Indonesia.go.id - Siklon-Siklon Datang Beriringan di Ujung Musim

Siklon-Siklon Datang Beriringan di Ujung Musim

  • Administrator
  • Minggu, 18 April 2021 | 22:12 WIB
BENCANA ALAM
  Sejumlah warga duduk di atas mobil yang rusak akibat banjir bandang di Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Siklon tropis tidak bergerak menuju garis equator. Taifun tak pernah masuk perairan Indonesia. Siklon tropis berbahaya bila tumbuh di perairan dekat pantai.

Belum usai cerita duka akibat siklon Seroja, badai tropis yang lain datang secara beriringan. Siklon Odette tumbuh di Samudra Hindia sekitar 780 km di selatan pesisir Jawa. Di Pasifik Barat, bibit siklon 94W tumbuh, sekitar 600 km di timur laut Pulau Biak, Papua. Keduanya  punya pengaruh langsung pada cuaca di wilayah Indonesia.

Cerita tentang siklon Seroja bermula dari Laut Sawu. Bibitnya terdeteksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) pada 2 April 2021. Peringatan dini dikeluarkan. Pelabuhan Kupang segera ditutup per 3 April, menyusul datangnya angin kencang dan gelombang besar di seluruh perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Siklon Seroja tumbuh semakin kuat, semakin besar, dan bergerak ke selatan. Tapi, di selatan Pulau Rote, ia membuat gerak melingkar. Mata siklonnya bergeser ke timur, belok ke utara, lalu ke barat, bahkan sempat naik ke daratan menyapu Kabupaten Malaka dan seputar Kota Kupang, seraya menjatuhkan hujan ekstrem 250 mm. Setelah mengamuk di tempat asalnya, siklon Seroja lantas bergerak ke barat daya menuju Samudra Hindia.

Babak Akhir Seroja

Terjangan siklon Seroja pada dini hari Minggu, 4 April itu menimbulkan kombinasi bencana hidrometerologis. Yakni, pusaran angin kencang, yang di Kupang mencapai 85 km per jam; hujan deras sampai ekstrem, yang menimbulkan banjir bandang dan longsor; serta gelombang air pasang di sepanjang pantai.          

Dari kekuatannya, siklon  Seroja itu masih masuk kategori 1, dengan laju  pusaran angin di bawah 87 km per jam. Namun, dampaknya cukup merusak di hampir seluruh wilayah NTT, bahkan Timor Leste. Di  NTT, jatuh korban 181 orang tewas, 47 dinyatakan hilang, dan 250 orang lainnya terluka. Ribuan bangunan rusak terjangan banjir bandang, angin, ombak, dan kombinasinya.

Usai menerjang NTT, siklon Seroja ini bergerak ke arah barat daya kemudian selatan seraya perlahan-lahan tumbuh makin kuat. Pada Sabtu (10/4/2021) ia mendekati pesisir Australia dan menimbulkan hujan serta angin kencang. Minggu (11/4/2021) malam, Siklon Seroja masuk ke daratan Australia, menerjang Kalbarri, sebuah kota kecil 580 km di utara Perth.

Di Kalbarri, siklon Seroja sudah tumbuh menjadi badai kategori 3, dengan kecepatan angin 170 km per jam dan curah hujan 167 mm. Banjir tak terhindarkan. Hampir 70 persen rumah di kota berpenduduk  1.500 jiwa itu rusak oleh terjangan angin dan banjir serta gelombang pasang.

Satu jam berikutnya, mata siklon menyambar Kota Gelardton dan mengakibatkan jaringan listrik putus. Sejumlah rumah warga jebol atau terbang atapnya. Sejumlah lokasi terendam banjir dan listrik padam.

Malam itu juga siklon Seroja bergerak semakin dalam ke daratan Australia barat. Pada esok harinya, ia terpantau di sekitar Kota Norsemen, di pedalaman, masih cukup kuat tenaganya, untuk melanjutkan perjalanannya menyeberang sisi barat Benua Australia, menempuh jalur lebih dari 1.000 km, sebelum akhirnya masuk ke perairan selatan Australia dan menghilang pada Rabu pagi.

Tak ada  korban jiwa. Namun, Pemerintah Australia mencatat, siklon Seroja ini merupakan badai tropis terburuk yang menerpa pantai baratnya sejak 1956.

Semua Bergerak ke Selatan

Siklon Seroja ini tergolong langka. Asal usul dan pola geraknya berbeda. Ia berputar dulu di tempat asal, di sekitar Laut Sawu, saat masih dalam tahap pembentukan. Begitu tumbuh menjadi siklon tropis (kategori 1), ia bergerak ke barat daya kemudian berbelok ke selatan. Ia terus bergerak ke selatan hingga tumbuh menjadi kategori 2, pada saat itulah ia bergerak menyerong ke tenggara dan masuk ke daratan Australia.

Pola siklon Seroja ini mirip dengan siklon Kirrily (2009) dan Frances (2017), yang keduanya muncul di Laut Arafura, serta siklon Marcus yang lahir dari Laut Timor. Ketiga siklon tropis ini berputar dulu di tempat asal sampai tumbuh menjadi badai kategori 1, baru kemudian beringsut ke barat daya kemudian berbelok ke selatan. Namun, ketiganya tak cukup punya tenaga untuk bergerak jauh ke selatan.

Yang lebih umum terjadi, bibit siklon itu lahir dan tumbuh di Samudra Hindia, di lepas pantai sepanjang Sumatra, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Pola ini yang lebih mewakili siklon Samudra Hindia bagian selatan. Sekitar 80 persen siklon tropis di sekeliling Indonesia terjadi pada Desember--Maret. April mestinya menjadi akhir musim siklon.

Siklon tropis Odette yang baru saja menimbulkan efek awan hujan di Pulau Jawa ialah tipe khas siklon tropis Samudra Hindia. Ia tumbuh di titik sekitar 15 derajat Lintang Selatan (LS) pada awal April. Tumbuhnya lambat. Ia bergerak ke timur laut ke arah Pulau Jawa. Di pagi Jumat 9 April, ia terpantau 780  km arah barat daya dari Cilacap. Pada posisi ini ia berpengaruh membangkitkan gelombang laut setinggi 4--6 meter dan mendatangkan awan hujan di pesisir selatan Pulau Jawa.

Dari titik tersebut, mata siklon bergeser ke arah timur dan kemudian ke selatan, seolah ia  ingin mengejar siklon Seroja yang datang di lintasan itu sehari sebelumnya. Siklon Odetta sempat mendekat ke Tanjung Gascoyne di sebelah utara Kota Kalbarri, pada Senin 12 April. Ia terus bergerak di atas lautan dengah arah selatan dan hilang esok harinya.

Siklon tropis Samudra Hindia ini pada dasarnya juga bergerak ke selatan. Namun, di awal pembentukannya ia bergeser mengikuti lintasan garis busur, yakni ke arah utara, belok ke timur kemudian ke selatan atau agak ke tenggara, ke arah pesisir Australia Barat. Namun, tak banyak siklon ini yang mampu naik ke daratan Australia. Siklon tropis Samudra Hindia umumnya hanya tumbuh sampai kategori 2 atau 3. Sangat jarang mereka tumbuh menjadi sebesar Hurricane di Laut Karibia yang bisa menjadi badai kategori 4 atau bahkan 5.

Pasifik Barat

Peringatan bahaya siklon Seroja dan Odette baru dihentikan, saat BMKG segera membunyikan sirine bahaya siklon tropis lainnya, yakni siklon tropis 94W, Senin (12/4/2021). Bibit siklon itu tumbuh di perairan Pasifik Barat di utara Papua. Dalam update Kamis (15/4/2021), BMKG menyebutkan bahwa bibit itu sudah tumbuh menjadi siklon tropis dan menyandang nama resmi typhoon (taifun) Surigae. Dalam beberapa hari ke depan ia menguat dan membesar dan lebih berbahaya.

Taifun ini bergerak ke arah barat laut menuju perairan Filipina. Kecepatannya 12 km/jam. Topan asal Pasifik Barat ini bisa tumbuh menjadi typhoon yang ganas. Torehan duka topan Haiyan di Pulau Leyte dan Pulau Samar, Filipina, November 2013, tidak terlupakan. Kedua pulau itu porak-poranda dan hampir 10 ribu jiwa melayang. Topan Haiyan mencapai badai kategori 4, dengan kecepatan pusaran angin rata-rata 230 km/jam, bahkan mencapai 310 km per jam pada puncaknya.

Siklon Pasifik Barat di utara garis khatulistiwa punya tabiat sendiri. Ia hanya bergerak ke arah barat atau barat laut. Ia tak pernah berbelok ke selatan memasuki perairan Indonesia. Toh, dampaknya terasakan sampai perairan di lepas Pantai Papua, Maluku, Maluku Utara, serta Sulawesi Utara, dalam bentuk gelombang pasang dan hujan badai.

Gerakan taifun Surigae ke arah barat atau barat daya itu rupanya menjadi pola umum dari sejumlah siklon tropis. Hurricane yang tumbuh di Laut Karibia atau Atlantik Barat bergerak ke barat atau barat daya, hal yang membuatnya menjadi ancaman laten bagi daerah pesisir Texas, Lousiana, Mississippi, Alabama, atau Florida di Amerika Serikat.

Siklon tropis yang berkembang di Pasifik Barat di sebelah timur Australia juga bergerak ke arah barat atau barat daya. Siklon tropis dari Pantai Meksiko di Pasifik Timur juga bergerak ke arah barat atau barat daya. Begitu halnya badai-badai yang berasal dari Pantai Barat AS, semua bergerak ke barat menuju Pasifik. Tak ada perbedaan dalam arah geraknya antara siklon di utara khatulistiwa dan selatan khatulistiwa.

Perbedaan menyolok tampak pada siklon dari Samudra Hindia. Pada sisi selatan katulistiwa, bergerak ke selatan atau tenggara, seperti terlihat pada siklon Dahlia atau Flamboyan. Agak sedikit di utara khatulistiwa, siklon-siklon di Laut Andaman dan Teluk Benggala cenderung bergerak ke barat daya atau utara. Maka, pantai timur India dan pantai selatan Bangladesh biasa menjadi korban terjangan badai siklon kategori 2 atau 3.

Dalam peta siklon, Indonesia relatif bebas dari siklon tropis besar sekelas taifun. Namun, pulau-pulau Indonesia rawan oleh terjangan siklon tropis yang tumbuh di perairan dekat pantai. Dengan kategori 1 pun,siklon tropis bisa membuat kerusakan besar seperti yang terjadi di NTT.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari