Indonesia.go.id - Nasi Uduk Gondangdia, Gurih dengan Aroma Menggoda

Nasi Uduk Gondangdia, Gurih dengan Aroma Menggoda

  • Administrator
  • Kamis, 16 Mei 2019 | 17:00 WIB
KULINER
  Nasi uduk Gondangdia. Foto: Istimewa

Nasi Uduk berbentuk kerucut dengan balutan daun ala tumpeng saja sudah menggoda. Disantap bersama lauk-pauk yang pilihannya beragam, bikin lidah bergoyang. Itulah Nasi Uduk Gondangdia.

Gondangdia di Jakarta Pusat tidak hanya didominasi bangunan berarsitektur Belanda. Pilihan kulinernya pun banyak. Salah satunya adalah Nasi Uduk Gondangdia.

Hadir sejak 1993,  nyaris tidak ada perubahan rasa. Nasi uduknya tetap pulen, gurih dan wangi. Cita rasa gurih berasal dari penggunaan santan dan bumbu. Aroma khas santan juga menyeruak ketika daun pembungkus nasi uduk dibuka.

Pramusaji biasanya menghidangkan empat nasi uduk berbentuk kerucut di meja. Tidak banyak kedai nasi uduk yang menyajikan dengan gaya seperti ini. Biasanya, nasi uduk hanya dibungkus daun pisang tanpa dibentuk kerucut atau hanya dicetak mangkuk, lalu disajikan langsung di piring pembeli.

Pemakaian daun pisang membuat aroma nasi semakin wangi. Taburan bawang goreng pada nasi uduk menjadikannya lebih harum dan menggoda untuk segera disantap.

Nasi Uduk Gondangdia juga menawarkan pilihan lauk beragam. Mulai dari ayam goreng bumbu kuning, hati ayam, ampela, jantung, telur, daging empal, hingga petai. Aneka jeroan seperti usus, limpa, dan paru juga siap menggoyang lidah pengunjung.

Penggemar seafood dapat memilih lele, bawal, gurame, udang dan cumi. Tak kalah menggoda, ada sayur asem yang disajikan dalam panci besar dan dapat diambil sendiri oleh pengunjung. Tidak jauh dari panci sayur asem terdapat aneka lalap lengkap dengan sambal.

Lauk pendamping lain yang ada ialah tahu dan tempe. Semua lauk memiliki bumbu yang meresap hingga ke bagian dalam. Satu porsi nasi uduk dibanderol Rp7 ribu. Harga lauk pauknya berkisar dari Rp4 ribu hingga Rp20 ribuan.

Terletak di Jalan Cikini IV Nomor 12, Jakarta Pusat, kedai Nasi Uduk Gondangdia buka sejak pukul 10.00 hingga 24.00 WIB. Kedai tersebut menempati bangunan berarsitektur Belanda dengan langit-langit tinggi. Agar dapat menampung pengunjung, pemilik kedai juga menggunakan teras sebagai tempat makan dan menaruh etalase saji serta menggoreng atau membakar makanan pesanan pembeli.

Penasaran? Datang saja langsung ke sana. (K-RG)