Ibu Negara Iriana Joko Widodo menyaksikan konser musik sasando oleh ribuan pemusik remaja di Labuan Bajo. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatatnya sebagai rekor baru memainkan alat musik petik asli Pulau Rote oleh banyak pemusik.
Ada suasana berbeda di Waterfront City, Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (28/9/2022). Sejak pukul 16.00 WITA, ratusan masyarakat sudah memadati lokasi bernama resmi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Pantai Marina Bukit Pramuka seluas sekitar tiga hektare tersebut. Semakin jam bergerak, jumlah mereka turut bertambah. Mereka kompak memakai kemeja putih lengan panjang, bawahan kain tenun ikat menutupi celana panjang warna gelap.
Kain tenun ikat corak senada turut diselempangkan menyilang dada. Tak lupa bertengger di kepala sebuah ti'i langga, topi bertepi lebar mirip sombrero khas Meksiko lengkap dengan pucuk mirip antena membuat bangga pemakainya. Mereka terlihat memegang sasando, alat musik petik khas NTT terbuat dari daun lontar, bahan yang sama seperti ti'i langga.
Seperti dikomando, mereka langsung mengisi tribun mirip teater terbuka (amphitheatre) di sisi selatan dan barat atau Zona 3 Waterfront City. Cuaca sangat mendukung, langit cerah ditemani kelap kelip cahaya jutaan bintang. Semilir angin sepoi-sepoi dari arah laut turut menyejukkan suasana.
Tepat di tengah Zona 3 bersebelahan dengan monumen besar mirip layar kapal pinisi, terbangun panggung terbuka berkarpet merah ukuran panjang sekitar 40 meter dan lebar 15 meter. Panggung dengan latar sebuah kapal pinisi ukuran besar sedang terparkir itu diisi oleh enam sasando ditemani perangkat alat musik modern seperti drum, kibor, gitar akustik, dan gitar listrik, serta beberapa unit pelantang suara. Dua layar raksasa terpajang gagah mengapit kiri-kanan panggung.
Berseberangan dengan panggung, berjejer puluhan kursi berpenutup kain putih. Dua deretan terdepan tampak kosong kendati beberapa deret kursi ke belakang sudah dipenuhi orang. Suasana tiba-tiba saja berubah riuh ketika tepat pukul 18.25 WITA, serombongan ibu-ibu berpakaian batik dan tenun ikat dikawal orang-orang bertubuh tegap memasuki plaza Waterfront City. Kilatan ratusan cahaya lampu dari kamera ponsel mereka yang hadir makin meramaikan suasana malam itu.
Rupanya rombongan dimaksud adalah istri-istri menteri di Kabinet Indonesia Maju. Mereka tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) dipimpin Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Kedatangan rombongan yang didampingi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat itu adalah untuk menyaksikan Konser Suara 1.000 Sasando bertajuk Magical Sound of Sasando for The World.
Sebelum duduk, Ibu Negara Iriana sempat melambaikan tangan membalas sambutan hangat masyarakat Labuan Bajo. Sejurus kemudian, lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang memenuhi udara kawasan Waterfront City yang dibangun sebesar Rp288 miliar. Acara dilanjutkan persembahan tarian dan lagu-lagu daerah di area terbuka yang diresmikan Presiden Joko Widodo, 21 Juli 2022 lalu itu.
Rekor Dunia
Tak lama kemudian, usai persembahan tarian dan lagu, ruang kosong antara panggung dan deretan kursi rombongan OASE KIM sudah disesaki oleh sekitar 1.000 orang yang semula mengisi tribun. Mereka duduk rapi di lantai plaza sambil memeluk sasando, alat musik asli Rote, pulau paling selatan dari Nusantara. Ini sekaligus upaya pemecahan rekor dunia memainkan jenis alat musik sitar tabung bambu itu secara bersamaan oleh 1.000 orang.
Para pemusik langsung memainkan dawai-dawai sasando mengiringi aneka tarian. Getar dawai 1.000 sasando itu seolah memecahkan keheningan malam di sekitar Labuan Bajo. Sebanyak 12 lagu dimainkan secara beruntun (medley) oleh 1.000 pemusik istimewa ini. Bahkan, Ibu Negara Iriana dan anggota OASE KIM turut menari Kiri Kanan dan Ja'i.
Pihak Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan rekor dunia memainkan sasando dengan pemain terbanyak pada acara ini. Jaya Suprana selaku pengelola MURI memberikan piagam kepada Julie dan Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bullu. Kegiatan diakhiri dengan pesta kembang api yang menerangi langit Labuan Bajo.
Sementara itu, menurut Direktur Musik Konser Suara 1.000 Sasando, Izhu Nisnoni menjelaskan bahwa pemusik sasando kali ini berasal dari para pelajar di Kota Kupang dan sekitarnya. Mereka berlatih secara intensif selama dua bulan lebih bersama para penari dari Sanggar Latasga Helong.
Konser ini sebagai upaya generasi muda NTT dalam melestarikan alat musik petik kebanggaan rakyat Bumi Flobamorata ini. Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri menjelaskan, ide Konser Suara 1.000 Sasando ini datang dari Julie yang merupakan istri dari Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Ia berharap rekor tersebut menginspirasi seniman NTT dan Nusantara serta masyarakat untuk menghormati dan melestarikan budaya tradisional.
Sasando sendiri telah diakui sebagai produk kekayaan intelektual asli Indonesia dari NTT. Hal itu dilakukan oleh Organisasi Properti Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO), salah satu badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengakuan itu diucapkan Direktur Jenderal WIPO Darren Tang asal Singapura usai rombongan budaya asal NTT dipimpin Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi pada 9 September 2022 lalu menggelar pertunjukan musik sasando dan nyanyian di hadapan 350 diplomat WIPO dari seluruh dunia dalam sidang mereka di Genewa, Swiss.
Seperti dikutip dari Antara, Nae Soi mengatakan bahwa pihak WIPO telah meminta dirinya untuk datang lagi ke Genewa pada 9 November 2022 nanti untuk menerima sertifikat sebagai bukti pengakuan dari organisasi tersebut bahwa sasando adalah milik NTT dan bangsa Indonesia.
Lewat pengakuan ini akan makin memperkuat hak kepemilikan sasando sebagai identitas budaya dari Indonesia sehingga tidak mudah diklaim oleh negara lain. "Ada negara yang klaim bahwa musik sasando berasal dari negara mereka, namun tidak diakui WIPO. Mereka mengakui bahwa sasando itu milik Indonesia dan NTT," tegasnya.
Semula Srilanka mengklaim bahwa sasando adalah alat musik tradisional mereka. Namun semua akhirnya terbantahkan dengan terbitnya sertifikat dari WIPO sebagai pengakuan dunia bahwa benda budaya ini sebagai properti kekayaan intelektual asli Indonesia.
Alat musik ini pernah pula ditampilkan kepada delegasi dari 20 negara anggota G20 saat diadakannya pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo, 10-13 Juli 2022. Sasando juga sudah menjadi koleksi Museum Musik Etnik Dunia Barranda di Caravaca de la Cruz, Spanyol pada Agustus 2011 silam.
Sasando ini sempat dimainkan oleh pemusik Nicodemus Tenis di hadapan Ratu Sofia ketika berkunjung ke paviliun Indonesia saat pameran pariwisata terbesar dunia, FITUR, Januari 2011. Ketika itu Ratu Sofia sangat kagum dengan sasando dan banyak bertanya terkait alat musik sederhana ini tapi mampu menghasilkan suara sangat indah.
Alat musik berdawai ini menemani gamelan jawa, gamelan jegog, angklung, dan kentongan ageng yang telah lebih dulu dikoleksi Museum Barranda. Yuk, kita lestarikan seni dan budaya tradisional Indonesia agar tetap bisa dinikmati dan bisa menjadi kebanggaan bangsa di masa mendatang.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari