Program MBG bukan sekadar memberikan makanan, tetapi juga mengedukasi pola makan sehat, memperkuat ikatan sosial di sekolah, serta memberdayakan ekonomi lokal melalui UMKM, petani, dan nelayan.
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul merupakan kunci bagi kemajuan suatu bangsa.
Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto menempatkan hal itu sebagai prioritas utama dalam mewujudkan visi Indonesia yang maju, mandiri, dan berkeadilan.
Salah satu program andalan yang dirancang untuk mendukung agenda tersebut adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Filosofi dari MBG untuk anak sekolah adalah investasi jangka panjang untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul, mengurangi stunting dan malnutrisi, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan generasi penerus bangsa.
Program MBG bukan sekadar memberikan makanan, tetapi juga mengedukasi pola makan sehat, memperkuat ikatan sosial di sekolah, serta memberdayakan ekonomi lokal melalui UMKM, petani, dan nelayan.
Di tingkat daerah, Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Pemerintah Provinsi Gorontalo menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung program strategis nasional, Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menjadi prioritas utama Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Wakil Bupati Buleleng, I Gede Supriatna, secara khusus menegaskan, pemanfaatan potensi lokal sebagai fondasi utama kesuksesan program yang ditargetkan untuk anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Peluncuran dilakukan di SMA Negeri 1 Busungbiu, pada Selasa (19/8/2025)) itu menandai dimulainya operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat.
Supriatna menegaskan, komitmen penuh pemerintah daerah dalam menyukseskan program Pemerintah Pusat di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
"Dalam pemenuhan makanan untuk penerima manfaat, kita harus benar-benar memanfaatkan potensi lokal wilayah masing-masing. Gunakan buah-buahan lokal, produk pertanian, dan produk peternakan setempat," katanya.
Selain menjamin asupan gizi yang lebih segar dan sesuai konteks daerah, program ini juga dirancang untuk mendongkrak perekonomian desa.
Keberadaan SPPG diharapkan menjadi penyerap utama produk lokal, sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di wilayah operasinya.
"Dampak ekonominya penting. Selain itu juga membuka lapangan kerja. Setiap unit SPPG seperti Dapur Garuda Emas VI Busungbiu ini mampu menyerap hingga 50 tenaga kerja lokal," ujarnya.
Sementara itu, Koordinator SPPG MBG Dapur Garuda Emas VI Busungbiu, Gede Aman Rudi Sulantara, mengatakan percepatan persiapan yang dilakukan untuk memenuhi instruksi ketat BGN agar program berjalan tepat pada 19 Agustus 2025.
Berkat koordinasi intensif dengan Koordinator Wilayah (Korwil) dan kepala sekolah, SPPG itu mampu melayani 3.120 penerima manfaat.
Penerima manfaat berasal dari 19 lembaga pendidikan yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Busungbiu, Desa Kekeran, dan Desa Pelapuan. SPPG juga mencakup sebagian ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di wilayah tersebut.
Meski demikian, Rudi mengakui bahwa cakupan untuk kelompok rentan seperti ibu hamil, menyusui, dan balita belum maksimal saat ini, terutama disebabkan oleh keterbatasan anggaran.
Tidak hanya di Kabupaten Buleleng, Pemerintah Provinsi Gorontalo juga semakin mempertegas komitmennya dalam percepatan penurunan angka stunting melalui implementasi nyata Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Komitmen itu diwujudkan dengan peresmian Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Pentadio Barat, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (2/8/2025).
Peresmian fasilitas pendukung program MBG itu dilakukan langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo, Idah Syahidah Rusli Habibie.
Dapur SPPG tersebut merupakan inisiatif dan kontribusi nyata dari Yayasan Kumala Vaza Grup selaku pelaksana program MBG di wilayah Gorontalo.
Turut mendampingi wagub dalam peresmian adalah Koordinator Regional Badan Gizi Nasional (BGN) Provinsi Gorontalo, Zulkipli Taluhumala, beserta perwakilan dari Yayasan Kumala Vaza Grup.
Wakil Gubernur Idah Syahidah menyampaikan apresiasi mendalam atas peran serta dan dukungan Yayasan Kumala Vaza Grup dalam pelaksanaan program MBG di Gorontalo.
Ia mengakui tantangan pelaksanaan program, terutama terkait keterbatasan anggaran. "Namun, semangat dan dedikasi para pelaksana di lapangan menjadi kunci keberhasilan. Kolaborasi seperti inilah yang kita butuhkan untuk secara signifikan menurunkan angka stunting di Gorontalo," tegas Idah.
Idah juga menekankan pentingnya menjaga kualitas makanan yang dihasilkan dapur MBG, mencakup aspek gizi, kebersihan, serta cita rasa yang sesuai selera lokal.
Selain itu, ia mengingatkan agar setiap dapur SPPG memenuhi standar operasional yang ditetapkan, termasuk memiliki luas bangunan minimal 100 meter persegi dan berlokasi tidak lebih dari 20 menit dari sekolah penerima manfaat.
Dalam kesempatan itu, Zulkipli Taluhumala mengungkapkan capaian signifikan program MBG, yang hingga kini telah menjangkau sekitar 3.000 penerima manfaat.
Lebih dari sekadar penyediaan makanan bergizi, program ini juga aktif memberikan edukasi penting terkait pola makan sehat kepada masyarakat.
Zulkipli menekankan bahwa penurunan stunting merupakan tanggung jawab kolektif, di mana peran aktif orang tua dan masyarakat dalam menanamkan kesadaran gizi sejak dini sangat krusial.
Saat ini, telah beroperasi sembilan dapur MBG aktif di Provinsi Gorontalo, tersebar di empat lokasi di Kota Gorontalo, tiga di Kabupaten Gorontalo (termasuk dapur baru di Pentadio Barat), serta masing-masing satu di Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Pohuwato.(MC Kab. Buleleng/dra,mcgorontaloprov/echin)
Penulis: Eko Budiono
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/prioritas-nasional/934849/sinergi-pemda-dan-potensi-lokal-kunci-sukses-mbg-di-buleleng-dan-gorontalo