Indonesia.go.id - Berharap The Doctor Menginap di Bale

Berharap The Doctor Menginap di Bale

  • Administrator
  • Jumat, 29 Januari 2021 | 08:02 WIB
MOTOGP MANDALIKA
  Foto udara bentuk salah satu tikungan lintasan sirkuit saat pengerjaan lapisan atas badan jalan Mandalika MotoGP Street Circuit, di The Mandalika, Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (20/12/2020). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Kapasitas sejumlah fasilitas pendukung ditingkatkan agar pelaksanaan MotoGP  berjalan lancar dan mimpi Valentino Rossi berlaga di Sirkuit Mandalika bisa terwujud.

MotoGP merupakan kejuaraan balap motor tercepat yang paling dikenal di dunia. Cabang olahraga otomotif ini selalu mempunyai daya tarik tersendiri. Bukan hanya melibatkan motor-motor berkapasitas mesin besar yaitu 1.000 cc dan dikemudikan para pembalap dengan skill balap sangat mumpuni, melainkan juga selalu diadakan sepanjang masa sejak 1949. Para pembalap bertarung di sirkuit, sebuah lintasan balap berbalut aspal khusus. Sepanjang satu musim balap, sejak Maret hingga November, ada 20 hingga 21 sirkuit digunakan sebagai lokasi balapan. Sirkuit berlokasi di empat benua minus Afrika.

Tidak hanya laik menjadi arena adu kebut bagi lebih dari 80 pembalap yang terjun di tiga kelas, yakni MotoGP, Moto2, dan Moto3, sebuah sirkuit juga harus mampu menampung penonton dalam jumlah banyak. Sekadar ilustrasi, dalam setiap pagelaran MotoGP di sebuah negara, sirkuit biasanya digunakan untuk tiga hari balapan dan selalu diadakan di akhir pekan.  Jadwalnya, terdiri dari sesi latihan yang dilakukan di hari pertama, diikuti babak kualifikasi keesokan harinya. Puncaknya adalah lomba (race day) diadakan di hari ketiga sebagai hari terakhir.

Pada sesi latihan, biasanya ada sekitar 30 ribu-50 ribu penonton di sirkuit. Tapi angka itu bisa melonjak dua kali lipatnya saat babak kualifikasi. Ketika lomba digelar, penonton pun berduyun-duyun mengisi seluruh tempat duduk yang disediakan, sebanyak sekira 100--150 ribu bangku. Setidaknya selama tiga hari itu, total ada sekitar 190 ribu hingga 210 ribu orang mengisi setiap sudut sirkuit. Jumlah penonton sebanyak ini dalam satu kegiatan lomba hanya bisa disamai oleh laga sepak bola sekelas Piala Dunia atau kejuaraan regional seperti Piala Champions atau Euro Cup.

Begitu pula dengan tingkah pola para penggemar fanatik MotoGP. Berdasarkan catatan dari Dorna Sports, selaku penyelenggara MotoGP, seperti dikutip dari laman resminya, MotoGP memiliki sekitar 10.000 penggemar sangat fanatik. Sepanjang tahun, mereka tidak pernah absen menonton langsung dari sirkuit tempat laga para pembalap pujaannya. Mereka umumnya berasal dari negara-negara dengan kelas ekonomi sangat mapan di Eropa, Amerika, serta Australia. Mereka telah menyisihkan anggaran khusus agar bisa terbang ke seluruh dunia hanya untuk mendukung idolanya dari tepi sirkuit. Tidak hanya menonton balapan, para penggemar spesial ini juga tak akan membuang kesempatan untuk sekaligus berwisata di sekitar lokasi sirkuit. Oleh karena itu pula, tak sedikit dari sirkuit-sirkuit itu yang dibangun di dekat kawasan wisata ternama.

 

Potensi Devisa

Situs resmi MotoGP pada Agustus 2020 menyebutkan, setidaknya setiap penggemar super itu akan merogoh kocek hingga lebih dari USD5.000 hanya untuk akomodasi tiket pesawat dan anggaran membeli tiket masuk sirkuit. Belum termasuk biaya menginap dan melancong ke objek-objek wisata di sekitar lokasi sirkuit yang nominalnya paling sedikit USD3.000 per orang.

Artinya dalam setiap balapan, negara penyelenggara bakal bersiap menerima cipratan rezeki hingga ratusan miliar rupiah dari para penonton seperti ini. Itu belum termasuk dari ratusan ribu penonton lain yang sama antusiasnya. Tentunya ini akan mendatangkan devisa tidak sedikit bagi negara bersangkutan. Dorna mencatat, Sirkuit MotoGP Buriram di Thailand mencetak rekor jumlah penonton selama 2 tahun beruntun, yaitu sebanyak 222.535 penonton pada 2018 dan 226.655 orang di 2019. Termasuk kehadiran sekitar 51 ribu penonton mancanegara di Buriram, sirkuit pendatang baru di musim MotoGP 2018.

Menurut Kementerian Olahraga dan Pariwisata Thailand, seperti dilansir ttrweekly.com, mereka mampu mendulang pendapatan hingga 2,4 miliar baht atau sekitar Rp1,1 triliun pada tiap pelaksanaan MotoGP. Angka ini tidak hanya didapat dari pemasukan MotoGP secara langsung, melainkan juga dari hotel, makanan dan minuman, transportasi, serta pariwisata selama kompetisi itu berlangsung. Angka tersebut belum termasuk pemasukan dari perhelatan balap motor Superbike dengan jumlah penonton yang tak kalah banyaknya dan tentunya ikut menambah gemuk devisa negara.

Oleh karena itu pula, Indonesia sejak 2018 giat membangun sebuah sirkuit balap untuk lomba motor berkelas dunia itu. Tidak hanya untuk MotoGP, sirkuit dengan daya tampung 200 ribu penonton ini akan digunakan pula untuk balap motor Superbike yang juga dikelola oleh Dorna Sports. Setiap tuan rumah MotoGP bakal memperoleh hak penyelenggaraan paling lama untuk lima musim balapan dan dapat diperpanjang. Sirkuit sepanjang 4,31 kilometer tersebut menjadi bagian dari kawasan wisata superprioritas Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kawasan ini dikelola oleh BUMN Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).  

Tidak seperti sirkuit pada umumnya yang dibuat di sebuah lokasi khusus, Sirkuit di Mandalika justru berkonsep lintasan jalan raya dan kemudian disulap sebagai arena balap motor. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah MotoGP, sebuah lintasan jalan raya dijadikan arena balap motor dunia. Keunikan lain dari sirkuit dengan 17 tikungan yang dibangun senilai Rp14 triliun ini adalah lokasinya yang berada di tepi pantai dengan pemandangan alam mempesona.

Untuk musim balap 2021, Dorna masih dimasukkan Sirkuit Mandalika dalam status cadangan. Namun jika sudah mendapat lampu hijau sebagai lokasi balap, maka hal tersebut akan memberikan peluang besar bagi Indonesia. Sebuah kesempatan bagus untuk mempromosikan potensi pariwisata kawasan Mandalika dan menjaring lebih banyak turis mancanegara. Pasalnya, setiap balapan akan ditayangkan langsung oleh Dorna ke seluruh dunia dan ditonton oleh lebih dari 700 juta pasang mata.

Tidak hanya 10 ribu orang, yang telah memesan tiket pada pembukaan penjualan awal di Februari 2020 saja yang penasaran dengan rupa Sirkuit Mandalika. Hal sama juga dirasakan oleh Valentino Rossi. "Saya sangat senang untuk bisa berada di sana. Sirkuit ini sangat menarik dan dibuat baru dari nol. Saya sudah lihat denahnya, dekat dengan laut dan kami pasti bisa sangat kencang di sana. Saya berharap bisa berlomba di sana," kata Rossi saat menggelar jumpa pers usai lomba MotoGP di Sirkuit Catalunya, Spanyol, 27 September 2020, seperti dilansir kanal televisi MotoGP.

Indonesia bukan nama asing bagi The Doctor, demikian pemilik tujuh gelar juara dunia MotoGP itu dijuluki. Pembalap murah senyum ini pernah menjadi juara ketika MotoGP diadakan di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor pada 1997. Pembalap asal Italia itu turun di kelas 125 cc dan Sirkuit Sentul kala itu menjadi saksi bagaimana Rossi mengamankan gelar juara dunia untuk pertama kalinya. Duta salah satu produk motor asal Jepang ini hampir tiap tahun selalu diundang untuk datang ke Indonesia sekaligus berjumpa dengan ratusan ribu penggemarnya.

 

Siapkan Fasilitas Pendukung

Agar Rossi dan 21 pembalap MotoGP lainnya bisa melajukan motor dengan kencang di lintasan Mandalika, pemerintah dan ITDC pun telah melakukan persiapan fisik. Akses jalan baru dan mulus sepanjang 17 kilometer membentang antara Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Majid Praya dan Mandalika tengah dikebut penyelesaiannya oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Kawasan Bandara Zainuddin pun ikut dibenahi dengan penambahan panjang landasan pacu menjadi 3.300 meter agar mampu didarati pesawat badan lebar dan pesawat kargo pengangkut keperluan balap tim-tim MotoGP. Terminal penumpang ikut diperluas menjadi 4,3 hektare supaya mampu menampung 7 juta penumpang setahun. Lahan parkir pesawat (taxiway) ikut dilebarkan agar bisa memarkirkan minimal 16 pesawat sekaligus. Demikian halnya dengan fasilitas pelataran kargo ditambah menjadi 6.000 meter persegi. Untuk seluruh pembenahan itu, dikucurkan anggaran senilai Rp2 triliun.

Pemerintah juga telah membangun 915 unit sarana hunian pariwisata (sarhunta) di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Utara. Semula, sarhunta merupakan rumah warga yang kemudian diajukan untuk direnovasi Kementerian PUPR. Jika pengajuan diterima, maka rumah-rumah itu akan ditingkatkan fungsinya menjadi homestay atau pondokan. Sarhunta akan bersanding dengan puluhan hotel berbintang termasuk 11 hotel baru di kawasan Mandalika.

Sebanyak 817 unit sarhunta dibangun di Lombok Tengah dengan rincian 517 unit di sepanjang koridor masuk kawasan wisata superprioritas Mandalika. Sedangkan 300 unit rumah lainnya dibedah untuk rumah singgah dan homestay serta usaha lainnya guna mendukung pariwisata.  Ke-300 rumah untuk homestay tadi tersebar di beberapa lokasi antara lain Kuta, Grupuk, Sukadana, dan Selong Belanak. Sisanya sebanyak 98 unit tersebar di Kabupaten Lombok Utara, yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Sarhunta ini umumnya mengadopsi model bale, nama rumah tradisional khas Suku Sasak, komunitas asli Lombok.

Semoga saja The Doctor mau menginap di bale dan tidak melupakan protokol kesehatan yang diterapkan oleh pemerintah. Kehadiran Rossi dan kawan-kawan untuk berlomba di Mandalika juga diharapkan mampu membantu memulihkan industri pariwisata di tanah air yang dihantam pandemi Covid-19.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Editor: Eri Sutrisno/ Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini