Indonesia.go.id - Mengenal Sesar Semangko, Pemicu Gempa di Pulau Sumatra

Mengenal Sesar Semangko, Pemicu Gempa di Pulau Sumatra

  • Administrator
  • Kamis, 8 Agustus 2024 | 13:42 WIB
GEOLOGI
  Patahan Semangko yang membentang di Pulau Sumatra dari utara ke selatan, mulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. WIKIPEDIA
Temukan rahasia di balik Patahan Semangko, gejala geologi yang membentang dari Aceh hingga Lampung, yang menjadi ancaman laten bagi Pulau Sumatra. Patahan ini, dengan panjang mencapai 1.900 kilometer, membentuk Pegunungan Barisan dan sering memicu gempa bumi dahsyat.

Sesar atau Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatra dari utara ke selatan, mulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan ini membentuk Pegunungan Barisan sebagai suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat Sumatra. Usia Sesar Semangko relatif muda dan paling mudah dilihat di daerah Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi dan menjadi patahan paling aktif secara seismik dan paling panjang, mencapai 1.900 kilometer. Sesar ini selalu membuat masyarakat terutama di pesisir selatan Pulau Andalas dalam kondisi waspada dengan kerawanan gempa bumi yang sangat tinggi.

Pulau Sumatra terletak di area seismik yang tinggi di dunia. Selain adanya zona subduksi dan asosiasi busur sunda di bagian pantai barat pulau tersebut, Sumatra juga mempunyai sesar strike-slip yang besar, biasa disebut Sesar Sumatra Besar (Great Sumatran Fault) dan menggerakkan sepanjang pulau. Zona sesar ini mengakomodir sebagian besar gerakan strike-slip yang berasosiasi dengan convergent oblique antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.

Sesar tersebut berakhir di utara tepat di bawah Banda Aceh, yang pernah porak-poranda pada gempa bumi Samudra Hindia pada 2004 lalu. Semenjak gempa tersebut, tekanan pada Sesar Sumatra meningkat secara signifikan, utamanya di wilayah utara. Ini merupakan patahan geser seperti halnya patahan San Andreas di California. Patahan Semangko ada di antara Zona Semangko patahan Lampung di mana bagian selatan blok Semangko terbagi menjadi Pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Teluk Belitung.

Patahan Semangko terbentuk sejak jutaan tahun lampau tatkala Lempeng Samudra Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatra yang menjadi bagian dari Lempeng Benua Eurasia dan memicu timbulnya dua komponen gaya di mana komponen pertama bersifat tegak lurus menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatra. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40 km umumnya bersifat regas dan di beberapa tempat terekat erat.

Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona penunjaman atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu terjadinya tsunami sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian barat pulau ini ke arah barat laut.

Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal sebagai Patahan Besar Sumatra. Geolog Katili dalam The Great Sumatran Fault menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun lampau. Lempeng bumi di bagian barat Patahan Sumatra ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 10--30 milimeter (mm) per tahun relatif terhadap bagian di timurnya.

Sebagaimana di zona subduksi, bidang Patahan Sumatra ini sampai kedalaman 10--20 km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan. Beberapa tempat di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung pada 1933.

Geolog Thomas Fitch seperti dikutip dari Journal of Geophysical Research menyebutkan Sesar Besar Sumatra adalah bagian dari sistem di mana partisi regangan pertama kali dijelaskan dalam tektonik lempeng. Konvergensi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda tidak tegak lurus dengan batas lempeng di wilayah ini. Sebaliknya, kedua lempeng bergerak pada sudut miring. Sebagian besar regangan konvergen diakomodasi oleh gerakan dorong pada batas lempeng sesar megathrust yang mendefinisikan Palung Sunda.

Seorang geolog asal Aceh bernama Faizal Adriansyah mengungkapkan, semua lempeng bumi saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap kali ada gerakan dari Sesar Semangko, maka akan memicu gempa di lokasi lain. Oleh karenanya, dia menyarankan kepada masyarakat yang berdiam di sekitar lokasi yang dilewati Sesar Semangko agar membiasakan diri dengan mitigasi bencana, terutama ketika gempa bumi terjadi.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari