Indonesia.go.id - Menyingkap Keindahan Girikerto dari Lereng Gunung Lawu

Menyingkap Keindahan Girikerto dari Lereng Gunung Lawu

  • Administrator
  • Selasa, 1 Oktober 2024 | 13:27 WIB
PARIWISATA
  Pemandangan Gunung Lawu dari persawahan di Girikerto. WIKIPEDIA
Ada kebun teh peninggalan kolonial, Kampung Belanda, dan mata air Sumber Koso di lingkungan Desa Wisata Girikerto, Kecamatan Sine, Ngawi, Jawa Timur.

Indonesia merupakan bagian dari Lingkaran Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire yaitu daerah di cekungan Samudra Pasifik sepanjang 40.550 kilometer (km) yang membentuk tapal kuda dan sering mengalami peristiwa gempa bumi dan tsunami, serta letusan gunung berapi. Demikian seperti dikutip dari website badan laboratorium ilmiah (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) Kementerian Perdagangan Amerika Serikat.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), di Indonesia terdapat 127 gunung api aktif atau sekitar 13 persen dari jumlah gunung api aktif di dunia. Salah satu gunung api tersebut adalah Gunung Lawu yang terletak di tiga daerah, yakni Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi dan Magetan, Jawa Timur.

Gunung setinggi 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terakhir meletus atau erupsi pada 28 November 1885. Abu vulkanik dari letusan gunung api umumnya mengandung banyak unsur mineral penyubur tanah seperti sulfur dan fosfor yang bermanfaat bagi kesuburan lahan di sekitarnya.

Itu sebabnya lingkungan di sekitar lereng Lawu selalu subur dan menghijau. Seperti yang bisa kita saksikan di Desa Girikerto yang terletak di Kecamatan Sine, Ngawi. Posisi desa wisata rintisan ini berada di ketinggian 800 mdpl dengan suhu udara rata-rata 18 derajat Celcius serta memiliki curah hujan relatif tinggi.

Lingkungan desa masih berupa kawasan konservasi hutan lereng Lawu. Terdapat tiga dusun dan satu kampung di Desa Girikerto, yakni Kampung Jamus, dan Desa Girikerto, Nglegok, serta Banjaran. Desa ini dapat dicapai dari pusat kota Ngawi yang berjarak sekitar 37,7 km dan perlu menempuh perjalanan selama 1 jam 6 menit agar sampai di tempat ini. Girikerto memiliki kawasan perkebunan teh seluas 478 hektare yang berada di Kampung Jamus dan dulunya dimiliki pengusaha Belanda bernama Van de Rappard.

Saat ini perkebunan teh yang berada di lereng utara Lawu tersebut dikelola oleh sebuah perusahaan swasta. Kebun teh yang menjadi ikon wisata Ngawi ini berada di lingkungan kampung yang berpenduduk 200 kepala keluarga dan mendiami rumah yang bernuansa kolonial dengan bentuk hampir serupa sehingga kerap dijuluki sebagai Kampung Belanda.

Perkebunan teh dan keunikan Kampung Belanda ini telah menarik perhatian masyarakat. Pada hari libur di akhir pekan, kampung ini ramai dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan keunikan Kampung Jamus serta berwisata di antara kehijauan kebun teh dan tentu saja menikmati sejuknya udara khas kaki gunung.

Girikerto tidak saja bercerita soal kebun teh dan Kampung Belanda saja. Sebab, desa ini juga menerapkan sistem persawahan terasering atau berundak, mengingat lokasinya yang berada di lereng gunung. Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Girikerto yang didominasi anak-anak muda kreatif juga membangun beberapa menara pandang terbuka dengan latar pemandangan gunung, kebun teh, serta sawah terasering sebagai spot foto menarik bagi pengunjung.

Terdapat pula puluhan mata air alami yang alirannya tak pernah kering. Salah satunya adalah mata air Sumber Koso yang berada di Dusun Girikerto. Mengutip website Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Ngawi, Sumber Koso memiliki cadangan air yang melimpah dengan debit besar. Sumber Koso menjadi pemasok air bersih warga sekitar serta air irigasi sawah petani.

Pemerintah desa kemudian menyulap kawasan dinaungi hutan desa yang rindang di sekitar Sumber Koso menjadi wana wisata yang bersih dan rapi, lengkap dengan lokasi berkemah (camping ground). Telaga mungil yang menjadi mata air Sumber Koso yang jernih kemudian diperbaiki dan diberi tembok agar terlihat lebih rapi. Puluhan ikan koi turut dilepaskan ke dalam telaga Sumber Koso. Setiap orang yang ingin masuk ke wana wisata ini diminta membayar retribusi sebesar Rp5.000 sebagai pengganti biaya kebersihan.

Waktu terbaik berkunjung ke Desa Wisata Girikerto dan menikmati semua keindahan alam yang dimiliki adalah antara bulan April hingga September atau ketika masih musim kemarau. Tertarik ke sana? Jangan lupa memasukkan nama Desa Girikerto dalam daftar destinasi wisata yang akan dikunjungi di sekitar Gunung Lawu ya. Selamat berwisata!

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/TR