Indonesia.go.id - Etalase Budaya Bali di World Water Forum

Etalase Budaya Bali di World Water Forum

  • Administrator
  • Minggu, 19 Mei 2024 | 20:02 WIB
WORLD WATER FORUM
  Sejumlah penari membawakan tari Sang Hyang Dedari dalam acara Balinese Water Purification Ceremony rangkaian World Water Forum ke-10 2024 di Kura-Kura Bali, Denpasar, Bali, Sabtu (18/5/2024). MEDIA CENTER WWF
Pemerintah Provinsi Bali melibatkan hampir 2.000 penari dari sembilan kabupaten/kota untuk memeriahkan pawai budaya.

Pemerintah Provinsi Bali menyambut peserta pertemuan Forum Air Dunia ke-10 tahun 2024 dengan memamerkan kekayaan budaya dan tradisi dalam bentuk pawai budaya atau arak-arakan yang diadakan di kawasan wisata Nusa Dua, Kabupaten Badung pada 20 Mei 2024. Sebanyak hampir 2.000 penari dari sembilan kabupaten/kota di Bali berpawai memamerkan beragam kesenian yang dimiliki.

Pawai budaya bertemakan Samudra Cipta Peradaban yang dimaknai sebagai upaya pemuliaan laut sebagai sumber kesejahteraan semesta yang menjadi asal mula lahirnya suatu peradaban. Samudra melambangkan keluasan ilmu pengetahuan, kedalaman nilai-nilai luhur sekaligus muara berpadunya berbagai cipta, rasa dan karsa umat manusia yang melahirkan kebudayaan yang adiluhung dan merepresentasikan peradaban krama Bali nan luhur, unggul, dan kawista.

Samudra juga melambangkan peradaban Bali yang terbuka dengan berbagai kebudayaan masyarakat dari berbagai penjuru dunia serta berpadu secara harmonis memberikan warna pusparagam seni budaya Pulau Dewata sekaligus mengukuhkan Bali sebagai pusat peradaban dunia (Bali Padma Bhuana). Pawai budaya ini melibatkan seniman Sanggar Seni Bungan Dedari berkolaborasi dengan penari-penari dari Kabupaten Tabanan, Karangasem, Gianyar, Buleleng, Jembrana, Bangli, Badung, Klungkung, dan Kota Denpasar.

Sanggar Bungan Dedari menampilkan atraksi berema Baruna Warnana melibatkan 150 seniman yang menyajikan ilustrasi upacara pemujaan terhadap Dewa Baruna. Menurut kepercayaan masyarakat Bali, Dewa Baruna adalah penguasa laut (samudra) yang harus selalu dimuiakan. Melalui karya ini Bali memohon keselamatan kepada Dewa Baruna agar World Water Forum 2024 berjalan lancar dan sukses. Atraksi ini diiringi oleh gamelan Ketug Bumi.

Atraksi selanjutnya digelar oleh perwakilan Kabupaten Tabanan yang mempersembahkan Segara Kanda atau Peristiwa Laut dan melibatkan 150 seniman. Mereka akan membawakan tarian kebesaran Tabanan yakni Jayaning Singasana Aum yang diiringi oleh tetabuh tektekan, tedung, bandrang, dan kober dan pasukan Bendesa Braban. Terdapat pula pawai ogoh-ogoh dari Pura Tanah Lot.

Penampilan lainnya juga dilakukan 150 seniman Kabupaten Karangasem yang membawakan Segara Yadnya atau Ritual Laut terdiri dari barisan penari tarian maskot Karangasem yakni Tari Padmaraja ditemani rombongan pemain tambur, kempur, sungu. Ikut pula penari Sekte-sekte, dan tabuh selonding. Atraksinya menggambarkan kisah Mpu Kuturan dalam mendamaikan sekte-sekte yang bertikai dan mengajarkan untuk membangun Kahyangan Tiga dan ritual di laut. Tak ketinggalan pula pawai ogoh-ogoh. 

Selanjutnya, penampilan 300 seniman dan penari dari Kabupaten Gianyar membawakan Segara Parisudha atau Penyucian Laut yang menampilkan tarian Sekar Pucuk, pawai pelinggih pura terbuat dari anyaman bambu, tarian bertema membersihkan sampah laut dan menggelar upacara Mapakelem. Kegiatan diiringi barisan gamelan, gong, dan suling.

Sedangkan sebanyak 200 penari dan seniman dari Kabupaten Buleleng dengan atraksi Samudera Baniaga (Perniagaan Bahari) yang menampilkan tari kreasi tentang nelayan dan gamelan perkusi. Ikut tampil barisan gamelan gender batel khas Buleleng serta gamelan gong kebyar.

Berikutnya ada sebanyak 200 penampil mewakili Kabupaten Jembrana membawakan pawai budaya bertema Adicitta Segara (Teknologi Laut) yang dibuka oleh barisan anak-anak muda berbusana adat Bali modifikasi. Mereka diiringi pembawa tedung, bandrang, dan kober serta penari Sekar Cepaka yang merupakan khas Jembrana. Seperti beberapa penampil sebelumnya, Jembrana pun menyisipkan atraksi ogoh-ogoh pelinggih dari Pura Purancak.

Kabupaten Bangli diwakili oleh 150 seniman yang membawakan beragam atraksi budaya bertema Segara-Danu-Negara (Interaksi Budaya Bahari). Arak-arakan diisi oleh para penari Pucuk Bang diiringi barisan gamelan barungan, gong, dan suling serta aksi tematik menggambarkan pembangunan Pura Dalem Balingkang. 

Sementara itu, Kabupaten Badung selaku tuan rumah perhelatan World Water Forum ke-10 tersebut menampilkan pesta budaya bertema Segara Wisata (Awal Pariwisata Bali) melibatkan 200 penari membawakan Tari Sekar Jepun diiringi tetabuhan gong dan perkusi. Dikisahkan pula mengenai awal mula pariwisata di Kuta ditandai kedatangan Mads Lange.

Kabupaten Klungkung pun menampilkan pawai budaya bertema pariwisata yang dibalut dalam atraksi tarian dan barisan pemusik tradisional seperti gamelan, gong, dan suling. Terdapat pula pawai ogoh-ogoh pelinggih Pura Dalem Ped. Terakhir adalah penampilan dari 200 seniman Kota Denpasar membawa tema Danacitta Segara atau Peradaban Multikultur dan Ekonomi Kreatif. Selain menampilkan tari khas Denpasar, Sekar Jempiring dan Burung Tenggek, ikut disemarakkan dengan tari kreasi Legong Le Mayeur.

Indonesia menjadi negara ke-10 yang menggelar World Water Forum yang diadakan tiap tiga tahun sekali. Acara ini diadakan pertama kali pada tahun 1997 di Kota Marrakesh, Maroko. Berikutnya giliran Den Haag, Belanda menjadi tuan rumah disusul Kyoto (Jepang) yang menjadi penyelenggara ketiga di 2003.

Kemudian berturut-turut dilaksanakan di Meksiko (2006); Istanbul, Turki (2009); Marseille, Prancis (2012); Daegu-Gyeongbuk, Korea Selatan (2015); Brasilia, Brasil (2018); Dakar, Senegal (2022). Dalam setiap pertemuan internasional membahas persoalan air itu, selalu dihasilkan suatu kesepakatan bersama.  

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari