Pusat riset BRIN mencatat berbagai langkah signifikan dalam mengatasi isu-isu kritis, seperti ketahanan pangan, praktik pertanian berkelanjutan, serta integrasi teknologi dalam sistem pangan dan pertanian.
Riset Smart Farming Biosalin 1 dan 2 kerja sama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan pemerintah kota di Kelompok Tani Sumber Rejeki, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang, berlanjut dari 2024--2025. Di musim tanam kali ini benih padi varietas Biosalin 1 dan 2 kembali disemai pada lahan salin yang ada di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang, Sabtu (21/12/2024). Kerja sama ini juga melibatkan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk selaku Subholding Gas Pertamina.
“Padi Biosalin 1 dan 2 merupakan varietas padi yang tahan kadar garam tinggi. Program padi tahan salinitas kini ditanam di lahan pesisir seluas 20 hektare, yang bisa dikembangkan pada potensi lahan Kecamatan Tugu seluas 400 hektare. Lahan yang digunakan ini merupakan bekas lahan tidur,” ujar Periset Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Vina Eka Aristya.
Program Smart Farming tersebut merupakan salah satu upaya BRIN mendorong ketahanan pangan nasional. Seperti yang disampaikan Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN Puji Lestari sepanjang 2024, ORPP berhasil mencatat berbagai langkah signifikan, terutama dalam mengatasi isu-isu kritis seperti ketahanan pangan, praktik pertanian berkelanjutan, serta integrasi teknologi dalam sistem pangan dan pertanian.
“Berbagai inovasi telah dihasilkan, mulai dari pengembangan varietas unggul tanaman dan rumpun ternak yang meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil pertanian, hingga efisiensi proses pascapanen yang mendukung ketahanan pangan nasional,” katanya, pada Refleksi Akhir Tahun 2024, bertajuk “Riset dan Inovasi Pertanian dan Pangan untuk Indonesia Maju”, secara hibrida, di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa (24/12/2024).
Namun di balik pencapaian tersebut, ORPP menghadapi tantangan besar. “Dampak perubahan iklim, keterbatasan sumber daya, dan meningkatnya kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi yang pesat menjadi tantangan utama,” ungkap Puji Lestari.
Untuk menjawab tantangan tersebut, tujuh Kepala Pusat Riset di bawah ORPP telah memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Tujuh lembaga pusat riset tersebut adalah Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Pusat Riset Agroindustri, Pusat Riset Tanaman Pangan, Pusat Riset Hortikultura, Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Pusat Riset Peternakan, dan Pusat Riset Teknologi Tepat Guna.
“Fokus mereka adalah memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan tidak hanya kuat secara ilmiah, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan industri,” imbuh Kepala ORPP BRIN.
Saat ini, ORPP memiliki 1.226 sumber daya manusia yang tersebar di 19 provinsi, menjadikannya organisasi riset dengan SDM terbanyak di BRIN. “Rasio pemanfaatan kekayaan intelektual mencapai 100 persen, menunjukkan bahwa hasil riset telah diimplementasikan dengan baik,” sebut Puji.
Hingga November 2024, ORPP telah menerbitkan 629 jurnal ilmiah dan mencatat lebih dari 140 kekayaan intelektual, melebihi target tahun ini. Selain itu, ORPP juga menunjukkan kinerja solid dalam manajemen risiko, meraih predikat terbaik di antara 12 OR lainnya.
Pemanfaatan Teknologi
Menurut Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, sebagai pembelajaran, negara-negara Afrika seperti Etiopia dan Nigeria telah menunjukkan kemajuan pesat di sektor pertanian melalui teknologi. “BRIN dapat mengundang OR atau Pusat Riset terkait teknologi untuk merancang sistem pertanian, mulai dari produksi hingga panen, juga pengolahan produk pangan dan teknologi penyimpanan dan pengawetan, yang dapat menjaga kualitas makanan mudah rusak, seperti daging dan ikan, juga menjadi peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut,” tutur Amarulla yang menghadiri Refleksi Akhir Tahun 2024 BRIN.
BRIN akan fokus pada teknologi pembibitan melalui rekayasa genetika. Penyediaan bibit tahan hama dan penyakit perlu disertai dengan peta komoditas pangan dan ternak yang sesuai untuk tiap wilayah. Informasi ini dapat disampaikan kepada Menko Pangan, sebagai bukti kontribusi riset BRIN.
Tantangan lain adalah meyakinkan petani untuk menggunakan inovasi ini. Saat ini, petani di Indonesia cenderung bekerja secara mandiri (freelance), tidak seperti negara lain, di mana, petani memiliki status seperti pekerja tetap. Sistem itu memungkinkan produksi berkelanjutan dengan harga tanaman yang stabil. “BRIN dapat mengusulkan sistem petani bergaji tetap, lengkap dengan proses rekrutmen yang transparan,” ujar Amarulla.
Selain itu, teknologi irigasi presisi yang menggabungkan artificial intelligence dapat membantu petani mengelola air secara efisien. Teknologi panen modern juga harus dirancang untuk mendukung keberlanjutan kegiatan petani. “Penting pula memastikan lahan pertanian tetap tersedia, terutama lahan milik pemerintah, agar tidak terus berkurang akibat konversi menjadi kawasan industri atau pemukiman,” tegas Wakil Kepala BRIN.
Teknologi pengelolaan air seperti Subak di Bali atau penampungan air laut dapat menjadi solusi irigasi sekaligus pengendalian banjir. Teknologi pupuk berbasis rumput laut juga dapat mengurangi ketergantungan pada NPK, menjaga kesuburan tanah untuk musim tanam berikutnya.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf