Indonesia.go.id - Merehabilitasi DAS Kapuas

Merehabilitasi DAS Kapuas

  • Administrator
  • Sabtu, 11 Desember 2021 | 17:01 WIB
HUTAN
  Presiden Joko Widodo meninjau kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), Kelurahan Kedabang, Kalimantan Barat. SETPRES
Aksi rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) terus digencarkan. Antara 2015--2020, kegiatan RHL bisa mencakup kawasan seluas 575 ribu hektare (ha). Deforestasi turun, indeks tutupan lahan meningkat.

Lengan baju putihnya disingsingkan di bawah siku, lantas Presiden Joko Widodo pun mengayunkan sekopnya. Lima atau enam kedukan tanah ditumpahkannya ke lubang tempat bibit pohon itu siap ditanam. Upacara penanaman pohon buah di atas lahan bekas lokasi pertambangan itu menandai dilakukannya program rehabilitasi hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Rabu (6/11/2021).

‘’Kita tahu lahan ini adalah bekas pertambangan emas kira-kira di tahun ’90-an. Kemudian tadi kita telah menanam pohon baik itu buah-buahan dan spesies-spesies lainnya,” ujar Presiden Jokowi di lokasi penanaman.

Dengan penanaman pohon tersebut, Presiden Jokowi berharap daerah tangkapan air (DTA) atau catchment area yang rusak, karena pertambangan atau usaha lain nonkehutanan, bisa pulih kembali. Khusus di Kalimantan Barat, rehabilitasi  ini akan dilakukan baik di DAS hulu Kapuas maupun DAS hulu Melawi. Bila berhasil, penanaman hutan buah-buahan itu juga akan dilakukan di provinsi lainnya.

‘’Kita akan juga membangun sebuah tempat  persemaian (nursery) di lingkungan Sungai Kapuas ini,’’ kata Presiden Jokowi menambahkan. Selain untuk merehabilitasi catchment area di hulu sungai, bibit-bibit pepohonan itu akan digunakan untuk memperbaiki kawasan hutan pada umumnya.

Dalam laporan tertulisnya, Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, kawasan hulu DAS Kapuas merupakan daerah  resapan air yang harus dilestarikan. DAS hulu Kapuas itu juga meliputi DAS Melawi karena kedua sungai itu bertemu di Kota Sintang. DAS hulu Kapuas itu, tutur Menteri Siti, membawa peran penting dalam menjaga potensi sumber daya air di kawasan tersebut.

“Jika kawasan ini rusak, potensi hidrologi yang besar itu akan hilang,” ujar Menteri Siti mewanti-wanti. Stabilitas permukaan Sungai Kapuas tak hanya penting untuk pengendalian banjir, lebih dari itu ia juga dibutuhkan untuk menjaga tanah-tanah gambut di hilir tetap berair, agar tidak semakin banyak mengemisikan karbon.

Sungai Kapuas sendiri berkelok-kelok sepanjang 1.143, dari pegunungan Kapuas Hulu hingga Kota Pontianak. Ada pun kawasan DAS Kapuas itu membentang dari Kabupaten Kapuas Hulu sampai ke Kota Pontianak yang melintasi sejumlah kabupaten. Sebut saja mulai dari Kabupaten Sintang, lalu Melawi, Sekadau, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Landak.

Sejak 2016, DAS Kapuas termasuk dalam target rencana strategis dan prioritas Kementerian LHK untuk dipulihkan daya dukungnya karena tingkat kekritisan lahan. Secara khusus Presiden Jokowi pun telah menetapkan program untuk membangun satu unit persemaian. Targetnya, bisa menyediakan bibit aneka pohon untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Kalimantan Barat, khususnya DTA Kapuas. Kapasitas produksi bibit direncanakan minimal 10 juta batang per tahun.

‘’Bisa dilakukan dengan pola public-private partnership, dan inilah juga saat di mana swasta dapat ikut secara langsung dalam memikul tanggung jawab pemulihan lingkungan,” imbuh Menteri LHK.

Kementerian LHK sendiri  telah cukup lama melakukan kegiatan  Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (DASHL) secara massif di seluruh Indonesia. Sebagian besar lokasinya berada di daerah yang sulit diakses seperti di DASHL Indragiri Rokan, yang jangkauan wilayah kerjanya ada di Riau dan Sumatra Barat, termasuk Taman Nasional Tesso Nilo (Pelalawan-Riau), Kabupaten Pasaman dan Solok (Sumatra Barat).

Di kawasan pelosok itu, bibit pohon harus dibawa dengan sepeda motor atau dipikul dengan jalan kaki. Toh, kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan itu bisa berjalan. Sampai Maret 2021, Badan Pelaksana DASHL Indragiri Rokan sudah tertanam dan terpelihara luasan 6.038 ha. Adapun luasan lahan yang akan direhabilitasi  mencapai 15.100 ha.

Bibit pohon yang digunakan lebih dari 760 ribu batang dari berbagai spesies, termasuk pohon buah-buahan asli Indonesia. Pohon buah yang ditanam di antaranya ialah alpukat, petai, jengkol, durian, rambutan, matoa, kemiri, serta pohon rempah seperti cengkeh, pinang, jahe, serta banyak lainnya. Pohon-pohon yang punya nilai ekonomi itu ditanam sebagai insentif agar masyarakat di sekeliling hutan juga mau ikut menjaga kawasan hutan tersebut.

Secara nasional aksi pemulihan dengan penanaman pohon melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) tahun 2015--2020 telah menjangkau daerah seluas lebih dari 575 ribu ha, tidak termasuk  kawasan mangrove. Bibit yang ditanam lebih dari 660 juta batang. Kegiatan itu melibatkan tenaga kerja hampir 23 juta hari kerja orang (HKO).

Untuk rencana aksi 2021, target penanaman seluas 49 ribu ha dan target pemeliharaannya seluas 216 ribu ha. Penyediaan bibit untuk 2021 sebanyak 136 juta batang, yang dipasok dari 57 unit persemaian permanen, 973 unit kebun bibit rakyat (KBR), dan 135 unit kebun bibit desa (KBD). Aktivitas rehabilitasi hutan ini masih ditambah dengan target rehabilitasi kawasan magrove seluas 630 ribu ha sampai 2024.

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan itu telah memberikan indikasi penurunan deforestasi dari 3,5 juta ha di tahun 1996, turun 1,09 juta ha di 2015, dan menyusut ke level 115 ribu ha di tahun 2020. Terendah sepanjang sejarah. Selain itu data indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) tercatat membaik meningkat dari 58,42 (2016) menjadi 60,74 pada tahun 2020.

Presiden Jokowi, insinyur  lulusan Fakultas Kehutanan UGM itu, tampak selalu antusias menghadiri acara rehabilitasi hutan dan lahan, termasuk yang digelar di Sintang itu. Dalam acara tersebut, ikut mendampingi ialah Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Kepala BNPB Suharyanto. Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji dan Bupati Sintang Jarot Winarno bertindak sebagai tuan rumahnya.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari