Porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada kue, roti, es krim, dan sirup. Presiden Joko Widodo menilai, porang sebagai produk menjanjikan dan memiliki masa depan cerah.
Beberapa tahun terakhir, tanaman porang menjadi primadona baru. Bahkan porang mampu memicu gairah anak-anak muda atau milenial untuk ikut menggeluti bidang pertanian, terutama untuk jenis tanaman ini. Banyak anak-anak muda menjadi petani di daerahnya masing-masing. Sekarang porang tak lagi hanya berkembang di Jawa Timur, melainkan merambah ke Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, bahkan ke luar Jawa.
Pesatnya perkembangan lahan produksi porang tersebut, boleh jadi, karena iming-iming keuntungan dan kemudahan dalam hal proses penanaman. Selain tahan hama, porang juga mudah hidup di tanah yang tidak produktif. Misalnya, di bawah pohon-pohon besar atau rumpun bambu. Perawatannya pun tidak serumit tanaman lain, bahkan tak butuh penyiraman. Kebutuhan akan air hanya mengandalkan curahan air di musim penghujan.
Sementara itu, untuk satu hektare lahan bisa memperoleh 15 hingga 20 ton umbi porang dalam rentang waktu tanam delapan bulan. Dengan harga umbi produksi sekilo Rp7.000, mereka bisa memperoleh kurang lebih Rp35 juta–Rp40 juta dalam sekali panen.
Yoyok Triyono, salah satu petani muda, merupakan petani porang generasi ketiga di rumahnya yang terletak di Madiun, Jawa Timur. Ia mengikuti jejak kakek dan ayahnya untuk menjadi seorang petani. Ketika berdialog dengan Presiden Joko Widodo, Yoyok bercerita mengenai bagaimana menggiurkannya prospek bercocok tanam umbi-umbian yang sedang naik daun tersebut. Kini, anak-anak muda di Madiun pun menaruh minat untuk menggelutinya.
“Petani milenial, petani muda banyak di desa kami—mungkin di wilayah Madiun. Kalau zaman dulu lulus sekolah cari kerja di kota, tapi sekarang tidak Pak. Mereka lulus sekolah jadi petani porang, tiga tahun berjuang bertani porang, setelah tiga tahun bawa pulang mobil,” ujar Yoyok bercerita.
Yoyok baru mulai menanam porang sejak 2010. Awalnya dia hanya memiliki lahan seluas 0,3 hektare, warisan dari ayahnya. Sekarang, luas lahan yang dimilikinya telah mencapai 3 hektare. Menurutnya, porang adalah komoditas yang sangat menjanjikan karena tidak hanya umbinya saja yang laku. Tapi juga bibitnya.
Tingginya minat anak muda menggeluti tanam porang diamini Didi Kuswandi, seorang petani dari Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Menurutnya, saat ini banyak generasi milenial yang mengalami perubahan pandangan terhadap petani. “Dulunya petani ini seolah-olah menjadi cita-cita pelarian. Tapi hari ini, semua berbondong-bondong ingin menjadi petani porang. Termasuk saya, Bapak Presiden. Saya sudah lama di luar negeri, balik ke kampung menjadi petani,” ujar Didi.
Porang merupakan tanaman umbi-umbian yang memiliki banyak keunggulan. Selain rendah kalori dan juga bebas gula, porang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan hingga bahan kosmetik. Presiden Joko Widodo menilai, komoditas ini sebagai produk yang menjanjikan dan memiliki masa depan cerah. Kepada para petani muda, Presiden menitipkan pesan agar tidak hanya mengerjakan di lahan pertaniannya, tetapi juga bisa mengolahnya hingga pascapanen.
Kepala Negara pun mendorong agar para petani bisa mengolah umbi porang menjadi barang jadi, misalnya menjadi keripik. “Saya kira proses-proses seperti itu yang pemerintah inginkan. Jangan sampai nanti yang mengolah itu justru ada di Jepang, atau di Tiongkok, atau di Korea Selatan, atau di Eropa, nggak. Kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, ada industrialisasi, sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri,” jelas Presiden Jokowi.
Di akhir dialog dengan petani, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah ingin membangun sebuah ekosistem yang saling menguntungkan di mana selain masyarakatnya untung, lingkungan sekitarnya juga dapat terjaga dengan baik. Untuk itu, ia mendorong Menteri Pertanian untuk membuat perencanaan besar terkait prospek porang sebagai sebuah primadona komoditas pertanian baru.
Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis, 19 Agustus 2021, mengunjungi pabrik pengolahan porang milik PT Asia Prima Konjac dan melakukan dialog dengan petani porang. Dalam kesempatan itu presiden menginstruksikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menjadikan porang sebagai komoditas ekspor andalan baru di tanah air.
Menurut Presiden Jokowi, porang merupakan komoditas baru yang dapat memberikan nilai tambah yang baik, tidak hanya bagi perusahaan pengolah porang tetapi juga kepada para petani porang. Berdasarkan data yang diterimanya, dalam satu hektar lahan dapat menghasilkan 15 hingga 20 ton porang. Selain itu, pada musim tanam pertama para petani dapat menghasilkan hingga Rp40 juta porang dalam kurun waktu delapan bulan. Sebuah nilai yang sangat besar.
Presiden Jokowi juga meyakini bahwa porang akan menjadi makanan sehat di masa mendatang, mengingat porang memiliki kandungan yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Mulai dari rendah kalori hingga bebas gula. Presiden pun berharap komoditas porang ini dapat diekspor tidak hanya dalam bentuk mentahan dan barang setengah jadi, namun sudah dalam bentuk beras porang.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden Jokowi juga melakukan groundbreaking perluasan pabrik PT Asia Prima Konjac sekaligus meninjau proses pengolahan porang dari barang mentah menjadi barang setengah jadi. Presiden Jokowi juga menyempatkan diri berdialog dengan beberapa perwakilan petani porang.
Untuk diketahui, porang atau dalam bahasa Latin disebut Amorphopallus muelleri blume merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang mengandung karbohidrat glukomanan atau zat gula dalam bentuk kompleks. Porang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup. Porang juga kerap diolah sebagai produk kosmetik.
Kementerian Pertanian pernah menyebut nilai ekspor porang pada 2020 mencapai Rp923,6 miliar. Alhasil, komoditas tersebut ditetapkan sebagai mahkota masuk dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks). Beberapa kali Presiden Joko Widodo juga meminta agar porang dijadikan sebagai komoditas andalan baru di Indonesia, khususnya dalam rangka membuat alur ekspor yang beragam dan lebih optimal ke mancanegara.
Potensi umbi porang di pasar internasional semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan nilai ekspor porang yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018, volume ekspor porang dari Jawa Timur mencapai 5,51 ton dengan nilai sekitar Rp270,3 miliar. Pada 2019 terjadi peningkatan 9 persen, menjadi 6 ton dengan nilai sekitar Rp297 miliar. Pada 2020, angkanya meningkat lagi mencapai 70 persen di volume 10 ton dengan nilai Rp499,08 miliar. Adapun negara tujuan ekspor porang Jawa Timur, antara lain, Tiongkok, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.
Kementan telah menyusun Roadmap Budi daya dan Ekspor Porang 2020-2024 dengan target pengembangan sekitar 100 ribu hektare (ha) di 2024 dan potensi ekspor sebesar 92 ribu ton chips kering. Dalam roadmap tersebut juga, telah dipetakan target sebagai berikut, luas tanam (realisasi) tanaman porang 2020 adalah 19.950 ha dan 2021 adalah 47.641 ha. Sedangkan luas panen yang ditargetkan pada tahun tertentu adalah 95% dari luas tanam dua tahun sebelumnya. Produksi basah yang ditargetkan adalah 10 ton/ha dan ini nantinya akan dibuat berupa tepung glucomannan. Sedangkan, produksi kering dalam bentuk chips adalah 15% dari produksi basah. Kebutuhan benih adalah 20.000 katak (100 kg/ha).
Pengembangan porang akan dilakukan melalui sejumlah strategi, antara lain, peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul, penerapan good agricultural practices di tingkat petani, penyediaan pupuk sesuai kebutuhan, dan dukungan prasarana irigasi, jalan usaha tani dan dukungan fasilitas pembiayaan. Adapun fokus pengembangan secara bertahap akan dilaksanakan di 29 provinsi dan 263 kabupaten.
Dari sisi distribusi, pasar dalam negeri yang ditargetkan adalah 10% dari total panen, sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk chips kering atau produk turunan lainnya yang diperkirakan ada sekitar 21 jenis. Berdasarkan data Kemendag, ekspor porang Indonesia pada 2020 tercatat sebanyak 8.570 ton dengan total nilai USD19.645.620 atau tumbuh 23,35% (yoy) dengan Tiongkok sebagai tujuan ekspor terbesar yakni mencapai 13,28 juta ton.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari