Indonesia.go.id - Strategi Jitu Pemerintah: Meningkatkan Imunitas Masyarakat Melalui Vaksinasi Rutin

Strategi Jitu Pemerintah: Meningkatkan Imunitas Masyarakat Melalui Vaksinasi Rutin

  • Administrator
  • Senin, 23 September 2024 | 11:32 WIB
KESEHATAN
  Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50--100 tahun dalam tubuh hewan. Alhasil, masyarakat yang memiliki komorbid atau kekebalan tubuh rendah akan rentan tertular apabila terjadi pandemi kembali.ANTARA FOTO
Pemerintah kembali menekankan pentingnya vaksinasi bagi masyarakat dengan komorbid untuk menjaga kesehatan dan mencegah dampak virus yang terus bermutasi. Langkah ini sejalan dengan upaya kemandirian industri vaksin dalam negeri, memastikan Indonesia siap menghadapi ancaman kesehatan di masa depan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyarankan agar masyarakat yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan secara rutin melakukan vaksinasi. Setidaknya, vaksinasi dilakukan setiap 6--12 bulan sekali demi meningkatkan kekebalan tubuh.

“Untuk yang immunocompromise (kekebalan tubuh rendah), punya komorbid banyak, saya rasa perlu secara rutin 6--12 bulan sekali divaksinasi Covid-19. Sebab, virusnya pembawa Covid-19 tetap ada, enggak bakal hilang,” demikian disampaikan Menkes Budi, usai meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/9/2024).

Menkes Budi menegaskan, vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50--100 tahun dalam tubuh hewan. Alhasil, masyarakat yang memiliki komorbid atau kekebalan tubuh rendah akan rentan tertular apabila terjadi pandemi kembali.

“Saya baru belajar juga dari teman-teman di Biotis, virus itu kan familinya corona, jadi di hewan itu bisa bertahan 50--100 tahun. Selama badan kita sehat, enggak apa-apa. Tapi, kalau kita punya komorbid banyak dan badannya sudah enggak sehat, itu bisa enggak baik,” paparnya.

Itulah sebabnya Menkes Budi menyarankan, untuk yang punya komorbid agar rutin divaksin, setidaknya sekali dalam kurun satu tahun. “Toh, vaksinnya sudah ada, aman, dan nyaman untuk digunakan,” imbuhnya.

 

Tugas Pemerintah

Tatkala menyampaikan saran tersebut, Menkes Budi menegaskan adalah tugas pemerintah untuk memastikan pendidikan tentang vaksin dapat tersampaikan kepada seluruh masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat lebih tenang tatkala mendapatkan vaksin yang diproduksi di dalam negeri.

“Itu memang tugasnya kita untuk mendidik para ibu-ibu terutama, supaya lebih tenang kalau diimunisasi atau vaksinasi. Dengan adanya media sosial sekarang, memang segala macam hoax itu beredar, untuk itu saya minta tolong dengan media, imunisasi dan vaksinasi itu prosesnya panjang sekali, enggak mungkin bisa keluar tanpa approval (persetujuan) dari otoritas-otoritas seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” paparnya.

Ia menegaskan, beberapa vaksin bahkan sudah melalui otoritas dari dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga keamanannya sudah pasti teruji. “Kemudian, orang mencegah dengan divaksinasi itu jauh lebih murah, nyaman, dibandingkan dia terkena penyakit duluan. Sekarang misalnya lagi menjalar cacar air atau cacar monyet, segala macam jenis cacar, itu dulu banyak membuat masyarakat menderita dan cacat, kemudian keluar vaksinnya, kita divaksin, akhirnya itu kan hampir hilang dari dunia,” tuturnya.

Menurut dia, patogen atau virus berpotensi untuk bermutasi kembali sehingga lebih baik mengutamakan tindakan preventif daripada kuratif. “Itu sebabnya menurut saya jauh lebih baik kita lakukan tindakan preventif, salah satunya adalah vaksinasi, dibandingkan harus mengobati,” tuturnya.

 

Memacu Kemandirian

Kemandirian produk-produk biofarmasi dalam negeri memang kian terpacu dengan diresmikannya fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia. Menurut Menkes Budi, langkah PT Biotis merupakan bukti nyata bagaimana industri farmasi nasional dapat berkembang dan berkontribusi dalam menciptakan kemandirian vaksin. Selain juga, mendukung visi pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan mandiri.

"Vaksin ini penting dan enggak boleh hanya satu, ketahanan kesehatan kita kalau satu itu kurang. Ke depan, akan banyak patogen baru, jadi Biotis diberi kemampuan memahami patogen-patogen yang ada di hewan, sehingga nanti kalau bikin vaksin lebih bagus," kata Menkes Budi.

Menkes Budi juga berharap agar ke depan, yang dikembangkan bukan hanya infectious disease (penyakit menular). Melainkan juga, sambung dia, vaksin untuk sistem imun.

“Kalau Biotis bisa berkembang untuk melawan patogen kanker, itu juga akan menjadi game changer (membawa perubahan positif)," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia FX Sudirman menyampaikan, fasilitas produksi vaksin yang diresmikan hari ini adalah wujud nyata mendukung transformasi kesehatan nasional. "Ini adalah komitmen kita untuk memenuhi kebutuhan vaksin di dalam negeri," ucapnya.

Sudirman menjelaskan, PT Biotis bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, melakukan penelitian dan memproduksi vaksin-vaksin yang dibutuhkan masyarakat. "Unair mengajukan penelitian pada Kemendikbudristek dan sudah disetujui, jadi pendanaan terkait penelitian vaksin kami lakukan dengan berkolaborasi bersama Unair dan Kemendikbudristek, nanti kalau vaksin-vaksin itu sudah teruji klinis, pendanaan akan kami kolaborasikan dengan Kemenkes," tuturnya.

Ia menjelaskan vaksin Merah Putih atau INAVAC hasil kerja sama Biotis dengan Unair berhasil menginspirasi dan mendorong produksi vaksin dalam negeri. "Masa depan Indonesia akan lebih baik, karena vaksin Merah Putih menginspirasi banyak peneliti. Dengan peresmian fasilitas ini, kami semakin percaya diri bahwa Biotis akan memberikan sumbangsih besar pada bangsa," ujar dia.

PT Biotis selama ini menjalin kerja sama strategis untuk produksi vaksin di dalam negeri, di antaranya vaksin pentavalen yang bekerja sama dengan India untuk mencegah penyakit-penyakit seperti difteri. Kemudian, vaksin PCV-13 melalui kolaborasi dengan Minhai Beijing Biotechnology, Tiongkok, yang berperan penting dalam pencegahan penyakit pneumonia pada anak-anak, juga vaksin hepatitis B yang bekerja sama dengan ILL-India.

Sedangkan untuk kolaborasi dalam negeri bersama Universitas Airlangga, vaksin rotavirus multi-strain dikembangkan untuk mencegah diare akut pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi rotavirus. PT Biotis juga tengah mengeksplorasi transfer teknologi mRNA (yang dapat mereplikasi virus, sehingga dapat memicu imun tubuh untuk melawannya) dengan beberapa pusat riset terkemuka di dunia. Teknologi tersebut dipandang sebagai masa depan vaksin dan terapi penyakit infeksi.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini