Pinisi adalah karya tangan Suku Bugis dari Provinsi Sulawesi Selatan. Orang-orang Bugis dikenal ahli membuat kapal dan melaut. Mereka disegani sebagai pelaut yang tangguh. Selama berabad-abad Pinisi mengarungi lautan hingga Malaka, Burma, Vietnam, dan Australia. Tujuh helai layar pada Pinisi menunjukkan makna bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia.
Berpesiar dengan Pinisi
Mengarungi keindahan alam laut, seraya memanjakan diri seperti di dalam ruang hotel berbintang, tidak berarti harus memllih kapal pesiar besar. Ada pilihan lain yang lebih simpel, memanjakan diri di dalam kapal pesiar pinisi di Perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sejumlah kapal pinisi, dengan hampir seluruh badannya terbuat dari kayu, kini ditawarkan sebagai perahu pesiar. Ukurannya tidak terlalu besar. Panjangnya anatara 28 – 40 meter dengan lebar lambung sekitar 7 meter.
Memang, tak ada paket pesta dansa, grand dinner, atau pertunjukan musik dan kabaret di perahu pinisi itu. Tapi, di situ ada opsi yang menarik. Para tamu dapat duduk di geladak sambil menikmati gemericik suara laut. Bila cuaca mengizinkan, mereka bisa melakukan snorkling, diving, dan mancing. Kapal pinisi biasanya melayani satu, dua, atau tiga (rombongan). Pelayaran pun terasa lebih pribadi.
Salah satu yang menawarkan paket wisata pinisi di Labuan Bajo ialah PT Pelita Indonesia Djaja, anak perusahaan PT Pelni, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan usaha layanan pelayaran nasional. Perusahaan ini mengoperasikan beberapa unit, satu di antaranya pinisi cantik Arunika yang selalu siap melayari Perairan Barat Flores.
Arunika baru diluncurkan pada Juli 2019. PT Pelita Indonesia Djaja sendiri menawarkan sejumlah paket wisata. Untuk paket perjalanan satu hari (one day trip) harganya Rp950.000 per orang. Wisatawan bisa berlayar menuju Pulau Komodo, Pulau Padar, Pantai Pink, dan snorkling. Untuk paket dua hari satu malam tarifnya Rp2.600.000 per orang. Dengan harga tersebut, wisatawan sudah bisa berlayar menuju Pulau Bidadari, Pulau Komodo, Pulau Kalong Rinca, dan snorkling.
Pada paket tiga hari dua malam, wisatawan dikenai tarif Rp4.100.000 per orang. Dengan biaya itu, para pelancong sudah dapat mengunjungi Pulau Kelor, Pulau Rinca, Pulau Kalong Rinca, Pulau Padar, Pulau Komodo, Pantai Pink, Gili Laba, Manta Poin, Pulau Sembilan, Pulau Kanawa, dan snorkling. Plus menikmati suasana malam di kapal pinisi. Harga tersebut sudah termasuk untuk makan, pemakaian semua fasilitas kapal, tiket masuk ke sejumlah destinasi di sepanjang jalur wisata yang dilewati pinisi dan tentu saja asuransi.
Seperti pinisi pada umumnya, Arunika memiliki dua tiang layar utama serta tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang. Seluruh konstruksinya dari batang kayu ubit dan kayu ulin. Untuk ukuran panjang 40 meter, kapal pinisi ini dapat membawa 40 orang wisatawan dan awak kapal.
Sebagai sebuah kapal wisata, geladak pinisi umumnya setinggi tiga meter dari muka air laut. Palka di bawah dek dijadikan tempat penyimpanan logistik, termasuk air bersih, ruang generator listrik, dan mesin. Meski memiliki layar yang fungsional, gerak pinisi ini juga didorong oleh baling-baling yang diputar oleh mesin diesel.
Di atas geladak ada kabin bersusun dua. Kabin bawah sebagian difungsikan sebagai kamar untuk kru, dan sebagian lagi untuk kamar wisatawan. Di atasnya ada kabin-kabin khusus untuk wisatawan. Atap kabin atas itu juga difungsikan sebagai balkon terbuka, untuk penumpang mengadakan acara bersama, bercengkerama, bersantap bersama, menyaksikan panorama laut, atau menikmati udara malam sambil memandang bintang-bintang .
Lantai dek di bagian depan juga difungsikan sebagai tempat kumpul-kumpul. Ada atap kain terpal yang melindungi penumpang ketika panas terik atau hujan. Bila hujan turun jamuan malam digelar di situ. Acara karaoke atau organ tunggal biasa pula dilakukan di situ.
Untuk ukuran sekelas Kapal Arunika, kamarnya tak lebih dari 10 unit. Satu atau dua kamar utama dilengkapi dengan tempat tidur double berukuran lebar 160 cm. Kamar standar hanya berisi satu bed selebar 100 cm. Semua kamar dilengkapi mesin pendingin ruangan (AC) dan kamar mandi. Bahan kayu yang membangun kabin itu membuat situasi temperatur kabin sejuk meskipun AC tak dinyalakan.
Ada pula kapal yang hanya mengoperasikan dua atau tiga kamar tidur, dan selebihnya bangsal tidur rame-rame (sharing room) dengan enam hingga delapan bed dan dua kamar mandi bersama. Tipe ini cocok digunakan untuk rombongan. Perkara harga, sudah tentu unit kamar dengan satu tempat tidur akan lebih mahal dibandingkan sharing room.
Dalam perjalanannya, para wisatawan umumnya menghabiskan waktu lebih banyak di dek bagian depan. Di situ para wisatawan biasa berbagi cerita dengan kru kapal. Ingin mancing ikan? Tinggal meminta kru, alat pancing disediakan. Ingin berenang, snorkling, diving? Siapkan perkakasnya dan kapten kapal akan membuang sauh di spot yang aman untuk tamunya menikmati laut Flores barat, yang selalu jernih dan biru itu.
Bagi yang tidak mahir berenang, kru pinisi sudah menyiapkan life jacket atau pelampung agar tamu tetap bisa menikmati sensasi berenang serta snorkeling di laut, tentunya di dekat pinisi bersandar. Para kru akan mendampingi dan mereka terlatih. Kru pinisi sudah menyiapkan tangga bertali agar wisatawan mudah naik ke atas dek. Bisa juga melalui buritan, karena di situ ada tangga permanen.
Kapal pinisi ini dikendalikan dari ruang nakhoda yang letaknya di kabin atas bagian depan. Di situ nakhoda dan mualim bekerja menghela kapal. Di ruang ini pula seluruh aktivitas pelayaran dihela. Meski hanya kapal kayu, perlengkapan yang tergelar di ruang kendali ini terbilang canggih karena dilengkapi layar kecepatan kapal, radar cuaca, serta alat komunikasi dengan darat.
Belakangan, wisata pinisi itu menjadi pilihan para pelancong di Labuan Bajo. Keindahan Sang Pinisi, kapal tradisional warga Bugis, mudah membuat wisatawan jatuh hati. Di dermada menjelang naik kapal, mereka umumnya sudah swafoto. Mau naik tangga swafoto lagi, di geladak swafoto kian menjadi-jadi. Pinisi adalah wahana yang teramat instagramable.
Paket wisata pinisi ini memang makin mengokohkan industri wisata Indonesia sebagai kawasan bahari. Pelayaran wisata pinisi mulai tumbuh di Nusa Penida Bali, kawasan Raja Ampat di Papua Barat, serta di Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Banyak operator pinisi yang menawarkan sensasi berlayar dengan perahu kayu buatan rakyat di Bulukumba, Sulawesi Selatan ini.
Dengan harga yang jauh di bawah tarif berwisata dengan kapal pesiar, yang bisa mencapai belasan bahkan puluhan juta rupiah, sensasi pinisi sudah tentu akan sangat berbeda. Tapi Anda harus memesan paketnya sejak jauh hari, karena selain keterbatasan kapasitas penumpang di kapalnya, operator pinisi umumnya sudah memiliki jadwal berlayar yang padat.
Tapi tak perlu khawatir. Jika tak ingin mengikuti jadwal yang disiapkan operator, Anda pun bisa menyewa pinisinya secara khusus, misalnya hanya untuk rombongan atau keluarga. Bayangkan jika anda melakukan hal yang sama dengan kapal pesiar. Berapa banyak dana yang harus disiapkan untuk menyewa satu kapal pesiar hanya untuk dipergunakan oleh Anda.
Kini sudah banyak turis mancanegara yang merasakan sensasi berwisata dengan pinisi, kapal kayu Indonesia yang merupakan Warisan Budaya Dunia Takbenda dari UNESCO, lalu kapan giliran Anda?
Penulis: Anton Setiawan
Editor: Putut Tri Husodo/Ratna Nuraini/Elvira