Indonesia.go.id - Vaksinasi Terbukti Memberi Proteksi

Vaksinasi Terbukti Memberi Proteksi

  • Administrator
  • Kamis, 26 Agustus 2021 | 22:52 WIB
VAKSINASI COVID-19
  Petugas medis Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) memperlihatkan vaksin Moderna untuk tenaga kesehatan di Banda Aceh, Aceh, Senin (9/8/2021).  ANTARA FOTO/ Irwansyah Putra
Evaluasi efektivitas vaksin Covid-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuktikan vaksin mampu menurunkan risiko atas diri para nakes, baik risiko terinfeksi, risiko mengalami keparahan yang membuat harus menjalani perawatan di rumah sakit (RS), juga risiko kematian.

Dari sekitar 1.47 juta tenaga kesehatan, termasuk dokter dan tenaga ahli laboratorium, 100 persen sudah mendapat suntikan genap dua dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac. Secara bertahap, mereka kini menjalani suntikan dosis ketiga, dengan vaksin Moderna, sebagai booster (penguat). Dashboard Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI menyatakan bahwa sampai Selasa 24 Agustus, ada 32,5 persen dari mereka telah menjalani suntikan booster.

Dosis ketiga ini diperlukan untuk menjaga titer antibodi para nakes dalam kondisi optimum, demi menghadapi situasi pandemi yang belum jelas kapan akan berakhir. Para nakes ini adalah pejuang yang bertugas di garis terdepan dalam pengendalian Covid-19. Berada di zona paling berisiko, puluhan ribu, bahkan lebih dari seratus ribu, tenaga kesehatan Indonesia itu terinfeksi Covid-19.

Sebagian mereka gugur di medan tugas. Sampai akhir Juli 2021, menurut siaran pers Ikatan Dokter Indonesia (IDI), ada 598 dokter meninggal akibat Covid-19. Di antara mereka ada 270 dokter spesialis, dan 34 orang guru besar dari perbagai cabang ilmu kedokteran. Seminggu sebelumnya dilaporkan, selama pandemi ada 46 dokter gigi, 453 perawat, 235 bidan, ditambah sekitar 130 lainnya yang terdiri dari apoteker, tenaga ahli laboratorium, yang dinyatakan meninggal akibat Covid-19.

Seperti manusia pada umumnya, para health worker ini juga menghadapi risiko lebih besar ketika varian baru Covid-19 yang lebih ganas datang menerjang. Hasil surveilance Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, varian Alpha B-117, Beta B-1351, serta Delta B-1617 telah  merajalela di Indonesia. Varian Delta menjadi tampil dominan dan angka kematian meningkat. Dari semua kasus kematian dokter sampai Juli 2021, sebanyak 28 persen terjadi di bulan Juli 2021.

Para nakes itu secara bertahap sudah menjalani vaksinasi pada 13 Februari 2021, dan diperkirakan sebagian besar telah tervaksin pada April 2021. Bukan hanya di Indonesia, kematian di kalangan nakes ini terjadi di semua negara. Dalam sidang Majlis Kesehatan Dunia ke-74, di Geneva, Swiss, 24 Mei 2021, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus  menyatakan, telah jatuh korban jiwa atas 115.000 health worker selama 17 bulan pandemi berlangsung.

‘’Telah terjadi kesalahan berskala katastropik yang membuat keselamatan para tenaga kesehatan menjadi taruhannya,’’ kata Tedros. Tanpa menunjuk ke pihak  manapun, Tedros Adhanom menyayangkan kurangnya investasi dan prioritas yang terkait keselamatan tenaga kesehatan.

Berbagai alat pelindung diri (APD) telah digunakan di lapangan. Pengujian mutu APD pun dilakukan oleh banyak pihak. Hasilnya, APD terbuki dapat mengurangi risiko penularan virus Covid-19 sampai 95 persen atau bahkan lebih. Namun, nakes tak selalu mengenakan APD sepanjang hari, hingga ada kemungkinan penularan ketika mereka berada dalam kondisi perlindungan minimum. Disiplin APD pun menjadi isu tersendiri.

Kondisi Indonesia

Lantas bagaimana dengan efektivitas vaksin terhadap tenaga kesehatan? Evaluasi efektivitas vaksin Covid-19 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI membuktikan bahwa vaksin mampu menurunkan risiko atas diri para nakes, baik risiko terinfeksi, risiko mengalami keparahan yang membuat harus menjalani perawatan di rumah sakit (RS), juga risiko kematian. Hasil kajian ini diumumkan pada 12 Agustus 2021.

Studi Balitbang Kemenkes ini dilakukan atas 71.455 nakes di DKI Jakarta, meliputi perawat, bidan, dokter, teknisi alat kesehatan dan laboratorium, serta tenaga supporting lainnya pada periode Januari--Juni 2021. Populasi sampel nakes itu dibagi dalam tiga kelompok, pertama sudah mendapatkan vaksinasi satu dosis suntikan, kelompok kedua ialah mereka yang sudah memperoleh suntikan dua dosis lengkap, dan yang ketiga sama sekali belum tervaksin. 

Saat observasi usai dilakukan, ada 143.000 orang nakes di DKI Jakarta telah divaksinasi dosis pertama dan 125.431 orang telah divaksinasi dosis kedua. Studi dilakukan dalam kondisi pandemi yang dinamis. Gelombang pertama pandemi mulai menguat pada akhir Desember 2020, mencapai puncak di akhir Januari-awal Februari 2021 kemudian turun melandai. Gelombang keduanya pada awal Juni dan mencapai puncak antara 15-25 Juli, untuk kemudian perlahan menyusut. Serangan kedua ini disertai datangnya varian baru Delta B-1617.

Juru bicara Kemenkes dokter Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, sebanyak lima persen tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap dilaporkan terkonfirmasi Covid-19 pada periode April--Juni 2021. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi Covid-19 pada periode Januari-Maret 2021 yang jumlahnya hanya 0.98 persen.

Lebih jauh, menurut dokter Siti Nadia, di antara nakes yang telah divaksinasi lengkap lalu terinfeksi dan harus menjalani perawatan di rumah sakit jumlahnya ada 0,17 persen. Sementara, di kelompok yang belum tervaksinasi angkanya dua kali lipat, yakni 0,35 persen. Hal tersebut, menurut Siti Nadia, menunjukkan vaksin yang saat ini digunakan efektif untuk Covid-19, termasuk varian barunya.

“Sampai saat ini belum ada  bukti ilmiah yang menunjukkan, vaksin yang telah diproduksi dan telah digunakan di berbagai belahan dunia tak bisa melindungi kita dari virus varian baru ini. Vaksin yang digunakan dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19 masih sangat efektif,” ujar Siti Nadia.

Demikian halnya dengan kejadian kematian akibat Covid-19. Kasus kematian pada kelompok yang belum tervaksinasi, atau yang baru suntikan dosis pertama, relatif lebih tinggi dibandingkan pada mereka yang sudah mendapat vaksinasi lengkap.

Pada dua periode observasi, yakni Januari--Maret dan April--Juni 2021, terlihat bahwa proporsi kasus meninggal karena Covid-19 pada tenaga kesehatan yang belum divaksin ialah 0,03% persen,  tidak berbeda dengan tenaga kesehatan yang telah mendapat vaksin dosis pertama, yakni  0,03% persen. Sedangkan pada kelompok nakes yang sudah menjalani vaksinasi dosis lengkap risiko kematiannya adalah 0,001% pada periode Januari--Maret 2021 dan 0,01 persen pada periode April--Juni 2021.

Pada periode April--Juni 2021, total ada 474 tenaga kesehatan yang dirawat karena terinfeksi Covid-19. Sebagian besar mereka adalah nakes yang belum divaksin atau baru menerima suntikan  vaksin dosis pertama. Ada pun, nakes yang divaksinasi lengkap tak banyak yang dirawat. Awalnya porsinya mencapai 18 persen, kemudian persentasinya menurun hingga tinggal 3,3 persen.

Kelompok pasien yang sudah menerima vaksin lengkap itu rata-rata menjalani perawatan di rumah sakit antara 8--10 hari, lebih singkat dibanding nakes  yang belum sama sekali atau belum lengkap menjalani vaksinasi, yakni 9--12 hari. Dari nakes yang dirawat itu, sebanyak 2,3 persen memerlukan perawatan intensif di ICU, dan sebagian besar (91%) adalah nakes yang belum divaksinasi atau baru menerima vaksinasi 1 dosis.

Vaksin terbukti mampu memberikan proteksi di lapangan dengan mengurangi risiko keparahan dan kematian. Pemberian dosis ketiga tentu akan menguatkan vaksin sebagai faktor pembeda.

 


Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

Berita Populer