Indonesia.go.id - PKN 2020, Perhelatan Budaya Terbesar di Dunia di Masa Pandemi

PKN 2020, Perhelatan Budaya Terbesar di Dunia di Masa Pandemi

  • Administrator
  • Jumat, 30 Oktober 2020 | 06:03 WIB
PEKAN KEBUDAYAAN NASIONAL
  Lukisan yang berkisah tentang Pangeran Diponegoro. Akan di pamerkan di Galeri Nasional pada Pekan Kebudayaan Nasional. Foto: Antara Foto

Pekan Kebudayaan Nasional 2020 adalah sebuah perhelatan kebudayaan secara daring terbesar di dunia. Sebanyak 4.791 seniman dan pekerja seni akan terlibat, menghadirkan 27 tema konferensi, 93 pergelaran, dan 1.477 karya seni visual dipamerkan.

Denyut nadi kebudayaan nasional harus tetap bergerak. Di tengah situasi pandemi Covid-19 inilah justru ruang ekspresi kebudayaan dimunculkan agar mampu memperkuat rasa, karsa, tubuh manusia, hingga ekonomi masyarakat. Salah satunya wujud untuk menumbuhkan ekspresi kebudayaan bangsa ini, pemerintah Kembali menggelar Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) sebagai simbol dan perlambang budaya Nusantara.

Penggelaran PKN ini sebenarnya bukan pertama kali diadakan, kegiatan itu pernah juga dilakukan tahun lalu. Apa perbedaan Pekan Kebudayaan Nasional 2019 dengan PKN 2020?

Saat 2019, PKN digelar di Kawasan Istora Senayan, Jakarta. Namun, kegiatan kali ini dilaksanakan melalui daring atau online. Pasalnya, kini masih berlangsung wabah pandemi Covid-19. Hal ini sesuai dengan bunyi Taklimat Media Peluncuran Pekan Kebudayaan Nasional 2020 melalui kanal Youtube Kemendikbud RI, Jumat (23/10/2020).

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan bahwa PKN 2020 hadir sebagai pijakan dasar dalam menghadapi pandemi. "Tema Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini secara spesifik adalah ‘Cultural Resiliance’, yang intinya adalah kebudayaan, yang di dalamnya terdapat pengetahuan tradisional, kesenian, dan ragam ekspresi budaya lainnya sebagai basis kita untuk menghadapi masa pandemi ini. Karena di dalam kebudayaan, kita menemukan elemen-elemen yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk memperkuat diri dalam menghadapi situasi saat ini."

Pada penyelenggaraan kedua tahun ini, PKN akan menampilkan empat program dasar yang secara umum dapat disaksikan melalui tayangan daring, yaitu kompetisi, pameran, pergelaran, dan konferensi. Khusus untuk pameran, akan ada dua pameran yang juga dapat disaksikan langsung secara fisik, tentunya terbatas dan dengan protokol Kesehatan, yaitu Pameran Imersif Affandi di Galeri Nasional, Jakarta, dan Pameran Pusaka Pangeran Diponegoro di Museum Nasional, Jakarta.

Pameran Imersif Affandi mengajak pengunjung merasakan pengalaman imersif "memasuki" dunia lukisan Affandi, melalui pilihan karya sang maestro yang disajikan dalam proyeksi gambar bergerak (video mapping projection) dengan iringan musik dan suara.

Disuguhkan pula sejumlah lukisan Affandi koleksi Galeri Nasional Indonesia dalam periode 1940-an hingga 1970-an. Affandi (1907-1990) adalah maestro berpengaruh dalam perkembangan seni rupa modern Indonesia.

Rasa, karsa, dan semangat juang karya-karya Affandi diharapkan menjadi inspirasi di tengah kegalauan di masa pandemi corona. Perhelatan ini dilaksanakan pada 26 Oktober sampai dengan 25 November 2020.

Sedangkan, Pameran “Pamor Sang Pangeran” menampilkan sosok Pangeran Diponegoro dalam bentuk yang kekinian. Kisah kehidupan sang pangeran akan ditampilkan dengan konsep mendongeng (storytelling) dilengkapi dengan teknologi video mapping dan komik manga ala Jepang yang sangat digemari kaum muda.

Sang pangeran juga akan tampil bersama kuda kesayangannya, pusaka hidup bernama Kanjeng Kiai Gentayu dalam bentuk hologram. Juga ditampilkan Film animasi kisah Pangeran Diponegoro sejak penangkapan di Magelang (28 Maret 1830) hingga diasingkan ke Manado (3 Mei 1830) yang berjudul “Diponegoro 1830”.

Dalam pameran ini disajikan pula foto-foto lukisan dan sketsa Diponegoro hasil karya seniman dalam periode 1807 hingga 2019. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah suguhan pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro yang pernah dirampas Belanda, serta Babad Diponegoro (1831-1832) yang merupakan naskah klasik otobiografi sang pangeran yang ditulis pada awal pengasingan di Manado.

Pameran ini adalah gambaran eksplisit semangat juang Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Pada masa pandemi seperti sekarang, pameran ini diharapkan menjadi alternatif hiburan yang edukatif bagi masyarakat Indonesia.

Pagelaran dilakukan di Museum Nasional Jakarta selama 28 Oktober sampai 26 November 2020. Namun, yang jelas sesuai dengan tema utama PKN 2020, yakni “Ruang Bersama Indonesia Bahagia”. Tema ini dipilih karena narasi yang ingin ditekankan adalah penguatan tubuh dalam perspektif kebudayaan.

Di bawah tema ini, PKN 2020 hendak memberikan ruang ekpresi seni dan budaya kepada masyarakat serta sekaligus menggerakkan ekonomi budaya di tengah pandemi Covid-19. Upaya menyelenggarakan ajang ini adalah juga bukti keberpihakan negara kepada seniman dan pekerja seni di dalam keadaan yang penuh kemungkinan baru, penuh kenormalan baru ini.

Setidaknya ada empat program utama di ajang PKN 2020 mencakup kompetisi, konferensi, pameran, dan pergelaran. Mengingat keluasan lingkup kebudayaan Indonesia yang berdenyut hari ini (mulai dari tradisi hingga kontemporer, mulai dari bertujuan religius hingga hiburan waktu senggang) dan kekayaan budaya Indonesia (yang merentang dari Sabang sampai Merauke dari Sangir Talaud hingga Rote).

Boleh dibilang PKN 2020 adalah sebuah perhelatan kebudayaan secara daring terbesar di dunia. Sebanyak 4.791 seniman dan pekerja seni akan terlibat, menghadirkan 27 tema konferensi, dan 93 pergelaran. Lalu ada 1.477 karya seni visual dipamerkan.

Masih ada beberapa agenda budaya lainnya seperti pentas daring World Musik di PKN 2020. Masyarakat dapat mengecek agenda, maupun berpartisipasi dalam kompetisi maupun sekadar menonton melalui laman pkn.id mulai tanggal 31 Oktober--30 November 2020.

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan PKN 2020 ini, mereka tetap harus registrasi. Tujuannya agar peminat PKN bisa mendapatkan jadwal kegiatan itu secara pasti selain faktor kuotanya terbatas.

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini