Perlu sedikit perjuangan menembus lokasi danau cantik di belantara hutan hujan tropis Sumatra demi menikmati kemilau air objek wisata alam yang mendunia itu.
Jambi punya potensi wisata alam tak kalah menarik dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Provinsi seluas 50.160 kilometer persegi tersebut adalah salah satu bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Warisan dunia UNESCO itu adalah rumah bagi sekitar 4.000 spesies flora dan sekitar 370 spesies burung. Jambi tak hanya Gunung Kerinci setinggi 3.805 meter di atas permukaan laut (mdpl) saja. Provinsi berjuluk Bumi Melayu itu punya banyak danau, air terjun, gua, dan pantai yang tak kalah memukau.
Salah satunya adalah wisata alam fenomenal bernama Danau Kaco di kawasan Lempur, Kabupaten Kerinci. Mengutip data Balai Besar TNKS, luas Danau Kaco tak lebih dari 90 meter persegi dan lokasinya di Kecamatan Gunung Raya, dekat perbatasan Provinsi Bengkulu.
Perlu sedikit perjuangan untuk bisa mencapai lokasi danau yang tersembunyi nyaman, dipeluk lebatnya pepohonan hutan hujan tropis Sumatra. Perjalanan dari pusat Kota Jambi ke danau unik ini menghabiskan waktu sampai 10 jam dan sebaiknya menyediakan kendaraan sendiri atau menyewa. Pasalnya, belum ada angkutan khusus menuju danau.
Tujuan pertama adalah ke Sungai Penuh, sekitar 500 km barat Kota Jambi. Selama perjalanan ke Sungai Penuh kita akan disuguhi pemandangan hijaunya persawahan ditanami padi payo jenis long grain, khas Kerinci, dan berasnya beraroma wangi serta pulen.
Jalan mulus berkelok-kelok menyusuri punggung Pegunungan Bukit Barisan turut mewarnai perjalanan. Disarankan agar rute dari Kota Jambi ke Sungai Penuh ditempuh sejak pagi hari agar tidak kemalaman tiba di tujuan pertama. Terlebih belum ada penerangan jalan umum selama perjalanan.
Jika tiba di Sungai Penuh saat malam hari, sebaiknya langsung mencari penginapan saja dan melanjutkan perjalanan ke Danau Kaco keesokan hari. Sungai Penuh adalah kota terdekat dengan Lempur, berjarak sekitar 40 km, dapat ditempuh selama 45 menit berkendara.
Lempur menjadi titik perjalanan terakhir sebelum tiba di Danau Kaco, berjarak tak lebih 20 menit berkendara melewati persawahan dan jalan desa beraspal mulus selebar dua meter. Kita bisa juga memakai jasa ojek dari warga sekitar dan membayar sekitar Rp50.000 sekali jalan. Udara di kawasan ini sungguh sejuk, berkisar 20 derajat Celcius.
Penanda bahwa kita segera tiba di pintu masuk menuju Danau Kaco sangat mudah, yaitu jika jalannya tak lagi beraspal mulus, mulai berbatu, dan makin menanjak. Sebuah pos berbentuk rumah panggung menjadi akhir perjalanan sekaligus awal langkah menuju danau yang setiap tahun dikunjungi oleh lebih dari 7.000 turis, 1.000--1.500 orang di antaranya berasal dari mancanegara. Jika membawa kendaraan sendiri bisa dititipkan di pos.
Masyarakat Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur merupakan pengelola pos yang berdiri sejak 2021. Tak hanya berfungsi sebagai loket penjualan tiket masuk, di situ pengunjung dapat membeli suvenir Danau Kaco. Setiap pengunjung domestik akan dikenai biaya Rp15.000 dan khusus turis mancanegara diberi tarif Rp150 ribu per orang.
Pos hanya berjarak 20 meter dari gerbang masuk Danau Kaco berupa gapura setinggi tujuh meter berwarna biru, hijau, dan merah bermotif flora dan puncak Kerinci. Tepat di seberangnya, berdiri Tugu Benteng untuk memperingati perjuangan rakyat Kerinci dipimpin Depati Parbo melawan penjajah Belanda di Manjunto, pada 1903.
Tugu setinggi 10 meter dan di puncaknya terdapat replika senjata mirip keris ini sempat rusak akibat gempa yang melanda pantai barat Sumatra, Agustus 2009. Lawatan ke danau unik ini sebaiknya dilakukan saat pagi, karena untuk sampai hingga ke lokasi danau dari titik gerbang tadi, kita harus berjalan kaki sejauh 8 km.
Danaunya ada di ketinggian 1.289 mdpl seperti dikutip dari website Pemerintah Provinsi Jambi. Disarankan juga untuk membawa perbekalan dan persediaan air minum yang cukup serta fisik harus dalam kondisi sangat sehat. Pakailah sepatu khusus untuk aktivitas luar ruang (outdoor activity), bawa juga peta digital yang terhubung satelit. Pakaian pun harus menutupi seluruh anggota badan agar tidak digigiti serangga atau lintah.
Sejauh 300 meter pertama perjalanan menanjak usai melewati gerbang, jalan setapak beralas beton selebar dua meter langsung menyambut kita. Setelahnya hanya ditemui jalan tanah berbatu yang akan licin jika musim hujan tiba. Aneka pepohonan rimbun seperti pinus kerinci (Pinaceae), kayu manis (Cinnamomum), bambu (Bambusoideae), tanaman kantung semar (Nephentes), dan suara khas burung turut menemani perjalanan.
Kita juga bakal disambut suara air terjun Seluang Besisik yang airnya sangat deras menghujam bumi. Kendati berada di tengah belantara hutan, Danau Kaco punya keistimewaan yang tak dimiliki danau-danau sejenis di Jambi. Seperti namanya, permukaan air danau sangat bening bak kaca. Kita pun dapat melihat secara jelas dasar danau.
Warna air danau adalah sian (cyan), yaitu biru kehijau-hijauan, mirip permukaan air di laut. Penjelasan soal danau yang dikelilingi pepohonan lebat ini bisa kita dapati dari papan informasi yang dibuat oleh Balai Besar TNKS di dekat gerbang.
Menurut cerita seorang pemandu lokal Bernama Jet, jika malam tiba dan sinar rembulan menyentuh permukaan danau, maka airnya seperti bercahaya dan membuat lingkungan di sekitarnya menjadi terang di malam hari. Air danau bersumber dari beberapa mata air di seputarnya dan aliran kecil Sungai Jernih.
Danau mungil di punggung Gunung Raya (2.543 mdpl) ini menjadi habitat ikan semah (Cyprinidae) yang masih berkerabat dengan ikan mas. Ia dikenal juga dengan nama kancra, tambra, sapan, atau curong, menyukai air beraliran deras dan jernih. Ikan jenis ini juga bisa ditemui di taman wisata kolam alam Cibulan, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kendati populasinya di alam makin terancam karena penangkapan berlebihan, di Danau Kaco jumlah mereka sangat banyak. Kita bisa melihat ikan-ikan ini bebas berenang berkelompok dari atas permukaan air.
Jaga Kelestarian
Menjajal berenang di kejernihan danau ini akan melengkapi petualangan kita menembus rimba TNKS untuk bersua keindahan ciptaan-Nya tersebut. Sayangnya, di tepian danau banyak dijumpai sampah-sampah plastik dan kertas pembungkus makanan dari pengunjung. Ada baiknya kita membawa kantong penampung dan tidak membuang sampah sembarangan.
Nouf Zahrah Anastasia, seorang penikmat petualangan alam yang pernah singgah ke tempat ini, bersama suami dan anaknya, mengingatkan satu hal. Jika berkunjung ke tempat cantik ini, jangan lupa membawa lagi sisa-sisa sampah yang kita hasilkan. Akan lebih baik turut memunguti sampah di sekitar danau dan membawanya turun ke pos. Agar kebersihan dan keasrian lingkungan Danau Kaco tetap terjaga.
Sedangkan Kristian Hansen mengaku beruntung bisa melihat langsung keindahan Danau Kaco. "Danau ini sungguh cantik dan jadi bagian penting dari keindahan Taman Nasional Kerinci Seblat yang sudah mendunia. Saya beruntung bisa melihat langsung danau berair biru ini," katanya. Warga asli Denmark yang bermukim di Jakarta ini singgah ke Danau Kaco dalam persiapannya melakukan ekspedisi solo menjelajah Sabang menuju Merauke di akhir 2022.
Danau Kaco adalah satu di antara lima danau dalam lingkup Masyarakat Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur. Ukuran Danau Kaco adalah yang terkecil. Empat lainnya adalah Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Nyalo, dan Danau Kecik. Inilah kawasan adat dengan jumlah danau terbanyak di Jambi. Lempur berasal dari kata talempow atau lumpur dalam bahasa setempat.
Sedangkan nama Lekuk 50 Tumbi bermula karena masyarakatnya terdiri dari 50 tumbi (kepala keluarga) mendiami lekuk atau lembah di sekitar TNKS. Saat ini Masyarakat Adat 50 Tumbi Lempur telah menyebar di desa-desa kawasan Gunung Raya seperti Air Mumu, Dusun Baru Lempur, Kebun Baru, Kebun Lima, Lempur Hilir, Lempur Mudik, Masgo, Manjuto Lempur, Parikan Tengah, Sungai Angat, dan Kelurahan Lempur Tengah.
Seperti dikutip Antara dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kerinci, setiap menjelang pergantian tahun mereka akan berkumpul dan berkemah di kelima danau ini dalam acara beramei di daneaw atau beramai-ramai ke danau. Warga akan memboyong anggota keluarga mereka dan menggelar aneka kesenian rakyat. Seperti tari-tarian tradisional, pencak silat, berbalas pantun, api unggun untuk merayakan pergantian tahun.
Sejak 20 Agustus 2016 bertepatan Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci, kawasan ini ditetapkan oleh Pemprov Jambi sebagai desa wisata. Dalam website Jaringan Desa Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kawasan cantik itu dinamai sebagai Desa Wisata Lekuk 50 Tumbi, tentu saja dilengkapi foto cantik Danau Kaco dan keterangan informatif seputar objek wisata ini.
Ayo jelajahi objek wisata alam di Nusantara, indahkan semua peraturan di seputar objek wisata, dan selalu menjaga kebersihan lingkungannya. Jangan lupa tegakkan selalu protokol kesehatan. Selamat berwisata!
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari