Indonesia.go.id - Digitalisasi Riwayat Kesehatan Jemaah Haji Indonesia

Digitalisasi Riwayat Kesehatan Jemaah Haji Indonesia

  • Administrator
  • Minggu, 2 Juni 2024 | 13:16 WIB
HAJI
  Petugas kesehatan mengecek suhu seorang calon haji Indonesia saat kegiatan jemput bola Poli Risti (risiko tinggi) Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah di klinik kesehatan Sektor 9, Misfalah, Makkah, Rabu (29/5/2024). ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan
Pemantauan kesehatan jemaah haji diperketat melalui penggunaan QR Code selain memenuhi permintaan Pemerintah Arab Saudi dan WHO.

Indonesia setiap tahunnya tak pernah absen mengirimkan jemaah untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Berdasarkan kuota dari Pemerintah Arab Saudi, untuk musim haji 2024, Indonesia memberangkatkan 241.000 jemaah terdiri atas 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 orang haji khusus. Seperti penyelenggaraan haji di tahun-tahun sebelumnya, pemerintah memprioritaskan kesehatan para jemaah ketika akan dan tiba serta selama berada di Tanah Suci.

Terlebih, kondisi cuaca di Arab Saudi saat siang hari dapat mencapai 45 derajat Celcius dan menjadi tantangan bagi jemaah haji asal Indonesia. Oleh karenanya, sejak musim haji 2023 lalu Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuat terobosan digitalisasi riwayat kesehatan jemaah.

Bentuknya berupa Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) yang selain sebagai identitas resmi jemaah haji asal Indonesia, juga terlampir data kesehatan tiap orang yang tersaji secara digital. Kartu ini dilengkapi oleh kode batang (barcode) dan kode respons cepat (Quick Response/QR Code). Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhendro Susilo, QR Code berisi informasi riwayatringkas kesehatan setiap jemaah.

Informasi tersebut berupa nama, tanggal lahir dan usia jemaah, riwayat penyakit yang diderita, obat yang biasa diminum sewaktu sakit, serta jenis vaksin yang sudah diterima. Tak lupa dicantumkan pula alergi apa saja yang diidap jemaah. Riwayat penyakit penyerta (komorbid) seperti jantung, hipertensi, dan diabetes turun dicantumkan dalam QR Code.

Data-data tersebut berguna bagi petugas kesehatan haji ketika hendak menangani jemaah yang sakit sekaligus mempercepat upaya dalam melakukan tindakan medis. Pemegang KKJH akan dibedakan berdasarkan warna kartunya yaitu oranye bagi mereka yang berstatus kesehatan risiko tinggi dan putih untuk yang tidak berisiko. Jemaah berisiko tinggi salah satunya adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun atau lanjut usia (lansia).

Jumlah jemaah lansia pada musim haji kali ini cukup banyak, hampir 21 persen dari total jemaah Indonesia atau ada sebanyak 44.795 orang. Umumnya jemaah haji kategori ini memiliki risiko kesehatan yang berpotensi menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme tubuh. Penyediaan data kesehatan secara digital ini juga untuk memenuhi permintaan Pemerintah Arab Saudi dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sesuai standar International Patient Summary (IPS).

Liliek mengungkapkan, upaya digitalisasi dilakukan guna menekan angka kematian pada jemaah sebab pada musim haji lalu ada 774 jemaah meninggal dunia dan mayoritas adalah para lansia. Penggunaan QR Code ini juga sebagai upaya istitha'ah atau pengetatan pemantauan kesehatan tiap jemaah. Artinya, pemerintah bakal memantau kemampuan jemaah dari aspek kesehatan baik secara fisik dan mental melalui asesmen atau pemeriksaan oleh petugas medis di rumah sakit sebelum berangkat ke Tanah Suci.

"Misalnya kalau dulu sakit jantung atau gagal ginjal stadium 5 tidak boleh diberangkatkan, maka mulai musim haji tahun ini stadium 4 sudah tidak diperbolehkan untuk berangkat ke Tanah Suci. Kala di musim haji lalu kadar gula jemaah penderita diabetes masih dilonggarkan, maka saat ini hanya jemaah dengan cek gula darah maksimal 8 persen yang boleh terbang," kata Liliek seperti dikutip dari website Kemenag.

Pemerintah juga memperbanyak stok obat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Kota Mekkah dan Madinah. Sebanyak 62,3 ton obat dan perbekalan kesehatan diangkut dari Indonesia meliputi 2.872 koli obat dan 1.826 koli alat-alat kesehatan habis pakai. Liliek juga menyarankan kepada setiap jemaah untuk memakai masker, kacamata hitam, payung, topi lebar bagi jemaah perempuan dan semprotan (spray) air untuk membasahi wajah.

Dia juga menyarankan agar jemaah sering meneguk air putih, maksimal tiap 15 menit sekali teguk atau setiap jemaah minum segelas air putih. Hal itu dilakukan agar terhindar dari sengatan panas matahari (heat stroke) dan dehidrasi.

Sementara itu, Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Mochamad Mauludin memastikan bahwa seluruh jemaah haji Indonesia diangkut oleh armada pesawat milik dua maskapai nasional Indonesia dan Arab Saudi, Garuda Indonesia dan Saudia Airlines. Seluruh pesawat berjenis badan lebar (narrow body) buatan pabrikan Boeing dan Airbus.

Garuda Indonesia menyiapkan 18 unit pesawat terdiri atas 10 unit milik sendiri dan 8 unit sisanya adalah pesawat sewaan meliputi Boeing tipe B747-400, B777-212, B777-300ER, dan Airbus tipe A330-200, A330-300, serta A340-300. Sedangkan Saudia Airlines menyediakan 15 unit pesawat berjenis Boeing B747-400, B777-300, B777-300ER, dan Airbus A330-300. Sehingga total ada 33 unit pesawat dilibatkan. 

Sedangkan Kepala Subdit Transportasi dan Perlindungan Jemaah Haji Reguler Kemenag, Noer Alya Fitria menerangkan, pengiriman jemaah ke Tanah Suci dilakukan dalam dua gelombang. Yaitu pada 12--23 Mei 2024 merupakan gelombang pertama dengan tujuan Madinah dan gelombang kedua 24 Mei--10 Juni 2024 langsung ke Mekkah. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berharap penyelenggaraan musim haji 2024 dapat lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

 

Penulis: Anton Setiawan
Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari