Dua emas telah disumbangkan srikandi-srikandi renang Indonesia sekaligus mengakhiri paceklik selama 17 tahun. Terakhir kali emas sektor putri disumbangkan perenang Magdalena Sutanto dari 800 meter gaya bebas pada SEA Games 2005 di Los Banos, Filipina.
Belasan penonton, sebagian membawa bendera dan berkaus merah dan putih termasuk Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia, Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, bertepuk riuh di lintasan boling Ha Noi Royal City, Selasa (17/5/2022) pagi.
Itu terjadi begitu peboling Ryan Leonard Lalisang dan Hardy Rachmadian yang turun di nomor ganda putra menyelesaikan lima game lomba. Di layar monitor pertandingan, nama keduanya muncul paling atas di antara enam pasangan lainnya dengan total skor tertinggi, 2.642 poin.
Dengan torehan itu, Ryan/Hardy yang turun di lintasan tujuh berhak dikalungi medali emas. Mereka menyisihkan dua wakil Singapura yang membawa pulang perak dan perunggu. Ini adalah emas pertama Indonesia dari arena boling pada ajang SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam.
Selain Ryan/Hardy, di Selasa siang, Indonesia juga mendapat sumbangan sekeping perak dari ganda putri lewat Sharon Limansantoso/Tannya Roumimper. Juara di SEA Games 2019 Manila ini kalah dalam pengumpulan angka dari duet Singapura, Cherie Tan Shi Hua/New Hui Fen. Sehari sebelumnya Ryan juga turut menyumbang sekeping perunggu dari nomor tunggal putra.
Bagi Hardy, ini merupakan emas keduanya di sektor ganda setelah di Manila merebut untuk pertama kalinya bersama Billy Muhammad Islam. Keduanya juga tercatat turut menyumbang sekeping perunggu ganda putra pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.
Namun, kisah itu tidak berlaku bagi Ryan Lalisang, peboling kelahiran Balikpapan, 21 Agustus 1980. Ia adalah maestro boling Indonesia. Ryan pernah menjadi penguasa lintasan boling, bukan saja di kawasan Asia Tenggara, melainkan di jagat Asia dan tingkat dunia.
Tak main-main, Ia perebut emas SEA Games 2005 dan 2019. Ryan juga pernah mencicipi emas Asian Games 2006 di Doha, di antaranya mengalahkan juara dunia 2006 asal Filipina, Engelberto Rivera. Itu adalah emas semata wayang Indonesia dari arena boling Asian Games hingga hari ini.
Di tahun yang sama, suami Vidya Valencia itu menjadi juara Asia dan peringkat 11 dunia Piala Dunia Boling Qubica AMF di Caracas, Venezuela. Tiga tahun kemudian ketika Piala Dunia Boling Qubica AMF digelar di Melaka, Malaysia, Ryan bertengger di peringkat tiga dunia. Saat itu, ia nyaris masuk babak final sebelum dijegal juara dunia 2005 asal Kanada Michael Schmidt di semifinal.
Peringkat pertama Asia 2017 ini telah jatuh hati pada olahraga menggelindingkan bola boling seberat tujuh kilogram untuk meruntuhkan 10 pin itu sejak usia 12 tahun. Ini lantaran kerap diajak sang ayah berlatih di lintasan boling Kota Balikpapan. Di tingkat nasional, ia tercatat 10 kali juara nasional dan merebut lima emas pada Pekan Olahraga Nasional 2008 di kampung halamannya, Kalimantan Timur.
Di usia 15 tahun, Ryan sudah dipanggil masuk pemusatan latihan nasional untuk turun pada SEA Games 1997 di Jakarta. Itu adalah penampilan internasional pertama bagi pria berkacamata minus tersebut.
Pada usia hampir 42 tahun di mana dalam olahraga sudah tergolong tua, Ryan Lalisang masih mampu menunjukkan tajinya lewat kepingan emas di Hanoi. Dalam sebuah kesempatan, Ryan pernah mengatakan, ia tak akan berhenti berprestasi jika usianya masih memungkinkan.
Kawinkan Emas
Tak hanya duet Ryan/Hardy saja yang menyetorkan kepingan emas bagi kontingen Merah Putih di SEA Games ke-31. Petembak Fathur Gustafian merebut emas cabang menembak dari final nomor 10 meter air rifle individual putra. Fathur sukses mengawinkan emas SEA Games 2021 setelah sehari sebelumnya di nomor yang sama, petembak putri Dewi Laila Mubarokah keluar sebagai juara.
Fathur yang bertanding di arena Hanoi National Sports Training Centre, keluar sebagai juara setelah mengumpulkan angka tertinggi, 103,9 poin diikuti Lionel Wong Zen Joi (Singapura) yang menggondol perak. Rekan senegara Fathur, Paragra Duncan Taruma Negara Fuji Sentausa membawa pulang sekeping perunggu.
"Alhamdulillah, terima kasih Tuhan, kedua orang tua, Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin), atasan, senior, dan rekan. Terima kasih atas doa dan dukungannya. Hari ini luar biasa," kata Fathur seperti dikutip dari Antara.
Dari arena kolam renang di My Dinh Aquatics Center, perenang putri Indonesia kembali membuat kejutan di tengah kuatnya dominasi Singapura, raksasa renang kawasan Asia Tenggara. Flairene Candrea Wonomiharjo keluar sebagai juara pada final nomor 100 meter gaya punggung dengan catatan waktu satu menit, 3,36 detik.
Di nomor final 50 meter gaya punggung putra, I Gede Siman Sudartawa membawa pulang sepeing perunggu. Ia gagal mempertahankan emas yang pernah diraih di Manila tiga tahun sebelumnya. Perenang asal Klungkung, Bali ini adalah spesialis gaya punggung dan telah mengoleksi tujuh emas SEA Games dan pemegang dua rekor SEA Games.
Sejauh ini dari kolam renang, para perenang Merah Putih telah mendulang 2 emas, 2 perak, dan 8 perunggu bagi kontingen Indonesia. Dua emas yang disumbangkan para srikandi renang Indonesia sekaligus mengakhiri kebuntuan selama 17 tahun. Terakhir kali emas sektor putri disumbangkan perenang Magdalena Sutanto dari 800 meter gaya bebas pada SEA Games 2005 di Los Banos, Filipina.
Emas keempat Indonesia pada Selasa (17/5/2022) disumbangkan dari arena atletik di Stadion My Dinh. Atlet tolak peluru putri Eki Ekawati Febri berhasil mencetak lemparan sejauh 15,2 meter diikuti Arrerat Intadis (Thailand). Eki berhasil membungkam Arrerat, juara bertahan tiga tahun lalu. Ketika di Manila, Eki hanya mampu membawa pulang perak dengan tolakan sejauh 15,08 meter.
Pada laga di cabang lainnya, atlet-atlet Indonesia melanjutkan langkah ke babak berikutnya. Seperti tim bulu tangkis putri yang melaju ke babak final nomor beregu setelah mengempaskan Vietnam, 3-1. Di final, Indonesia sudah ditunggu Thailand yang membabat Singapura, 3-0 di babak sebelumnya.
Sayangnya, langkah tim putri tak diikuti rekan mereka di sektor putra setelah Chico Aura Dwi Wardoyo dan kawan-kawan ditekuk Thailand dengan skor tipis, 2-3. Mereka pun harus puas dengan perunggu dan gagal mengulangi sukses para seniornya tiga tahun lalu di Manila yang keluar sebagai juara beregu putra.
Secara keseluruhan, dari pertandingan Selasa (17/5/2022), atlet-atlet Indonesia mampu mendulang empat emas, empat perak, dan 10 perunggu. Hasil itu menambah perbendaharaan medali kontingen Merah Putih yang dipimpin Chief de Mission Herry J. Kono itu menjadi 27 emas, 40 perak, dan 40 perunggu atau total 107 medali.
Seperti dikutip website resmi SEA Games ke-31, Vietnam masih berada di urutan teratas perolehan medali sementara dengan koleksi 101 emas, 65 perak, 64 perunggu dibayangi Thailand (43 emas, 45 perak, 63 perunggu), dan Filpina (34 emas, 39 perak, 51 perunggu) di urutan ketiga.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari