Indonesia.go.id - Air Mengalir hingga Jauh di Empat Bendungan Baru PSN

Air Mengalir hingga Jauh di Empat Bendungan Baru PSN

  • Administrator
  • Kamis, 1 Juli 2021 | 12:17 WIB
IRIGASI
  Aktivitas pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021). ANTARA FOTO/ Yulius Satria Wijaya
Bendungan dibuat dengan harapan memberikan kontribusi besar terhadap penyediaan air bersih, pengendalian banjir, pembangkit listrik tenaga air, dan mendukung program ketahanan pangan.

Pada Juni dan Juli ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyelesaikan empat bendungan baru untuk mendukung ketahanan pangan nasional maupun suplai listrik wilayah setempat.

Tiga bendungan multifungsi telah dilakukan pengisian air awal (impounding) pada Juni 2021 untuk meningkatkan suplai air irigasi pertanian di provinsi lumbung pangan nasional, yakni Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Bendungan Kuningan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Satu lagi Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan Endra S Atmawidjaja mengatakan, pembangunan empat bendungan tersebut merupakan bagian dari program strategis nasional (PSN) yang bertujuan menambah tampungan air sehingga kontinuitas suplai air irigasi ke lumbung-lumbung pangan nasional terjaga.

Pemerintah telah menetapkan sebanyak 57 bendungan dan irigasi sebagai PSN. Proyek bendungan dan irigasi yang tersebar di seluruh Indonesia ini dibangun melalui pembiayaan APBN/APBD, BUMN maupun swasta. Hal itu sesuai dengan ketetapan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang diterbitkan pada 17 November 2020.

"Pembangunan bendungan harus diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya, sehingga dengan adanya suplai air yang kontinyu dari bendungan, petani yang sebelumnya hanya satu kali tanam setahun, bisa bertambah menjadi 2-3 kali tanam setahun," ungkap Endra S Atmawidjaja, yang juga merupakan Juru Bicara Kementerian PUPR.

Menurut Endra, dengan dibangunnya bendungan serta bending dan kelengkapan jaringan irigasi yang bersumber dari bendungan diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali tanam dalam setahun.

Bendungan Way Sekampung memiliki kapasitas tampung 68 juta meter kubik (m3) yang akan dimanfaatkan untuk penyediaan air irigasi seluas 72.707 hektare (ha) di Daerah Irigasi (DI) Sekampung seluas 55.373 ha dan menambah areal irigasi DI Rumbia Extension seluas 17.334 ha.

Pembangunannya dibagi menjadi empat paket pekerjaan, yakni Paket 1 dan 3 dengan kontraktor PT Pembangunan Perumahan (PP)-PT Ashfri (KSO), Paket 2 oleh PT Waskita Karya-PT Adhi Karya (KSO), dan Paket 4 oleh PT Waskita Karya.

Selain mendukung kebutuhan pangan di wilayah Lampung, Bendungan Way Sekampung dengan luas genangan sebesar 800 ha bakal dimanfaatkan sebagai pengendali banjir di Lampung. Bendungan ini mampu mengalirkan air bah sebesar 185 m3/detik dan diintegrasikan dengan Bendungan Batutegi dan Bendungan Margatiga yang dalam proses pembangunan.

Bendungan multifungsi itu juga menjadi penyedia air baku untuk Kota Bandar Lampung, Kota Metro dan Kabupaten Lampung Selatan sebesar 2.482 liter/detik, tenaga listrik sebesar 5,4 megawatt (MW) serta menjadi objek wisata di Kabupaten Pringsewu.

Adapun Bendungan Paselloreng dibangun dengan kapasitas tampung 138 juta m3 dan luas genangan 169 ha. Waduk tersebut telah dipadukan dengan bendung dan jaringan irigasi Gilireng yang mampu mengairi areal persawahan seluas 8.510 ha.

Bendungan ini juga berpotensi sebagai sumber air baku untuk empat kecamatan di Kabupaten Wajo sebesar 200 liter/detik, infrastruktur pengendali banjir wilayah hilir Sungai Gilireng sebesar 1.000 m3/detik, pengembangan sektor perikanan air tawar dan pariwisata serta konservasi sumber daya air pada kawasan sabuk hijau di Sulsel.

Bendungan ketiga yang mulai mengisi air adalah Bendungan Kuningan di Jawa Barat dengan kapasitas tampung 25,9 juta m3 dan luas genangan 221,59 ha. Bendungan ini akan menyuplai air bagi daerah irigasi seluas 3.000 ha di beberapa daerah Jawa Barat bagian timur dan sebagian untuk Jawa Tengah. Selain irigasi, manfaat lainnya adalah menjadi sumber air baku bagi Kabupaten Kuningan sebesar 0,30 m3/detik, mereduksi debit banjir sebesar 213 m3/detik, dan potensi sebagai sumber tenaga listrik 0,50 MW.

Sedangkan, pembangunan Bendungan Ladongi telah memasuki tahap akhir. Saat ini progres pembangunannya sudah mencapai 90,28 persen dan direncanakan dapat dilakukan pengisian air awal pada Juli 2021.

"Dengan demikian pembangunan bendungan yang diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Minggu (27/6/2021).

Pembangunan bendungan yang dimulai sejak 2016 dengan masa pelaksanaan hingga akhir 2021 ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi aliran Sungai Ladongi sebagai sumber daya air di Kabupaten Kolaka Timur. Biaya pembangunan bendungan ini bersumber dari APBN melalui skema kontrak tahun jamak tahun 2016-2021 senilai Rp1,14 triliun.

Bendungan-bendungan tersebut tentu diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap penyediaan air bersih, pengendalian banjir, dan pembangkit listrik tenaga air. Serta tentu saja peningkatan irigasi pertanian untuk mendukung program ketahanan pangan dan food estate.

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari