Indonesia.go.id - Geliat Industri Mebel di Masa Pagebluk

Geliat Industri Mebel di Masa Pagebluk

  • Administrator
  • Rabu, 1 September 2021 | 08:35 WIB
INDUSTRI
  Ilustrasi. Gelaran Indonesia Furniture Expo. Furniture tetap dimintai pasar kala pandemi. DYANDRA
Industri mebel nasional di tengah masa pagebluk Covid-19 justru mampu menangkap peluang ekspor. Sehingga, kinerjanya lebih baik dari tahun sebelumnya.

Kebijakan gas dan rem dalam penanganan pandemi Covid-19 setidaknya menuai hasil positif di sejumlah sektor. Di satu sisi, mengerem sebagian masyarakat melalui kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) agar tenaga kesehatan fokus menangani pasien yang terpapar corona. Sementara itu, sejumlah aktivitas esensial maupun kritikal seperti industri berorientasi ekspor tetap jalan. Kesehatan memang harus dipulihkan, tapi ekonomi juga mesti jalan.

Salah satunya Kementerian Perindustrian (Kemenperin), selama masa PPKM, menjaga aktivitas industri mebel, yang termasuk dalam sektor esensial. Sebab, industri ini merupakan sektor yang berorientasi ekspor agar tetap menghasilkan devisa bagi negara.

Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 35 tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, 3, dan 2 Covid-19 di wilayah Jawa dan Bali, sejumlah industri esensial sedang melakukan tahap uji coba penerapan protokol kesehatan, dengan tetap beroperasi dalam kapasitas 100 persen karyawan yang dibagi minimal menjadi dua shif. Guna memastikan uji coba tersebut berjalan baik, Kemenperin terus aktif melakukan monitoring dan evaluasi di sejumlah kawasan industri.

Kemenperin memantau pedoman atau fasilitas yang dimiliki perusahaan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19. Seperti, penerapan penggunaan aplikasi Pedulilindungibagi seluruh karyawan. Dengan begitu, pengawasan lebih efektif.

Plt Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dan tim Kemenperin saat meninjau pabrik rotan PT Aida Rattan Industry di Cirebon, Jawa Barat, Kamis (26/8/2021) memberikan apresiasinya. Sebab pabrik rotan tersebut sudah menjalankan operasional pabriknya secara penuh dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.

Pabrik ini dinilai sudah mematuhi ketentuan Surat Edaran Menteri Perindustrian (SE Menperin) nomor 3 tahun 2021 tentang Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) pada Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19. Pedoman kerja seperti penggunaan masker bagi karyawan tinggal diperkuat lagi sejak masuk pabrik, jam istirahat sampai keluar dari pabrik. Sebanyak 85 persen karyawan PT Aida Rattan juga sudah menerima vaksin.

Putu optimistis, apabila aktivitas produksi industri dapat terjaga dengan baik, akan memacu investasi dan penyerapan tenaga kerja. Mengingat, pemerintah juga fokus melakukan hilirisasi industri dengan memanfaatkan bahan baku dalam negeri. Khususnya industri yang membidik pasar ekspor, seperti rotan ini.

"Apalagi, 100 persen produk yang dihasilkan oleh PT Aida Rattan Industry berorientasi ekspor sehingga bisa mengakselerasi perekonomian nasional," tukas Putu Juli Ardika.

Subsektor industri rotan cukup moncer kinerjanya di masa pandemi ini. Dalam catatan Kemenperin, pada Januari--Mei 2021, ekspor furnitur berbasis rotan menembus USD67,67 juta (Rp967,6 miliar) atau naik 31 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD51,62 juta (Rp738,1 miliar). Adapun negara tujuan utama ekspor furnitur nasional, di antaranya, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Jepang, Belanda, Inggris, dan Prancis.

Sementara itu, secara kumulatif, ekspor yang disumbangkan dari industri furnitur mencapai USD1,91 miliar (Rp27,3 triliun) sepanjang tahun 2020. Sektor ini terdapat 1.114 perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan jumlah kapasitas produksi sebesar 2,9 juta ton per tahun dan total tenaga kerja yang terserap sebanyak 143.119 orang.

Selama ini, Kemenperin telah menginisiasi berbagai program dan kebijakan dalam mengerek daya saing industri furnitur di tanah air. Misalnya, menjaga ketersediaan bahan baku dengan program penanaman kembali rotan, memberikan insentif fiskal dan nonfiskal.

Presiden Direktur PT Aida Rattan Industry, Prayitno menyatakan, perusahaan terus berupaya memacu utilisasinya guna memenuhi kebutuhan para buyers potensial. Selain itu, perusahaan aktif melakukan riset untuk menciptakan inovasi baru terhadap produknya agar semakin kompetitif di kancah global.

"Saat ini, kami punya produk unggulan, yaitu balok rotan dan vinil rotan yang diekspor ke Jerman. Salah satunya dijadikan komponen interior mobil untuk diekspor lagi ke industri otomotif Tiongkok. Lima tahun ke depan, kami akan pasok ke industri otomotif di Eropa," ujarnya.

Selanjutnya, ketika meninjau dua industri mebel di Tangerang, Banten, pihak Kemenperin juga mengimbau perusahaan agar selalu tertib melakukan pelaporan penerapan IOMKI yang dilakukan secara elektronik melalui portal Sistem Informasi Industri Nasional atau SIINas (https://siinas.kemenperin.go.id/). Dengan demikian, pihak Kemenperin bisa melakukan asistensi maupun dukungan bagi industri dalam menerapkan kinerja mereka.

Kemenperin juga terus mendorong percepatan vaksinasi bagi para pekerja industri melalui skema vaksinasi Gotong-Royong maupun program vaksinasi yang digelar pemerintah. Melalui upaya tersebut, diharapkan produktivitas manufaktur nasional semakin meningkat, baik itu untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Plt Dirjen Industri Agro Kemenperin memuji vaksinasi di PT Sumber Graha Sejahtera sudah mencapai 98,1 persen pekerjanya, kemudian di PT Gema Graha Sarana (Vivere Group) sudah 97 persen.

Kebijakan IOMKI sebagai upaya menjaga produktivitas, tercatat ekspor PT Sumber Graha Sejahtera saat ini mampu meningkat hingga 20 persen. Sebelum pandemi, 50 persen dari produk-produknya dipasarkan untuk pasar domestik dan sisanya untuk ekspor. Sekarang produknya 70 persen dialihkan untuk ekspor dan 30 persen untuk dalam negeri.

"Ini terjadi karena kegiatan industri di beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan negara produsen lainnya terganggu akibat pandemi, sehingga kita bisa mengambil pangsa pasar ekspor dari negara-negara pesaing tersebut," pungkas Putu Juli Ardika.



 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari