Indonesia.go.id - Mengenal Raja Sulaeman Perantau Muslim asal Minang, Pendiri Kota Filipina

Mengenal Raja Sulaeman Perantau Muslim asal Minang, Pendiri Kota Filipina

  • Administrator
  • Jumat, 27 September 2019 | 05:00 WIB
SEJARAH
  Patung Raja Sulaeman pendiri kota Manila. Foto: Kataitu/Minangkabau

Siapa sangka Islam pernah berjaya di Filipina selama beberap dekade, bahkan sempat menjadi agama mayoritas dinegara bekas koloni bangsa Spanyol itu.

Namun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 menyebutkan penduduk Filipina pemeluk agam Islam hanya tersisa sekitar 5,1 juta Muslim atau 11 persen dari total keseluruhan populasi negara tersebut. 

Ternyata tidak banyak yang tahu jika tersebarnya agama Islam di Filipina dibawa oleh putera Indonesia asal Minangkabau, Raja Sulaeman Catatan sejarah menyebut sebelum kedatangan bangsa Spanyol, Filipina berada di bawah kekuasaan Raja Sulaeman dari Minangkabau yang merupakan pendiri Filipina.

Di sana, ia telah menyebarkan agama Islam hingga ke pelosok negeri. Seperti yang diungkapakan Mochtar Naim dalam disertasinya, 'Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau' tahun 1974, Mochtar Naim menemukan jejak rantau orang Minangkabau di Filipina.

Dalam penelitiannya Mochtar Naim menyebutkan, pendiri Kota Manila adalah Raja Sulaeman dari Minangkabau. Sedangkan kerajaan Sulu di Selatan Filipina didirikan Raja Baginda, juga dari Minangkabau.

Apa yang disebutkan Mochtar Naim juga diamini sejarawan dari Universitas Andalas Profesor Gusti Asnan. Menurutnya apa yang dikatakan Mochtar Naim sangatlah masuk akal, dan didukung dengan fakta-fakta sejarah.

“Sangat masuk “Sangat masuk akal dilihat dari pola migrasi orang Minang yang luas. Jejak Minangkabau bisa ditemukan di Sabah, Serawak, Sulu (Filipina Selatan), Kalimantan, dan Brunei. Bisa dibilang kalau orang Sulu berasal dari Minang, tapi tidak semua orang Sulu orang Minang,” kata Gusti, Rabu 15 September 2019.

Sejarah juga mencatat pada pertengahan abad ke-16, wilayah Manila diperintah oleh tiga pemimpin besar yakni Raja Sulaeman, Raja Matanda dan Raja Lakandula. Ketiganya memimpin sebuah wilayah yang berbeda-beda, namun masih berada di dalam satu kawasan.

Gusti menyebutkan jika, Raja Sulaeman dan Raja Matanda menguasai area selatan Sungai Pasig yang saat ini bernama Manila. Sedangkan Raja Lakandula menguasai di bagian utara. Konon, penamaan Kota Manila juga berasal dari kata fi’ amanillah, yang berarti di bawah lindungan Allah SWT.

Namun kedikdayaan Raja Sulaeman dan Islam di Filipina sirna seiring dengan datangnya armada besar asal Spanyol datang ke wilayah tersebut. Diceritakan pasukan laut negeri matador pimpinan Ferdinand Magellan itu sempat bentrok dengan angkatan bersenjata pimpinan Sultan Sulaiman.

Kala itu, dikatakan Gusti Raja Sulaeman menguasai Pulau Seludung yang kini telah berganti nama menjadi Luzon. Dalam perang yang terjadi pada 27 April 1521, seorang pemuka Islam yang bernama Lapu Lapu di wilayah setempat berhasil membunuh Ferdinand Magellan.

Namun sayang, Gusti menceritakan akibat dominasi kekuatan Spanyol yang besar akhirnya sukses mengubah wajah Filipina. Walaupun kini Filipina bukan negara dengan penduduk Islam mayoritas, tetapi kita bisa melihat kebesaran umat Islam lewat bangunan Intramorus Walle City yang dibangun oleh Raja Sulaiman.

Dalam bahasa latin, intramorus berarti dinding. Dinding yang dibangun pada abad ke-16 di atas lahan seluas 64 hektare ini merupakan cikal bakal Kota Manila. Bangunan yang semula berada di timur Kota Manila ini difungsikan sebagai pusat pemerintahan Spanyol dan diperuntukkan sebagai benteng pertahanan. Di sekitar dinding raksasa ini, terdapat pula beberapa bangunan bersejarah, salah satunya Fort Santiago.

Tidak hanya bangunan Intramorus Walle City jejak Islam di Filipina juga kita temui pada Masjid Syekh Karim al-Makdum, masjid tertua di Filipina. Masjid yang berdiri pada 1380 M ini dibangun oleh Syekh Karim al-Makdum, saudagar Arab yang datang dan berdakwah di daerah tersebut.

Masjid ini merupakan pusat penyebaran Islam pertama di tanah Filipina. Beberapa tiangnya yang asli, masih tegak berdiri, berada di dalam bangunan masjid. Pusat Arkeologi Nasional menobatkan situs ini sebagai warisan bersejarah. Sedangkan, oleh Museum Nasional Filipina, masjid ini dicatat sebagai kekayaan budaya berupa benda.   

Dan terakhir jejak Islam di Filipina bisa kita temui di Distrik Quiapo. Quiapo merupakan kota lama dan tempat permukiman Islam di Manila. Di daerah tersebut sudah banyak berdiri gedung-gedung pencakar langit. Di sinilah tempat pusat transaksi ekonomi cara Islam.

Kota ini menjadi salah satu pusat perdangangan bangsa Filipina saat itu. Dan uniknya, sistem transaksi yang digunakan sejak awal adalah sistem Islam. Sistem ini pun masih dipraktikkan oleh sebagian pedagang di kawasan tersebut sampai sekarang.

Serta sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya di masa lalu, figur Raja Sulaeman diabadikan menjadi sebuah patung yang terletak di Rizal Park, Manila. (K-YN)