Hasil dari All England dan ajang super seri yang lain menunjukkan betapa persaingan di area bulu tangkis sangat ketat. Kekuatan Indonesia di kancah bulu tangkis bertumpu di nomor ganda putra. Tiongkok bukan negara adidaya lagi di arena badminton.
Debut ganda Bagas Maulana, 23 tahun, dan Muhammad Sahibul Fikri, 23 tahun, di arena bergengsi All England, menorehkan hasil gemilang. Ganda putra dari Kamp Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta itu berhasil meraih gelar Juara All England 2022, Minggu (20/3/22). Mereka mampu mengalahkan dua ganda terkuat dunia, yang tak lain ialah senior sendiri, yakni pasangan Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan di grand final, dan pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya di semi final.
Kemenangan Bagas/Fikri di stadion Utilita Arena, Birmingham, 180 km di sebelah utara London itu mengejutkan. Pasangan ini masih berada di peringkat 28 dunia ganda pria Badminton World Federation (BWF). Mereka belum pernah menjuarai laga di arena super series, baik di level Seri 300, 500, apalagi yang Seri-1.000 (tertinggi) seperti di ajang All England. Prestasi tertinggi mereka adalah juara di BWF Tour Super 100 Hyderabad Open, India, 2019. Tak heran, bila dalam tim peraih Thomas Cup 2021, nama Bagas/Fikri tak tercantum.
Namun terjun ke All England berbeda ceritanya. Pada babak kedua, mereka mengalahkan unggulan ke-6 (ranking 11 dunia BWF) asal Malaysia, yakni Ong Yew Sin/ Teo Ee Yi. Berikutnya, ganda asal Cilacap (Bagas Maulana) dan Bandung (Muhammad Shohibul Fikri) itu mengandaskan peringkat ke-4 dunia Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dari Jepang.
Maka dengan percaya diri Bagas/Fikri masuk ke babak semi final dan di situ mereka mengungguli peringkat 1 dunia Marcus/Kevin. Pada partai puncak, mereka kembali menorehkan sejarah dengan mengalahkan pasangan senior Pelatnas Cipayung dan ranking 2 dunia Ahsan/Hendera. Juara.
Namun kondisi puncak telah terlewati. Ketika tampil di Swiss Open (Seri-300) di Basel, Bagas/Fikri terjegal di babak 32 besar. Mereka dikalahkan oleh ganda India yang juga sedang naik daun, yakni Satwiksairaj Rankireddy (Ranki)/Chirag Shetty (Shet), Rabu (23/3/22). Prestasi Bagas/Fikri belum stabil.
Surplus Ganda Putra
Hasil dari All England dan ajang super seri yang lain menunjukkan betapa persaingan di area bulu tangkis itu sangat ketat. Jarak kemampuan antara pemain dengan ranking BWF 10 terbesar dan 20 terbesar tak lagi terlalu senjang. Tak ada lagi negara adidaya yang menguasai piala di semua arena dan di semua nomor, sebagaimana terjadi 10--20 tahun lalu, ketika pemain-pemain Tiongkok teramat sulit dikalahkan.
Kini kekuatan pemain lebih merata. Di Asia Tenggara misalnya, Indonesia dan Malaysia bukan lagi pemegang tahta bulu tangkis. Thailand dan Singapura telah menjadi pesaing yang amat potensial. India juga kembali bangkit di semua nomor, baik tunggal putra/putri, ganda putra/putri, dan campuran ganda.
Di Asia Timur, Hongkong dan Taiwan juga memiliki pemain-pemain kuat. Korea pun tak mungkin diremehkan. Dari Eropa, Denmark terus menghadirkan tunggal putra yang tangguh seperti Victor Axelsen, sang juara All England 2022, setelah mengandaskan pemain berbakat usia 20 tahun asal India Lakshya Sen. Namun, dari semuanya, Jepang memiliki gudang pemain-pemain terkuat putra maupun putri.
Dari jajaran 10 pemain dengan ranking BWF tertinggi di sektor tunggal putra, Denmark mengirim dua wakil, yakni Victor Axelsen (rangking 1) dan Anders Antonsen (3). Kento Momota di peringkat 2. Indonesia menempatkan dua pemain, yakni Anthony Sinisuka Ginting (5) dan Jonatan Christie (8). Selebihnya dibagi rata di antara Tiongkok, Taipei, Singapura, Malaysia, dan India. Pahlawan Indonesia di ajang Thomas Cup 2021, Shesar Hiren Rhustavito, masih berjuang di peringkat 23.
Di sektor ganda putra, Indonesia menempatkan tiga wakilnya, yakni pasangan Marcus/Kevin (1), Ahsan/Hendra (2), dan Fajar Alfian/Muhammad Ryan Ardianto di ranking 9. Jepang mengirim tiga wakil juga di deretan elite ini, yang masing-masing di peringkat 4, 5, dan 6. Selebihnya ada pasangan dari Taiwan, Malaysia, India, dan Denmark. Wakil Tiongkok dan Korea Selatan ada di posisi 17 dan 20. Pada nomor ganda putra ini, Indonesia surplus prestasi.
Di sektor tunggal putri, dari 10 besar BWF, posisi terhormat ditempati pemain Taiwan, Tai Tzu Ying. Pemain muda berbakal dari Jepang, Akane Yamaguchi, ada di posisi 2, didampingi Nazomi Okuhara yang bertengger di ranking 5. Selebihnya ada dua pemain Tiongkok, seorang dari Spanyol, India, serta dua lainnya dari Thailand. Pemain terbaik Indonesia Gregoria Mariska Tunjung ada di peringkat 28, dan Fitriani di posisi 43.
Pada nomor ganda putri, di antara 10 pemain terbaik, Tiongkok hanya mengirim satu pasangan yang bertengger di nomor satu, yakni ganda Cheng Qing Chen-Jia Yifan. Korea Selatan memborong tiga slot di posisi 2, 3, dan 10. Jepang juga mengirim tiga doble-nya di posisi 4, 5, dan 7. Thailand punya satu slot di posisi 8, dan Bulgaria menjadi satu-satunya wakil Eropa di deretan ini dengan duduk di peringkat 9. Wakil Indonesia ganda Grysia Polii dan Apriyani Rahayu bertengger di posisi 6.
Untuk ganda campuran, Indonesia mengirim Praveen Jordan-Melati Daeva Oktaviani di deretan 10 besar dunia itu. Mereka berada di ranking 5. Di atasnya, ganda campuran Thailand di posisi 1, Tiongkok pada posisi 2 dan 3. Wakil Jepang di posisi 3. Selebihnya ada wakil Malaysia (dua pasangan), Inggris, dan Hongkong. Ganda Indonesia lain, Hafiz Faisal-Gloria E Widjaja, masih di posisi 12, menunggu kesempatan masuk ke deretan 10 besar.
Distribusi pemain yang cukup merata itu membuat setiap event pertandingan super series selalu ramai dan sulit ditebak hasilnya. Namun untuk Indonesia jelas, kekuatan utamanya di sektor ganda putra. Bila Bagas/Fikri bisa bertahan lebih lama dalam performa terbaiknya seperti di Birmingham, tak mustahil mereka bisa mengejar masuk ke deretan 10 besar.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari