Indonesia.go.id - Ruang Syahdu di Halaman Istana

Ruang Syahdu di Halaman Istana

  • Administrator
  • Senin, 17 Agustus 2020 | 01:09 WIB
HUT RI
  Pekerja memberi hormat saat Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi melalui layar lebar di Kompleks, Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin. (17/8/2020). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Pandemi Covid-19 telah menciptakan ruang virtual bagi belasan ribu masyarakat untuk tetap bersama-sama hadir sebagai peserta upacara bendera secara daring.  

Waktu baru saja beranjak menuju pukul 10.10 WIB tatkala teriakan lantang Muhammad Adzan memecahkan keheningan. "Langkah tegap maju jalan," begitu kata-kata yang meluncur dari mulut siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, usai pembawa acara menyebutkan agenda persiapan pengibaran bendera.

Pemuda kelahiran Kupang, 13 April 2003 itu tak sendiri. Di sebelah kirinya ada Indrian Puspita Rahmadhani. Kedua lengan gadis cantik berjilbab hitam asal Kota Bireun, Aceh itu membawa bendera merah putih yang terlipat rapi.

Tepat di sebelah kiri siswi SMA Negeri 1 Bireun itu ada I Gusti Agung Bagus Kadek Sanggra Wira Adhinata, pelajar SMA Negeri Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali.

Berpakaian seragam serba putih dikombinasi kopiah hitam dan sejenis syal merah putih yang menutupi bagian leher dan dada atas, ketiganya melangkah kompak. Derap langkah sepatu pantofel hitam bersol karet milik ketiga remaja milenial itu menghujam aspal legam dan menghasilkan suara khas yang memecah keheningan pagi.

Adzan, Indri, dan Bagus di pagi yang cerah itu mendapat kepercayaan dari rakyat Indonesia untuk menjadi petugas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) dalam rangka upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun, Senin (17/8/2020).

Ketiganya terus beriringan tegap dengan rentang jarak 1,5 meter dalam ketuk sepatu pantofel sebagai pemandu langkah hingga menuju tiang beton warna putih setinggi 17 meter yang menjadi lokasi dikibarkannya bendera. 

Ada yang berbeda dibandingkan pelaksanaan pengibaran bendera dari tahun-tahun sebelumnya. Ya, kali ini pemerintah memang telah memutuskan untuk mengurangi kehadiran peserta upacara demi mencegah penyebaran Covid-19.

Tidak ada lagi antrian undangan dan masyarakat umum yang ingin memasuki halaman Istana Negara untuk menempati kursi-kursi di bawah deretan tenda yang disediakan di sisi kiri dan kanan dari halaman depan istana.

Begitu pula, tak ada lagi deretan kursi istimewa sejajar dengan anak tangga istana seperti perayaan yang sama tahun-tahun sebelumnya. Lokasi itu kini digantikan dengan rangkaian buket bunga-bunga cantik.

Teras istana hanya diisi oleh 14 orang saja, di antaranya Presiden Joko Widodo selaku inspektur upacara beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Ny Wury Ma'ruf Amin, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI La Nyala Mattalitti, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Idham Azis. Hadir pula Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Menteri Agama Fachrul Razi. 

 

15 Ruang Virtual

Lalu, bagaimana mereka bisa ikut merasakan kesyahduan upacara? Seperti dijelaskan Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, pemerintah telah membuka kesempatan bagi 17.845 undangan dari masyarakat untuk mendaftar secara daring agar tetap bisa mengikuti upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun secara virtual. “Kami siapkan 15 ruang virtual untuk menjadi saksi upacara dengan cara virtual ini,” ujar Heru Budi Hartono.

Di antara 15 ruang virtual yang disiapkan itu terdapat ruang virtual khusus bagi para presiden, wakil presiden terdahulu beserta keluarga proklamator, pejuang, dan veteran.

Ada juga ruang virtual khusus bagi para menteri, wakil menteri, dan kepala lembaga, duta besar negara-negara sahabat, dan anggota-anggota MPR, DPR, dan DPD RI.

Berikutnya adalah ruang virtual khusus bagi para gubernur, wali kota, dan bupati. “Terdapat 3.000 undangan VVIP yang tergabung dalam ruang khusus. Belum lagi 17.845 undangan masyarakat termasuk dari beberapa negara. Sehingga ada lebih dari 20.000 undangan yang menyaksikan upacara dari ruang virtual,” kata Heru.

Terciptanya 15 ruang virtual untuk menyaksikan upacara peringatan kemerdekaan dengan peserta mencapai lebih dari 20.000 orang ini mengundang perhatian Jaya Suprana, pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Pengusaha jamu nasional ini memberikan penghargaan kepada Kantor Sekretariat Presiden atas upaya menghadirkan upacara bendera secara daring (online) yang diikuti oleh peserta terbanyak.

“Ini bukan sekadar rekor Indonesia tapi rekor dunia karena belum pernah ada upacara kemerdekaan di manapun di negara lain yang diselenggarakan secara daring dan ini merupakan yang pertama,” kata Jaya Suprana.

 

Protokol Kesehatan Ketat

Perubahan besar juga terjadi pada pelaksanaan pengibaran bendera. Tidak ada lagi iring-iringan Pasukan 17, Pasukan 8, dan Pasukan 45 yang terdiri dari prajurit Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berseragam upacara khas baju merah bercelana panjang putih dan petugas Paskibraka.

Mereka hanya diwakili delapan petugas Paskibraka yang merupakan komponen cadangan Paskibraka saat upacara yang sama di tahun 2019. Biasanya, terdapat 68 petugas Paskibraka yang diseleksi dari 34 provinsi.

Adzan, Indri, dan Bagus kini langsung melangkahkan kaki dari sayap kanan Istana Negara, sebuah bangunan yang telah berdiri kokoh sejak 1796 silam. Indri sebagai pembawa bendera untuk dikibarkan, tidak lagi menerima bendera merah putih langsung dari tangan inspektur upacara, Presiden Joko Widodo, yang berdiri di teras Istana Negara.

Tetapi Indri sudah langsung membawa bendera sejak dari dalam bangunan Istana Negara. Kedua lengan Indri dijadikan alas bendera pengganti baki yang biasanya diberi alas warna kuning dengan logo burung garuda di bagian depannya.

Bukan itu saja. Biasanya pembawa bendera berjumlah dua orang dan semuanya adalah petugas Paskibraka perempuan.  “Pemerintah tidak merekrut pasukan Paskibraka dan memanggil mereka yang tahun lalu menjadi cadangan untuk ditugaskan tahun ini. Kami tetap kedepankan faktor keselamatan mengantisipasi penyebaran Covid-19,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Ni'am Sholeh.

Mereka dibagi menjadi dua bagian, yaitu Tim Sabang yang bertugas mengibarkan bendera di pagi hari dan Tim Merauke bertugas menurunkan bendera pada petang harinya.

Masing-masing tim berjumlah tiga orang, yaitu satu orang membawa bendera dan dua lainnya menjadi pengerek bendera. Masih ada dua lainnya yang dijadikan cadangan.

Tak cukup sampai di situ saja. Prajurit peserta upacara turut diciutkan jumlahnya. Jika sebelumnya sebanyak 100-an prajurit dikerahkan sebagai peserta upacara, tidak untuk tahun ini.

Ketiga matra TNI serta Mabes Polri hanya diwakili oleh masing-masing lima prajurit di lapangan upacara Istana Negara. Sehingga total hanya 20 prajurit TNI dan Polri yang berbaris rapi dengan rentang jarak berdiri antarprajurit mencapai 1,5 meter.

Begitu pula dengan Korps Musik yang beranggotakan 24 prjurit TNI/Polri. Kesan sangat lapang pun tercipta hingga kita bisa leluasa melihat hijaunya rumput halaman muka Istana Negara.

Protokol kesehatan sangat ketat pun diberlakukan. Seluruh peserta upacara wajib mengenakan masker, sebagian berjenis khusus dengan katup di salah satu bagiannya, dan menjaga jarak. Setiap petugas yang dilibatkan dalam upacara sudah harus lolos tes cepat (rapid test) dan tes usap (swab test) yang dilakukan beberapa waktu sebelumnya.

 

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Editor: Firman Hidranto/ Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini