Indonesia.go.id - Melihat Si Kulit Bundar Merumput Kembali

Melihat Si Kulit Bundar Merumput Kembali

  • Administrator
  • Selasa, 24 Agustus 2021 | 13:06 WIB
OLAHRAGA
  Penyerang Persib Bandung Ezra Walian mendapatkan suntik vaksin Covid-19 dosis pertama di Sleman, hari ini, Jumat (26/3/2021). (Foto: MO Persib)
Kompetisi sepak bola nasional Liga 1 akhirnya diizinkan untuk digelar mulai 27 Agustus 2021. Sebanyak 306 pertandingan digelar dengan penerapan prokes ketat, termasuk tanpa kehadiran penonton di stadion. Semua pemain serta ofisial wajib menjalani tes PCR.

Sepak bola merupakan cabang olahraga paling populer di Indonesia saat ini. Kendati prestasinya belum sebaik bulu tangkis, angkat besi, dan panahan yang mampu meraih keping medali di Olimpiade, sepak bola sejatinya telah berkembang pesat sebagai sebuah industri di tanah air bahkan sejak puluhan tahun lalu.

Dalam setiap musim kompetisi Liga 1 sebagai liga utama sepak bola nasional, setidaknya terjadi perputaran uang antara Rp2,4 triliun hingga Rp3 triliun. Demikian dikatakan Kepala Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Mohamad Dian Revindo, saat bertemu Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan di Jakarta, 26 Juni 2020.

Olahraga dengan waktu permainan selama 90 menit ini, menurut Revindo, telah memberi efek domino sangat luas secara ekonomi dan membuka kesempatan kerja bagi sekitar 24 ribu orang. Bukan saja menjadi tempat mencari nafkah bagi ratusan pemain profesional dan ofisial, seperti pelatih, asisten pelatih, dan tenaga-tenaga pendukung pada puluhan klub, sepak bola juga memberikan rezeki tak sedikit bagi puluhan pengadil lapangan seperti wasit pertandingan, hakim garis, dan para anak gawang.

Tak hanya itu, Revindo juga menggambarkan, para pengelola stadion dan klub pun ikut meraup keuntungan dari penjualan tiket setiap kali pertandingan digelar. Kehadiran pemain ke-12, istilah untuk para pendukung kesebelasan, dengan gegap gempita dan segala polahnya di stadion telah menyumbang pendapatan tak sedikit bagi pengelola dan klub.

Apalagi, jika pertandingan tersebut mempertemukan kesebelasan dengan jumlah pendukung sangat banyak. Maka bisa dipastikan seluruh sudut stadion bakal penuh dan tiket pertandingan ikut habis terjual.

LPEM FEB UI mencatat, selama musim kompetisi Liga 1 pada 2019, ada 2,88 juta orang menonton di stadion dan memberikan pemasukan bagi pengelola stadion dan klub antara Rp172 miliar--Rp300 miliar. Angka itu belum termasuk pendapatan operator angkutan umum dan penjualan bahan bakar yang diterima dari para pendukung saat menyaksikan tim mereka berlaga. Nilainya tercatat minimal Rp85,9 miliar.

Kehadiran ribuan pendukung dalam sebuah pertandingan tak hanya memberi cuan bagi pengelola stadion sepak bola. Berkah itu juga ikut dirasakan oleh para penjual makanan, minuman, dan pedagang pernik (merchandise) sepak bola yang berjualan di sekitar stadion saat pertandingan digelar. Perputaran uang di sini dalam satu musim kompetisi bisa mencapai angka minimal Rp86 miliar.

Sepak bola juga menghidupi para pegiat usaha UMKM yang memproduksi berbagai merchandise sepak bola, mulai dari penutup kepala, seragam atau jersey kesebelasan, poster pemain idola, hingga bola sepak dan sepatu. Para pendukung suatu kesebelasan merupakan pasar empuk bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah karena merchandise bagai seragam wajib dipakai para pemain ke-12 ini saat mendukung tim kesayangan berlaga.

Jika sebuah tim memiliki basis pendukung (fanbase) minimal 200 ribu orang dan masing-masing membeli sebuah jersey produksi UMKM bernilai Rp200.000, misalnya, maka ada perputaran uang sebesar Rp40 miliar hanya dari jersey. Dalam satu musim kompetisi Liga 1, ada 18 tim yang ikut serta dan rata-rata mereka memiliki fanbase di atas 200 ribu orang.

Tim sekelas Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, dan Arema Malang diketahui memiliki fanbase di atas 1 juta pendukung yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 40 ribu--60 ribu pendukung setia tiap klub tadi rutin hadir memenuhi stadion setiap kali laga digelar. Setidaknya para pendukung membelanjakan uang mereka minimal Rp300 miliar hanya untuk kebutuhan merchandise di satu musim kompetisi.

Dalam skala lebih luas, Liga 1 menjadi lahan potensial bagi banyak korporasi untuk mengenalkan produk mereka (brand awareness). Selain itu tentu saja berharap dapat meningkatkan angka penjualan dari produk yang diiklankan di Liga 1. Nilai sponsorship pada kompetisi lalu tercatat minimal sebesar Rp180 miliar untuk satu musim.

Nilai hak siar kepada stasiun televisi diprediksi ada kisaran Rp177 miliar. Pengelola stasiun televisi bisa ikut mencicipi gurihnya iklan dari tayangan Liga 1 yang besarnya bisa menyentuh angka Rp354 miliar. Tim-tim ikut merasakan kue pendapatan dari para sponsor yang memasang puluhan merek di jersey kesebelasan.

Persija, Persib, Arema, atau Bali United diketahui mampu menyedot sponsor hingga senilai Rp25 miliar--Rp41 miliar tiap tim dalam satu musim kompetisi. Mereka, para sponsor, bak penyambung nyawa bagi tiap-tiap klub sepak bola. Karena pendapatan dari sponsor bisa dipakai untuk membayar upah pemain, pelatih dan asisten pelatih, serta tenaga pendukung lainnya. Juga membiayai operasional klub selama mengikuti kompetisi seperti akomodasi, transportasi, makan-minum, dan pemeriksaan kesehatan pemain.

 

Kompetisi Diperketat

Keputusan Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo memberi lampu hijau digelarnya Liga 1 musim kompetisi 2021-2022 mulai 27 Agustus 2021 disambut gembira PSSI dan para pemilik klub. Mereka akhirnya dapat menggelar lagi kompetisi dan melihat si kulit bundar merumput kembali, setelah vakum selama satu musim kompetisi karena adanya pandemi.

"Mendasari hasil asesmen dan evaluasi penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kami sepakat untuk memberikan persetujuan terkait perizinan penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2, namun tetap harus melaksanakan protokol kesehatan ketat," kata Sigit saat konferensi pers di Jakarta, Senin (23/8/2021) seperti dikutip dari Antara.

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ini menyebutkan, seluruh pertandingan digelar tanpa kehadiran penonton di stadion. Pendukung kesebelasan pun diminta hanya menonton pertandingan lewat siaran televisi dari rumah. Mereka juga tidak diizinkan menggelar kegiatan nonton bersama karena berpotensi terjadinya kerumunan.

Protokol kesehatan ketat diberlakukan, antara lain, para pemain dan ofisial sudah divaksin dosis kedua. Mereka juga wajib menjalankan tes polymerase chain reaction (PCR) sehari sebelum mengikuti pertandingan dan usai berlaga. Tindakan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada yang positif Covid-19.

Para pemain dan ofisial juga hanya diizinkan berkegiatan di dalam penginapan dan stadion. Mereka tidak diperkenankan keluar dari kawasan tersebut di luar jadwal latihan atau saat pertandingan. Setiap penginapan tempat tim bermukim selama kompetisi serta stadion akan dipasangi alat pembaca aplikasi PeduliLindungi.

Sigit menjelaskan bahwa persyaratan ketat ini telah disepakati bersama oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, PSSI, dan para pemilik klub. "Kita masih menjaga agar laju pertumbuhan Covid-19 bisa betul-betul diminimalisir. Kalau ini kemudian dilanggar, akan ada sanksi menanti klub," kata mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Mabes Polri ini.

Ketua Umum PSSI mengapresiasi keputusan Kapolri dan meminta seluruh pemangku kepentingan kompetisi untuk mematuhinya. Iriawan juga meminta agar pendukung kesebelasan ikut mematuhi keputusan pihak kepolisian. Kompetisi musim 2021-2022 ini disponsori Bank BRI diikuti oleh 18 tim dalam 306 laga. Semua pertandingan digelarkan dalam tiga klaster di enam provinsi Pulau Jawa.

Pertandingan di klaster pertama diadakan DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Kemudian klaster kedua digelar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan klaster ketiga dilakukan di Jawa Timur.  

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari