dalam waktu 30 menit. Gunakan penyangga bantal dengan posisi setengah duduk.
Posisi 3: Pasien harus berbaring sambil duduk dalam waktu 30 menit. Gunakan penyangga bantal dengan posisi setengah duduk.
Jika teknik itu sudah sering dilakukan, tapi masih belum bisa meningkatkan saturasi oksigen dalam tubuh setelah mengeceknya dari pulse oxymeter, maka pasien harus segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari