Dari keluarga Omicron, kini BA.2 menjadi subvarian yang paling dominan di seluruh dunia. Hibrida Omicron XE menarik perhatian. Menurut WHO, Covid-19 masih akan berkembang.
Kurva pandemi di seluruh dunia secara umum sudah melandai. Dalam sepekan terakhir, kasus baru Covid-19 menyusut 16 persen, melanjutkan tren penurunan pandemi global yang telah terjadi pada beberapa pekan terakhir. Tak ayal, kebijakan relaksasi atas ketentuan protokol kesehatan (prokes) pun dilakukan di hampir semua negara, untuk mendorong kehidupan kembali ke situasi normal.
Tidak berarti ancaman pandemi Covid-19 telah sepenuhnya pudar. Dalam laporan mingguan WHO Weekly Epidemiological Update, yang dirilis Rabu (6/4/2022), disebutkan meski angka kasusnya turun, pada sepekan terakhir masih muncul 9,35 juta kasus baru di seluruh dunia. Ditambah kasus dari pekan-pekan sebelumnya, diperkirakan masih ada lebih 20 juta kasus aktif. Di Indonesia saja masih ada 78 ribu kasus aktif per Kamis 7 April 2022.
Sejauh klaster-klaster Covid-19 masih ada, kemungkinan muncul varian baru masih tetap ada. Hal itulah yang diingatkan oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Varian baru ini yang dapat mengubah tren yang landai kembali menanjak.
Hal itu pulalah yang terjadi Eropa akhir Februari lalu, dan berlangsung tiga minggu, seiring munculnya subvarian baru, dari keluarga Omicron, yang disebut BA.2. Kini subvarian tersebut menerjang Tiongkok dan menimbulkan lonjakan kasus. Toh, Kemenkes terus mengantisipasi kemungkinan tersebut.
‘’Pemerintah tetap berhati-hati, karena menyadari bahwa lonjakan kasus yang tinggi dapat terjadi karena adanya varian baru, sehingga kami selalu memonitor varian baru yang ada,’’ kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers, Senin (4/4/2022).
Menkes Budi Gunadi menjelaskan varian BA.2 itu juga sudah masuk ke Indonesia. Bahkan, varian yang disebut “Omicron Siluman” itu pun sudah mendominasi kasus di Indonesia. Namun, Omicron BA.2 itu tak menyebabkan lonjakan ekstrem pada kasus Covid-19. ‘’Kita beruntung dengan kondisi imunitas masyarakat yang cukup tinggi, sehingga varian baru ini tak menyebabkan adanya lonjakan kasus di Indonesia," ujar Menkes.
Subvarian BA.2 itu telah membuat ledakan besar di Korea Selatan, Hongkong, dan Vietnam. Bahkan sempat mencatatkan rekor ekstrem 450 ribu kasus baru cuma dalam sehari di Vietnam, dan 620 ribu di Korea Selatan. BA.2 disebut-sebut punya daya tular 10 persen lebih tinggi dari induknya Omicron BA.1. Sang induk sendiri, yang muncul di Afrika Selatan itu, diperkirakan punya daya tular 70 persen lebih tinggi dari varian Delta yang meneror dunia di tahun 2021.
Dengan daya penularan yang amat tinggi, varian Omicron yang dilaporkan kali pertama dari Afrika Selatan 2 November 2021 itu secara mudah menyabar ke berbagai penjuru dunia. Omicron bahkan mampu mendesak penyebaran varian Delta. Memasuki bulan Februari 2022, sekitar 99 persen dari kasus Covid-19 global dibangkitkan oleh Omicron. Di awal April 2022, dari seluruh kasus Covid-19, sebanyak sekitar 99,8 persen, adalah Omicron, dan dari semua kasus Omicrom, 85 persen adalah BA.2.
Sejumlah negara yang sebelumnya berhasil menahan gelombang sebaran Covid-19 ternyata jebol oleh Omicron. Sebut saja Korea Selatan, Vietnam, dan Australia. Bahkan, setelah diserang Omicron BA.1 di Januari 2022, dengan puncaknya mencatat 175.000 kasus baru per hari, lalu melandai sejenak, kini Australia masih disibukkan dengan 60 ribuan kasus harian dari Omicron BA.2.
Dengan sebaran yang luas dan infeksi yang masif, Omicron (B.1.1.529) berpeluang menghasilkan subvarian baru melalui proses mutasi dan rekombinasi genom. Nyatanya, baru satu bulan beredar telah muncul subvarian BA.2. Tak berapa lama, muncul subvarian BA.1.1 dan BA.3.
Dalam perjalanannya, muncul rekombinan baru dari hasil pertukaran genom antarsubvarian yang ada. Laporan WHO terbaru, yang dirilis Rabu (6/4/2022), menyebutkan ihwal rekombinan baru yang disebut sebagai Omicon XD, Omicron XE,dan Omicron XF. Rekombinan ini sering juga disebut sebagai hibrida.
Dari perunutan genom yang telah dilakukan pada ahli terungkap bahwa Omicron XD adalah hasil rekombinasi antara varian Delta dan Omicron BA.1. Ada yang suka menyebutnya Deltacron. Adapun Omicron XE adalah hasil hibrida antara subvarian BA.1 dan BA.2, sedangkan Omicron XF ialah bentuk yang berbeda dari rekombinasi Delta dan Omicron.
Virus hibrida ini bisa terjadi di tengah situasi di mana kedua varian berada di tempat yang sama, di laboratorium, dan misalnya menginfeksi inang yang sama. Saat virus itu berkembang dengan cara mereplikasi ada kemungkinan terjadi kesalahan proses sehingga ada penggalan genom RNA yang tertukar. Proses pertukaran genom itu terjadi secara acak, random, sehingga tidak ada jaminan bahwa individu hibrida yang muncul akan lebih kuat dan bisa bertahan.
Sampai akhir Maret 2022, tercatat ada 49 kasus XD yang sebagian besar muncul di Prancis. Untuk XF tercatat sedikitnya 38 kasus di Inggris. Frekuensinya tak bisa disebut besar karena muncul dari hasil surveilans dengan sampel sekitar 400 ribu spesimen. Di Indonesia Januari lalu juga terekam masuknya spesimen dengan virus Deltacron, tapi progresnya kemudian tak terlihat. Kemungkinan lenyap dengan sendirinya karena kalah bersaing dengan BA.2 yang dominan di Indonesia.
Yang kini menarik perhatian adalah rekombinan Omicron XE. Sejak teridentifikasi 19 Januari silam hingga 29 Maret 2022, Hibrid XE ini tercatat muncul di 763 spesimen Covid-19 di Inggris. Sejumlah laporan menyebut Omicron XE ini ditemukan pula di India, Thailand, serta Tiongkok. Kementerian Kesehatan RI mengatakan, surveilans yang dilakukan tidak mendeteksi munculnya Omicron XE di Indonesia.
Omicron XE menarik perhatian setelah United Kingdom Health Service Agency (UKHSA) melaporkan bahwa Omicron XE 9,8% lebih mudah menular dari BA.2. Toh, WHO menegaskan, masih diperlukan kajian yang lebih mendalam. Dalam catatan WHO, mengacu pada data Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID), sebaran dan prevalensi Omicron XE masih terbatas.
Dari surveilans GISAID, menurut WHO, terlihat Omicron XE adalah varian undermonitoring (VuM) dengan nomor 26. Ia tak menunjukkan progres yang berarti dalam penyebarannya. Pemuncaknya adalah BA.2 yang di awal April 2022 ini porsinya sudah 93.6 persen, sementara BA.1.1 adalah 4.8 persen, dan BA.1 dan BA.3 kurang dari 0.1 persen.
Yang ditekankan oleh WHO adalah Covid-19 masih akan terus berkembang. Kemunculan varian baru ialah keniscayaan. Varian baru masih berpotensi muncul. Patah tumbuh hilang berganti. WHO pun mendesak negara-negara anggotanya terus meningkatkan kegiatan surveilans genome squencing yang belakangan mengendor. Vaksinasi primer dan booster pun disebut sebagai kebutuhan pokok untuk perlindungan masyarakat dari Covid-19 apapun variannya.
Cuci tangan dan mengenakan masker juga tindakan bijaksana. Situasi belum bisa disebut aman sampai semua orang benar-benar bebas dari Covid-19.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari