Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) sudah memasuki bulan ke sembilan. Kasus penambahan konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Seperti dilansir dari https://covid19.go.id per 27 November 2020, jumlah pasien terkonfirmasi sudah mencapai lebih dari 500 ribu pasien yang tersebar di 34 provinsi dan 505 kota/kabupaten. Penambahan kasus harian juga tembus ke angka 5 ribuan orang.
Penambahan kasus ini tak lepas dari masih adanya penularan Covid-19 di masyarakat. Terlebih lagi, adanya beberapa kasus kaburnya pasien positif yang berada di bawah pengawasan. Baik pasien yang kabur dari rumah sakit maupun meninggalkan tempat karantina saat menjalani isolasi mandiri. Kasus ini turut menimbulkan kekhawatiran semakin melonjaknya reproduction rate Covid-19 di tanah air. Pasalnya, adanya pasien terkonfirmasi corona harus diikuti dengan pelacakan kontak terdekat maupun kontak orang lainnya dalam dua minggu sebelumnya.
Kasus sejumlah pasien kabur dari rumah sakit atau menghindari pemeriksaan memaksa beberapa wilayah membentuk Tim Covid Hunter. Seperti di Jawa Timur membentuk Tim Covid Hunter yang terdiri dari aparat Ditkrimum Polda Jatim, Bidokkes Polda Jaktim, dan Dinas Kesehatan setempat.
Sifat penularan virus Covid-19 tidak sekadar bisa diantisipasi melalui memakai masker, menjaga jarak atau mencuci tangan (3M). Gerakan 3 T atau tracing (penelusuran), testing (pengujian), dan treatment (perawatan) menjadi salah satu kunci dalam memutus mata rantai penularan.
Kurang Optimal
Problemnya, sampai saat ini, jumlah tenaga surveilans tidak cukup untuk melakukan 3 T secara massif. Pelacakan dan sosialisasi menjadi kurang optimal di sejumlah daerah zona merah Covid-19. Mereka adalah garda terdepan secara door to door untuk mendata orang-orang terduga atau suspek Covid-19 maupun mengawasi warga yang menjalani isolasi mandiri. Melihat situasi pelik tersebut, Kementerian Kesehatan mulai merekrut ribuan tenaga relawan surveilans untuk menjadi petugas lapangan di Puskesmas.
Dalam rangka menekan angka penularan Covid-19, juga dilakukan oleh Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI). Mereka pada November 2020 ini meluncurkan alat monitoring berbasis wearable device bernama Si-Monic (Smart Innovated Monitoring for Covid-19). Piranti ini sudah dipakai untuk para individu yang terjangkit corona di Jawa Barat.
Kepala PPET LIPI Budi Prawara menjelaskan, Si-Monic adalah sistem pengawasan individu bagi orang yang terkonfirmasi/suspek/kontak erat Covid-19, berbasis wearable device pertama di Indonesia. Bentuknya mirip gelang tangan gadget dan nyaman dipakai di pergelangan tangan. Si-Monic memiliki fungsi yang sangat penting dalam aspek pengawasan suspek Covid19.
Teknologi yang dibenamkan pada Si-Monic berupa chip bluetooth low energy (BLE) yang memiliki ID khusus dan terkoneksi dengan internet, via smartphone melalui aplikasi Si-Monic yang tersedia dan dapat diunduh di aplikasi Play Store. Si-Monic otomatis akan berbunyi jika melampaui area karantina si pasien/orang terduga corona. Dari sistem tersebut pemakainya akan selalu bisa dipantau melalui server terpusat. Informasi pergerakan dan status pengguna Si-Monic akan selalu diperbarui termasuk apabila pemakai Si-Monic berusaha melepas paksa atau menonaktifkan perangkat dengan cara apapun.
Pengawas bersangkutan akan langsung mengetahui hal tersebut. Piranti ini dilengkapi baterai lithium berdurasi minimal 14 hari, sesuai dengan masa karantina pasien Covid-19. Adapun pada sistem monitoring yang dipantau petugas, beberapa informasi bisa dipantau. Informasi itu meliputi antara lain, basis data pemetaan identitas individu yang dipantau dengan nomor identitas dari masing-masing gelang; data pengawas untuk tiap area di tingkat desa, kelurahan, maupun RT dan RW, serta dashboard pemantauan individu dalam pengawasan.
Si-Monic LIPI telah lolos uji secara laboratorium dan secara fungsional. Kerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Barat (BP2D) pun merupakan salah satu langkah strategis LIPI untuk mempercepat upaya difusi produk-produk riset LIPI di Jawa Barat. Budi Prawara mengatakan bahwa PPET LIPI sudah menyiapkan 20 unit wearable device Si-Monic yang siap digunakan oleh pasien positif Covid-19 di Jawa Barat.
Pengembangan perangkat hingga dashboard Si-Monic ini berlangsung sejak akhir Maret 2020, dengan memanfaatkan dana penelitian dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Setidaknya tidak ada kata terlambat untuk upaya pencegahan Covid-19 ini. Dua industri sudah siap memproduksi massal Si-Monic. Semoga kontribusi LIPI melengkapi produk-produk pendukung penanggulangan Covid-19 oleh konsorsium riset dan iptek.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini