Indonesia.go.id - RS tanpa Dinding pun Siap Melayani Anda

RS tanpa Dinding pun Siap Melayani Anda

  • Administrator
  • Jumat, 24 April 2020 | 02:52 WIB
PENANGANAN COVID-19
  Petugas keamanan memeriksa suhu tubuh pengunjung RSUP Dr.M.Djamil, Padang, Sumatera Barat, Kamis (12/3/2020). Untuk mencegah penularan di rumah sakit, Presiden Jokowi meminta warga memanfaatkan teknologi untuk melakukan pengecekan kesehatan. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Dokter bisa mengetahui apakah Anda terinfeksi virus corona atau tidak tanpa harus datang ke rumah sakit.

 

Ada istilah baru yang dilontarkan Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas melalui video conference, Senin (13/4/2020). Dalam rapat terbatas yang membahas laporan tim Gugus Tugas Covid-19, Jokowi memperkenalkan istilah rumah sakit 'tanpa dinding'.

Tentu pembaca bertanya-tanya, jenis rumah sakit apalagi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut. Rumah sakit tanpa dinding adalah istilah jenis pengobatan melalui medium teknologi atau dikenal dengan nama telemedicine.

Yang jelas, kepala negara meminta masyarakat memanfaatkan sistem itu agar rumah sakit tidak penuh. Tentu saja, pernyataan presiden itu sangat relevan bila mengacu data yang ada, jumlah pasien positif Covid-19 terus menanjak.

Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19, per Kamis (23/4/2020), jumlah pasien terinfeksi virus SARS COV-2 di Indonesia sudah mencapai 7.775 kasus dan yang dirawat mencapai 6.168 pasien.

Jika jumlah pasien positif dengan gejala atau tanpa gejala berduyun-duyun datang ke rumah sakit yang jumlahnya terbatas, bisa dibayangkan bagaimana sesaknya rumah sakit itu. Bahkan mungkin juga akan banyak pasien yang ditolak.

Oleh karenanya, pada rapat itu Jokowi meminta masyarakat memanfaatkan rumah sakit 'tanpa dinding' daripada berbondong-bondong datang ke rumah sakit. "Ini yang belum banyak diungkap. Ini akan sangat bagus kalau ini bisa disampaikan, ini saya kira bedanya kita dengan negara lain," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/4/2020).

Istilah rumah sakit 'tanpa dinding' ini sebenarnya mengacu pada pemanfaatan teknologi informasi. Dunia medis menyebut dengan istilah telemedicine.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 dijelaskan, telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Penggunaan teknologi itu meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi; dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat. Definisi ini persis seperti yang dirumuskan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Ada banyak aplikasi telemedicine yang menyediakan layanan untuk Covid-19. Pemerintah telah menunjuk lima aplikasi untuk membantu melayani masyarakat. Ada klikdokter, aladokter, halodoc, good doctor, dan sehatq. Aplikasi-aplikasi itu bisa diunduh melalui playstore atau appstore di telepon pintar Anda. Bahkan beberapa aplikasi juga ada yang sudah terhubung dengan layanan transportasi daring.

Semua aplikasi itu melayani konsultasi seputar Covid-19. Misalnya, ingin tahu apakah Anda terpapar atau tidak, cukup chat dengan dokter. Nanti Anda akan disodori sejumlah pertanyaan seputar kondisi dan riwayat perjalanan Anda dalam 14 hari terakhir. Setelah menjawab semua pertanyaan yang ada, nanti akan ada informasi apakah Anda aman atau patut waspada.

Seandainya dari daftar pertanyaan itu Anda dianggap punya gejala tapi tidak punya penyakit penyerta, dokter akan merekomendasikan Anda melakukan isolasi mandiri di rumah. Dokter pun bisa merekomendasikan Anda untuk melakukan rapid test atau swab test ke beberapa rumah sakit rujukan yang ada.

Bagaimana jika Anda harus minum obat? Tak usah khawatir. Dokter akan memberi resep. Resep nantinya bisa dipesan melalui moda transportasi daring yang sudah menjalin kerja sama dengan aplikasi itu.

Dengan demikian Anda sama sekali tak perlu beranjak dari rumah. Gampang bukan?

Rupanya kehadiran rumah sakit 'tanpa dinding' mendapat sambutan positif masyarakat. Presiden Jokowi menyebut, pengguna aplikasi telemedicine yang semula hanya empat juta kini sudah mencapai 15 juta. 

Jokowi gembira mendengar antusiasme masyarakat itu. Dengan pendekatan ini, menurut Jokowi, setiap orang bisa merawat diri sendiri dengan diawasi dokter melalui media perantara. "Lewat telemedicine ini bisa mengurangi risiko juga pada tenaga medis," kata Jokowi.

Sejumlah tenaga medis yang saat ini ada di garda depan menangani pasien-pasien positif Covid-19 memang sangat rentan terpapar. Di DKI Jakarta yang merupakan episentrum penyebaran virus, tercatat hingga 6 April lalu sebanyak 118 tenaga kesehatan terpapar virus yang belum ditemukan vaksinnya itu. "Dari jumlah itu satu meninggal dunia dan 20 orang sembuh," kata Asisten bidang Kesejahteraan Rakyat (Askesra) DKI Jakarta Catur Laswanto.

Itu baru di Jakarta. Di Jawa Timur, hingga 16 April tercatat 46 tenaga kesehatan yang terpapar virus ini. Jumlah itu terdiri dari 16 dokter, 27 perawat, dua laborat, dan satu apoteker.

Di Bogor, Jawa Barat, pun diperoleh informasi sejenis. Sebanyak 51 tenaga medis terpapar virus berbahaya itu. Akibatnya, RSUD Bogor untuk sementara ditutup. Boleh jadi, kondisi serupa juga ada di sejumlah daerah lain di tanah air.

Memang, kedatangan seseorang ke rumah sakit menjadi sangat rentan untuk tertular atau menulari. "Ternyata pasien yang diperiksa bukan Covid pun bisa jadi sebagai carrier, pembawa virus," kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.

 

 

Penulis: Fajar WH
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini