Indonesia.go.id - Fakta Unik Balap Mobil Listrik Tercepat di Dunia

Fakta Unik Balap Mobil Listrik Tercepat di Dunia

  • Administrator
  • Jumat, 3 Juni 2022 | 07:28 WIB
FORMULA E
  Sejumlah wartawan menyaksikan mobil usail unboxing replika mobil Formula E di Stadion Balap Sepeda Velodrome, Rawamangun, Jakarta , Kamis (26/5/2022). Antara Foto/ Reno Esnir
Juara dunia Balap Formula E musim lalu, Nyck De Vries merupakan keturunan Indonesia. Ia pun bertekad menjadi juara di tanah leluhurnya pada Formula E-prix Ancol, Jakarta.

Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah ajang balap mobil listrik dunia, Formula E yang akan diadakan di Sirkuit Internasional Jakarta E-Prix Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (4/6/2022). Balap Formula E ini semula digagas oleh mantan Presiden Federasi Otomotif Internasional (FIA), Jean Todt. FIA sendiri adalah regulator balap roda empat dunia termasuk membawahi balap Formula Satu dan Reli Dunia.

Todt yang berkebangsaan Prancis dikenal sebagai mantan pereli dan manajer balap bertangan dingin yang sukses. Di tangannya, tim reli Peugeot menjadi juara dunia empat kali. Kemudian yang paling fenomenal adalah ketika ia mengelola tim Formula Satu Scuderia Ferrari.

Pria 76 tahun tersebut berhasil membawa tim pabrikan otomotif asal Italia tadi delapan kali juara dunia konstruksi Formula Satu. Ia turut menjadikan legenda balap Michael Schumacher empat kali juara dunia. Dengan latar belakang balap otomotif dunia yang tak diragukan lagi tersebut, Todt menyambut ide konglomerat Spanyol keturunan Aljazair dan pemilik tim balap GP2 Barwa Addax, Alejandro Tarik Agag Longo, untuk menciptakan Formula E pada 2011.

Balap Formula Satu menjadi rujukan Todt-Longo dalam menciptakan Formula E atau E-Prix. Selain lebih ramah lingkungan karena tidak memakai bahan bakar fosil sebagai sumber tenaga, Formula E juga memiliki beberapa keunikan yang membuatnya berbeda dari "saudara kembarnya". Jika di Formula Satu, setiap tim diperkenankan membangun sendiri konstruksi mobil balapnya, maka hal itu haram hukumnya di Formula E.

Ini lantaran konstruksi tubuh mobil, seperti sasis, dan girboks sudah dipasok oleh produsen khusus, Spark Racing Technology. Hal serupa juga dilakukan terhadap baterai sebagai sumber penggerak. Beratnya mencapai 385 kilogram dan daya maksimal 250 kilowatt. Tiap tim hanya diperkenankan mengembangkan mesin listrik sendiri.

Meski sama-sama balapan mobil dunia tipe kursi tunggal (single seater), format lomba pada balap Formula E berbeda dengan Formula Satu. Pelaksanaan Formula Satu diadakan selama tiga hari dengan format latihan resmi di hari pertama. Diikuti babak kualifikasi hari berikutnya dan hari terakhir adalah lomba.

Sedangkan Formula E digelar selama satu hari penuh sejak pagi hingga sore. Pada pagi hari sekitar pukul 07.15 waktu setempat dilakukan tiga kali latihan resmi dengan waktu masing-masing 30 menit. Dilanjutkan siang hari untuk babak kualifikasi selama satu jam untuk memperebutkan posisi terdepan saat lomba. Waktu berlomba dilakukan pukul 15.00 waktu setempat.

Balapan berlangsung dalam 45 menit ditambah satu putaran. Artinya, jika para pebalap telah menuntaskan 45 menit lomba, mereka wajib meneruskan satu putaran lagi sebelum menyentuh garis finish. Selama lomba berlangsung tidak ada jeda untuk pergantian ban. Karena perangkat ban sudah didesain mampu beradaptasi dengan segala jenis cuaca dan suhu udara. Pergantian baru dilakukan kalau bannya bocor.

Di tiap mobil Formula E terdapat attack mode yaitu fitur untuk meningkatkan laju kendaraan setelah menyalip lawan. Fitur ini dapat diaktifkan para pebalap setelah melewati zona aktivasi yang terdapat di beberapa titik sirkuit. Saat berada di zona tersebut para pebalap dapat menekan fitur tadi dan dalam seketika tenaga mobil langsung melesat lebih kencang. Tandanya, di tiap pelindung kepala atau Halo terdapat lampu jenis LED yang akan menyala biru. Fitur tidak dapat dipakai ketika lomba baru memasuki dua putaran awal atau saat marshal mengibarkan bendera kuning.

Formula E juga mengajak para penggemarnya terlibat langsung dalam balapan. Caranya, para fans diminta melakukan jajak pendapat siapa saja pebalap favorit mereka. Tiga besar pebalap dengan suara terbanyak dari penggemar akan diumumkan 30 menit sebelum lomba dimulai.

Ketiganya akan mendapat "hadiah" berupa tambahan tenaga dan hanya bisa dipakai sekali saja saat balapan berjalan selama 22 menit. Bonus tenaga tambahan itu hanya berlangsung selama lima detik saja. Pebalap dengan fanboost dapat dikenali dari lampu Halo yang menyala ungu.

 

Keturunan Indonesia

Balapan musim pertama Formula E berlangsung pada 2014 dengan 11 seri di 10 kota seperti Beijing di Tiongkok, Putrajaya (Malaysia), Punta del Este (Uruguay), Buenos Aires (Argentina). Lomba dilanjutkan ke Long Beach dan Maimi (Amerika Serikat), Monte Carlo (Monako), Berlin (Jerman), Moskwa (Rusia), dan berakhir di London (Inggris).

Lintasan yang dipakai adalah jalan raya di kota penyelenggara dan diikuti oleh 35 pebalap dengan berbagai latar belakang balapan. Sebagian pernah turun di lintasan Formula Satu seperti Nick Heidfeld (Jerman), Sebastien Buemi (Swiss), Jarno Trulli (Italia), Vitantonio Liuzzi (Italia), Nelson Piquet Jr (Brasil), dan Takuma Sato (Jepang). Piquet Jr. keluar sebagai juara di musim perdana Formula E.

Untuk musim balap 2022, klasemen sementara pebalap dipuncaki Stoffel Vandoorne dari tim Mercedes EQ. Vandoorne adalah mantan pebalap Formula Satu. Ia satu tim dengan Nyck De Vries, juara dunia Formula E musim lalu. De Vries, pebalap Belanda keturunan Indonesia dari kakeknya yang asli Malang, Jawa Timur tersebut saat ini menduduki peringkat enam klasemen sementara.

"Saya sudah lihat desain sirkuitnya dan saya kira akan bisa melaju cepat di atasnya. Ini momentum yang sudah lama saya tunggu. Saya seperti pulang kampung. Saya ingin menjadi juara di negara leluhur kakek saya. Saya akan buat kalian bangga," kata De Vries dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (2/6/2022).

Selain Vandroone, di musim 2022 ini ada beberapa pebalap Formula E yang juga pernah mencicipi lintasan cepat Formula Satu. Mereka di antaranya Pascal Wehrlein (Jerman), Antonio Giovinazzi (Italia), Lucas Di Grassi (Brasil), dan Buemi. Mereka akan adu kencang pada lomba perdana Formula E di Indonesia sekaligus mencatatkan namanya sebagai juara baru di Sirkuit Jakarta E-Prix Ancol.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari