Bila mendengar kata Singhasari, bisa jadi Anda sempat berpikir sejenak, apa itu Singhasari. Namun, tentu tak akan terlalu lama karena Singhasari identik dengan kisah Ken Arok atau Kertanegara.
Benar, Singhasari atau Singosari sangat kental dengan kisah Ken Arok atau Kertanegara. Dulunya, Singhasari adalah sebuah kerajaan besar di abad 10. Banyak situs sejarah dari kerajaan itu, seperti Candi Singosari dan sepasang patung Dwarapala yang tercatat sebagai patung terbesar di Indonesia.
Kisah sejarah beserta situs-situs peninggalannya masih mudah kita temukan hingga saat ini. Kini, Singhasari menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Malang, tepatnya di sebelah utara Kota Malang. Kecamatan ini dilintasi jalur utama Surabaya-Malang.
Sebagai kawasan yang kental dengan warisan sejarah itulah yang akhirnya melatarbelakangi lahirnya Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari, satu kawasan khusus bisnis yang mengkombinasikan kekayaan budaya, pariwisata, dan pengembangan teknologi serta industri kreatif.
Ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 tahun 2019. KEK ini memiliki sejumlah keunggulan. Selain dekat dengan wisata Bromo Tengger Semeru, juga terkoneksi Tol Pandaan–Malang, serta sudah ada bandar udara. Bahkan, sebagai jangkar dari kawasan ini, sejak Mei 2015 silam telah didirikan Museum Singhasari.
KEK Singhasari di Malang ini didesain dengan pendekatan wisata dan budaya. Salah satunya ikon sejarah kerajaan Singhasari. Semula KEK Singhasari diusulkan berada di atas lahan seluas 300 hektare. Terdiri dari zona wisata, technopark dan industri kreatif. Namun pada akhirnya yang disetujui 120 hektare dengan terdiri dari zona pariwisata dan pengembangan teknologi.
Sebagai pengelola KEK Singhasari, PT Intelegensia Graha Tama, bahkan telah menginvestasikan dana Rp300 miliar untuk membangun infrastruktur dan utilitas dasar di kompleks kawasan tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengejar target beroperasi pada tiga tahun ke depan.
Dalam satu kesempatan, Dirut PT Intelegensia Graha Tama David Santoso mengatakan pembangunan dimaksud seperti penambahan jalan, pembangunan sarana air bersih, broadband, dan lainnya.
“Meski begitu kami sebenarnya sudah siap menerima investasi yang masuk karena izin-izinnya sudah keluar, sudah clear, baik izin di tingkat pusat maupun daerah,” ujarnya, Minggu (13/10/2019).
Sejumlah Lembaga
Tak dipungkiri, KEK ini sudah sangat siap. Pasalnya, pengelola sudah mengantongi izin berupa PP No 68 tahun 2019 tentang KEK Singosari. Selain itu, izin-izin daerah, maupun skema pemberian insentif pajak untuk penghuni kawasan tersebut. Bahkan, pengelola kawasan itu kini mengupayakan insentif pajak daerah yang perda-nya tengah digodok.
Dalam sembilan bulan ke depan, seperti disampaikan David Santoso, pengelola juga tengah menyiapkan sejumlah kelembagaan untuk menopang kawasan khusus tersebut.
Lembaga itu seperti Dewan KEK Singosari yang dipimpinan Gubernur, Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK Singosari, pembentukan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), PT Intelegensia Graha Tama (IGT), dan PT Cakrawala Mandala, dan administrator.
Tahap selanjutnya, KEK Singosari mulai memasarkan pengembangan sektor pariwisata seperti untuk perhotelan, life style, travel, restoran, villa, dan lainnya. Pengembangan sektor pariwisata di sana juga ditautkan dengan kawasan wisata unggulan Jatim dan nasional, yakni kawasan Bromo, Tengger, Semeru.
Memang dari total lahan 120 hektare, sebagian besar lahan disiapkan untuk pengembangan sektor pariwisata dengan luas mencapai 44,8 hektare. Sisanya untuk pengembangan sektor ekonomi digital dan pariwisata. “Kami sudah menginvestasikan dana untuk KEK Singosari sebesar Rp1 triliun.”
PT Intelegensia Graha Tama (IGT) juga menargetkan paling lama dalam 5 tahun ke depan lahan seluas 44,8 hektare akan terbangun. Setelah itu perusahaan berkonsentrasi pada pengembangan lahan berikutnya.
Sebagai pembangun dan pengelola KEK Singosari bersama ITDC, IGT juga berkomitmen untuk membangun SDM di bidang pariwisata dan ekonomi digital. Dalam rangka itu, mereka tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah SMA/SMK, perguruan-perguruan tinggi dan politeknik terkait upaya mencetak SDM yang andal di sektor tersebut.
"Sebagai kawasan pariwisata berlevel internasional, maka SDM-nya pun harus berlevel internasional. Karena itulah, prodi-prodi di perguruan tinggi kurikulumnya harus berstandar internasional, juga SDM pariwisata bersertifikat Asean dan ada central excellent-nya," ujar David.
Begitu juga dengan SDM di bidang digital. Tidak bisa lagi dengan skill konvensional, melainkan harus sesuai dengan kebutuhan industri yang bertaraf internasional. SDM di bidang digital harus ditingkatkan kemampuannya agar terserap di industri digital yang akan masuk di KEK Singosari.
“Kami nantinya berusaha menautkan antara perguruan-perguruan tinggi dan politeknik-politeknik dengan industri maupun lembaga lainnya yang kompeten dalam pengembangan SDM di dua sektor, nanti output-nya baik sehingga memenuhi syarat untuk memasuki kerja di dua sektor tersebut,” ucapnya.
Mimpi besar membangun KEK Singhasari tentu patut didukung, apalagi kawasan itu akan menyerap tenaga karja di wilayah Malang dan sekitarnya. Harapannya, KEK itu akan menopang pertumbuhan ekonomi regional dan ujungnya adalah ekonomi nasional. (F-1)