Indonesia.go.id - Babak Baru Bedah Urologi di Indonesia

Babak Baru Bedah Urologi di Indonesia

  • Administrator
  • Senin, 23 September 2024 | 07:50 WIB
TEKNOLOGI KESEHATAN
  Bedah robotik merupakan sebuah revolusi digital di dunia kedokteran dan salah satu inovasi terbesar dalam bidang medis, yang menggabungkan teknologi canggih dengan keahlian dokter bedah untuk meningkatkan presisi, keamanan, dan kenyamanan dalam prosedur bedah. KEMENKES
Teknologi bedah telerobotik mengatasi beberapa permasalahan, khususnya kendala geografis. Ke depannya, layanan kesehatan bisa diberikan secara merata.

Sejarah baru terukir dalam dunia kesehatan Indonesia. Pertama kalinya di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, dokter urologi dari Bali mampu mengoperasi kista ginjal seorang pasien di Jakarta. Teknologi operasi telerobotik (telerobotic surgery) memungkinkan operasi dilakukan dari jarak 1.200 kilometer (km), antara Bali-Jakarta.

Teknologi robotik ini memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time. Termasuk, untuk kasus-kasus urologi, bedah digestif, dan lain-lain.

Operasi jarak jauh pertama kali ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr Cipto Mangunkusumo RSCM Jakarta dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) I Gusti Ngoerah Gede (IGNG) Ngoerah Denpasar, Bali pada, Jumat, 30 Agustus 2024. Berkat teknologi ini, dokter di Bali mampu mengoperasikan tangan robot untuk operasi pasien kista ginjal yang berada di Jakarta lewat sambungan internet 5G.

Meski jauh, latensi gerakan robot yang dikendalikan dari Bali tidak delay atau terhambat dengan selisih waktu di bawah 25 milliseconds (ms). Proses operasi telerobotik itu dilakukan oleh enam dokter. Tiga dokter di Jakarta, yakni Guru Besar bidang Urologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Udayana (Unud) Gede Wirya Kusuma Duarsa, dokter spesialis Urologi FK UI Haidir Mochtar dan Fakhri Rahman. Mereka bertugas mengawasi proses bedah, kondisi di dalam perut pasien, dan pergerakan tangan-tangan robotnya di RSCM.

Sedangkan tiga dokter lainnya di RS IGNG Ngoerah Denpasar, yakni FK Unud I Wayan Yudiana serta dua Guru Besar bidang Urologi FK Universitas Indonesia (UI) Ponco Birowo serta Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid yang bertugas mengoperasikan console box dan mengawasi proses bedahnya.

Bedah kista ginjal terhadap pasien 58 tahun itu pada dasarnya dilakukan dengan metode laparoskopi. Metode bedah yang sudah umum dilakukan pasien urologi. Yakni, prosedur memeriksa dan mengobati kondisi bagian dalam perut atau panggul dengan alat berbentuk tabung tipis.

Alat telerobotik yang dipakai bermerek Edge Medical. Alat itu merupakan teknologi dari Tiongkok. Karena dilakukan dengan teknik telerobotik, proses bedah itu dapat dilakukan jarak jauh. Tangan robot yang membedah berada di ruang operasi di RSCM, sedangkan alat pengendali tangan robotnya atau console box dijalankan di Denpasar. Harga alat itu amat mahal, senilai USD3,5 juta atau sekira Rp53 miliar. Sedangkan merek lainnya, yakni da Vinci, harganya bahkan mencapai USD5 juta.

Enam hari kemudian, RSUP Prof IGNG Ngoerah dan Rumah Sakit Perguruan Tinggi (RSPTN) Universitas Udayana (Unud) juga berhasil melaksanakan operasi telerobotik di bidang urologi. Kedua rumah sakit itu juga bekerja sama dengan RSCM melakunan bedah pasien kanker prostat stadium awal pada Kamis (5/9/2024) sore. Operasi berlangsung lancar selama lima jam. Pasien hanya mendapatkan sayatan kecil dan pulih lebih cepat dibandingkan operasi konvensional. Sebelumnyya, pada Senin (2/9/2024) para Urologi Indonesia juga telah melakukan uji coba Radical Prostatectomy Robotic di RSUP Ngoerah.

Bedah telerobotik di Bali tersebut merupakan rangkaian uji coba (try out) teknologi bedah tercanggih sebagai bagian dari agenda kongres Urological Association of Asia (UAA) di Bali pada 5--8 September 2024. Perhelatan akan dihadiri 3 ribu ahli urologi dari 60 negara, termasuk  beberapa dokter berpengalaman dalam bedah telerobotik.

Bedah robotik merupakan sebuah revolusi digital di dunia kedokteran dan salah satu inovasi terbesar dalam bidang medis, yang menggabungkan teknologi canggih dengan keahlian dokter bedah untuk meningkatkan presisi, keamanan, dan kenyamanan dalam prosedur bedah.

Setidaknya ada tiga keuntungan dari bedah telerobotik ini. Pertama, meningkatkan akurasi operasi; kedua, mengurangi risiko infeksi; serta meminimalisasi perpindahan pasien karena mereka tidak perlu lagi menempuh jarak jauh untuk melakukan operasi.

Dengan demikian teknologi ini akan mengatasi beberapa permasalahan, khususnya kendala geografis, sehingga layanan kesehatan ke depannya bisa diberikan secara merata ke tempat-tempat jauh atau yang aksesnya sulit. Namun sebelum itu terwujud, dibutuhkan kepercayaan yang besar dari masyarakat akan manfaat dan keberhasilan bedah telerobotik ini sehingga perlu adanya edukasi secara terus menerus.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin meyakini kemampuan dokter di Indonesia tidak perlu diragukan. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk mendukung ketersediaan alat-alat yang dibutuhkan. Oleh  karena itu, Menteri Budi berharap agar semakin banyak warga negara asing (WNA) yang memilih melakukan tindakan pengobatan ke RSCM.

“Aku kasih target RSCM jangan merasa bangga kalau yang datang orang Indonesia. Tapi banggalah kalau ada pasien orang Malaysia dan Singapura bergantian datang ke Indonesia, karena pelayanan kita murah, cepat, dan berkualitas,” kata Menkes Budi menegaskan.

Kesiapan SDM

Pada pelaksanaannya, bedah robotik ini membutuhkan teknologi yang mumpuni, kecepatan akses internet 5G yang bagus dan sumber daya yang andal. Untuk itu, para dokter bedah membentuk Pusat Bedah Robotik Indonesia. Saat ini, pembangunan Pusat Bedah Robotik Indonesia sudah mencapai tahap penyusunan Kurikulum Pelatihan Virtual Reality (VR) Simulator Robotic Telesurgery. Sejumlah dokter bedah dari beberapa daerah tengah menjalani pelatihan untuk menguasai penggunaan robot sebagai simulasi dalam teknologi bedah telerobotik.

Skema pembiayaan operasi telerobotik ini juga sedang dibahas, apakah bisa ditanggung sepenuhnya oleh BPJS. Mengingat biaya sekali operasi telerobotik di Tiongkok bisa mencapai Rp95,4 juta (44 ribu yuan).  Kabar baiknya adalah, disampaikan Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah Wayan Sudana, Kemenkes telah merencanakan membeli empat peralatan bedah robotik. Masing-masing satu unit di RSCM Jakarta, RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSUP Prof IGNG Ngoerah Bali, dan RSUD Margono Soekaryo Purwokerto.

 

 

Redaktur: Ratna Nuraini
Penulis: Kristantyo Wisnubroto