Provinsi di ujung utara Sumatra ini memiliki banyak jenis masakan dan penganan ringan yang mampu menggoda selera ketika bersilaturahmi saat hari raya.
Masakan dari Sumatra terkenal kaya akan rempah serta berkuah dan sanggup menggugah selera siapa saja yang mencobanya. Salah satu daerah itu adalah Aceh, provinsi paling utara di Bumi Andalas, sebutan untuk pulau seluas 473.481 kilometer persegi. Idulfitri menjadi momentum paling pas untuk menjajal aneka kuliner spesial buatan masyarakat Serambi Makkah.
Banyak sekali masakan dan cemilan menarik dari Aceh yang disajikan di rumah-rumah warga saat Lebaran. Ada yang berbahan utama dari daging ayam, ikan, kambing, sapi, dan kerbau serta aneka kue kering dan basah. Biasanya dimasak dalam bentuk gulai, satai, opor, atau dendeng. Jadi tidak melulu berkisah seputar rendang atau lemang saja.
Kuliner paling terkenal adalah mi aceh dengan cita rasa pedas menyengat. Mi kuning tebal dengan irisan daging sapi atau kambing dan bisa juga dicampur udang atau cumi. Akan semakin lengkap disajikan dalam sup seperti kari gurih, kemudian ditaburi bawang goreng yang membuat sajian ini semakin harum baunya.
Apalagi jika ditambah keripik emping, timun, dan jeruk nipis. Mi aceh biasanya disajikan dalam bentuk mi kuah, mi goreng kering, dan mi goreng basah. Selain mi aceh, ada lagi menu ayam tangkap yaitu ayam goreng dibalut bumbu dan rempah seperti kemiri, lada, jahe, bawang putih, dan garam.
Ketika dimasak, ayam ditaburi irisan bawang merah, daun salam koja, daun pandan, dan cabai hijau sehingga aroma harumnya menyebar kuat menggoda selera. Saat matang, menu ayam tangkap disajikan lengkap dengan daun pandan dan salam koja. Kalau untuk sajian berkuah pada momentum istimewa Lebaran di Aceh ada banyak ragamnya.
Sebut saja sie kameng, semacam gulai kambing bertekstur rempah yang sangat kuat dipadu potongan nangka muda. Aneka rempah yang dimasak bersamaan dengan daging kambing selain akan membuat tekstur daging menjadi makin empuk, juga mampu menghilangkan bau amis atau prengus khas hewan bernama latin Capra aegagrus hircus.
Jangan lupa juga untuk mencoba masakan bernama gulai masam keueng yang umumnya dapat ditemui di kawasan pesisir Aceh. Sajiannya punya cita rasa asam dan pedas bercampur jadi satu dan tentu saja diracik dengan bumbu rempah. Bau harum yang khas dari daun salam koja menjadi ciri khas gulai masam keueng.
Tak boleh ketinggalan mencoba gulai bebek kurma dengan campuran santan dan kaya akan rempah. Kehadiran kurma di dalam gulai makin melengkapi cita rasa pedas dan gurih menjadi sedikit manis. Kuliner ini sudah mulai jarang ditemui di meja makan masyarakat di perkotaan Aceh saat Lebaran tiba.
Masakan lainnya yang mulai jarang disajikan saat menjamu tamu di hari lebaran adalah kuah sayur pliek u. Ini adalah sajian sejenis gulai berbahan beragam sayuran dicampur bumbu rempah. Pliek u sendiri adalah bumbu penyedap dari ampas kering parutan kelapa tua yang telah melalui beberapa kali fermentasi dan menghasilkan warna cokelat tua. Untuk sayurannya bisa dipilih daun dan buah melinjo, buah pepaya muda, labu jepang, dan lainnya.
Kuliner di atas meja makan saat hari raya tak hanya didominasi masakan bergulai saja karena masih ada satai matang dan berbeda penyajiannya dari satai pada umumnya yang dicampur bumbu kacang. Satai khas Aceh berbahan daging sapi atau kambing ini justru disajikan bersama kuah soto matang yang gurih. Sebelum dibakar, dagingnya harus dimarinasi selama semalam dengan bumbu berempah.
Terakhir, ada timphan dan seupet kuwet sebagai penganan ringan yang wajib ada di atas meja makan masyarakat Aceh ketika lebaran. Disadur dari website Pemerintah Provinsi Aceh, timphan adalah sejenis kue lunak dari bahan tepung, buah pisang, dan santan. Kemudian, seluruh bahan diaduk jadi satu sampai kenyal dan dibentuk memanjang yang di bagian dalamnya diisi kelapa parut atau srikaya. Selanjutnya, dibalut memakai daun pisang muda dan dikukus selama satu jam.
Sementara itu, seupet kuwet adalah kue kering terbuat dari tepung terigu, santan, gula, dan garam. Seluruh bahan diaduk sampai menyatu dan mengental, setelahnya dimasukkan ke dalam cetakan logam serta dipanggang di atas kompor. Kue ini dikenal juga sebagai kue semprong, bentuknya ada yang panjang seperti cerutu dan segitiga. Biasanya disajikan di dalam toples kaca.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari