Indonesia.go.id - Harga Berapa saja, yang Penting Vaksin Tersedia

Harga Berapa saja, yang Penting Vaksin Tersedia

  • Administrator
  • Selasa, 28 Desember 2021 | 21:52 WIB
VAKSINASI COVID-19
  Vaksinasi COVID-19 kepada anak di Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/12/2021). Tingkat insidensi Covid-19 yang kini melandai di Indonesia, tak menyurutkan gerakan vaksinasi di Indonesia. ANTARA FOTO
Indonesia telah memenuhi target vaksinasi Covid-19 dari WHO. Sekitar 269,9 juta dosis vaksin telah disuntikkan. Indonesia telah mengantisipasi sejak dini agar kebutuhan vaksin terpenuhi.

Per 25 Desember 2021, cakupan vaksinasi Covid-19 lengkap dua dosis di Indonesia telah mencapai angka 110,4 juta. Target yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, yakni vaksinasi 40 persen dari populasi sebelum akhir tahun 2021, telah terlampaui. Dengan capaian ini, Indonesia berada di deretan negara-negara di dunia yang berhasil mencapai target WHO.

Untuk kategori vaksinasi pertama, cakupan Indonesia mencapai 156,2 juta. Yang telah menjalani booster suntikan ketiga, terutama dari kalangan tenaga kesehatan, tercatat ada 1,28 juta. Dengan demikian, gerakan vaksinasi di Indonesia telah mencapai penggunaan 267,9 juta dosis. Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan angka pengenaan vaksin tertinggi kelima di dunia, di bawah Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Brazil.

Sejak kali pertama mendatangkan vaksin Sinovac dari Beijing lewat Bandara Soekarno Hatta pada 6 Desember 2020, hingga 25 Desember 2021, Indonesia telah menerima sekitar 434 juta dosis vaksin. Termasuk di dalamnya, 61 juta dosis dalam bentuk jadi atau bulk yang tiba pada Desember 2021 ini. Stok vaksin dipastikan aman sampai Februari 2022.

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia bergulir sejak 13 Januari 2021 di tengah melonjaknya pandemi pada gelombang I, yang berlangsung antara Januari--Maret 2021. Presiden Joko Widodo menyediakan diri menjadi orang pertama yang menerima suntikan dosis 1 Sinovac itu, disusul sejumlah pejabat serta sejumlah guru besar Fakultas Kedokteran UI. Penyuntikan vaksin digelar di beranda Istana Merdeka, Jakarta.

‘’Agar rakyat percaya bahwa vaksin ini aman dan berguna  untuk melindungi kita semua dari Covid-19,’’ ujar Presiden Jokowi ketika itu. Gelombang pertama vaksinasi diprioritasnya kepada tenaga kesehatan, lalu petugas, dan pekerja yang tugasnya memberikan layanan langsung pada publik, serta kelompok lanjut usia (lansia) umur 60 tahun ke atas. Berikutnya, baru masyarakat umum.

Gelombang II serangan  Covid-19 pun terulang sepanjang Juni--Agustus 2021. Dampaknya luar biasa. Pada puncaknya pertengahan Juli 2021, kasus aktif Covid-19 mencapai 550 ribu, dan sekitar 90 ribu di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali, rumah sakit-rumah sakit kewalahan menerima pasien. Angka kematian mencapai 1.500-2.000 orang per hari.

Cakupan vaksinasi saat itu masih rendah. Vaksinasi untuk remaja usia 12--17 tahun baru dilakukan pada 12 Juli, setelah WHO merekomendasikannya. Yang menerima suntikan vaksin dosis pertama vaksin per 9 Agustus 2021 baru 50 juta orang, baru 24,3 persen dari target sasaran nasional yang 208 juta orang. Penerima dosis vaksin lengkap 24 juta  (11,6 persen dari target).

Padahal, kapasitas vaksinasi saat itu telah mencapai 700 ribu–1 juta orang per hari. Belum cukup cepat bagi 275 juta penduduk Indonesia. Presiden Jokowi pun memerintahkan percepatan vaksinasi. ‘’Kita akan lakukan vaksinasi dua juta orang per hari. Kita harus bisa,” kata Presiden Jokowi menegaskan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin harus jungkir balik mengejar target. Tapi, dia tak sendirian. Jajaran pemerintah daerah (provinsi, kota, kabupaten), dinas kesehatan TNI-Polri, dan masyarakat medis ikut berlari cepat. Berbagai komunitas di masyarakat ikut terjun membantu. Petugas medis dari TNI mendatangi masyarakat di pulau terpencil serta  dusun-dusun terisolasi. Tim gabungan menyisir sekolah-sekolah, pesantren, bahkan menjalankan vaksinasi door to door di permukiman yang teridentifikasi masih rendah cakupan vaksinasinya.

Kecepatan gerak meningkat, dan dalam tempo 4,5 bulan berikutnya cakupan vaksinasi itu berlipat hampir empat kali, dengan 267,9 dosis vaksin telah disuntikkan. Indonesia dapat memenuhi target WHO, dan mencapai level di atas rata-rata dunia, meskipun harus menghadapi medan yang sangat berat. Penduduk Indonesia tersebar di ribuan pulau, yang terserak di sepanjang lebih dari 5.000 km.

Hingga akhir Desember 2021, ada enam merk vaksin yang digunakan di Indonesia, yakni Sinovac (Tiongkok), AstraZeneca (Inggris), Pfizer Biontech dan Moderna (Amerika), serta Sinopharm (Tiongkok). Catatan di Kementerian Kesehatan per 25 Oktober 2021 menunjukkan, pemakaian vaksin Sinovac adalah yang terbesar dengan porsi 78 persen di Indonesia adalah. Posisi kedua ialah AstraZeneca dengan 11 persen,  Pfizer Biontech 5,6 persen, dan Sinopharm serta Moderna masing-masing 3,1 persen dan 2,3 persen.

Masih ada opsi, vaksin yang beredar pada 2022 akan bertambah jenisnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk lima vaksin lainnya. Mereka ialah Cansino dan Zififax asal Tiongkok, Covovax dari India, Novavax dari Amerika, serta Johnson & Johnson (sering disebut Janssen) asal Belgia. Tak tertutup kemungkinan, vaksin buatan dalam negeri bermerek Merah Putih pun sudah selesai diuji dan diproduksi.

Produksi vaksin di dalam negeri adalah langkah strategis ke depan. Di tengah pandemi Covid-19 yang menggila, seperti yang terjadi Juni--Agustus lalu, memenuhi kebutuhan produk media, seperti obat-obatan, vaksin, reagen untuk  surveilans dan diagnostik, piranti tes, ventilator, bahkan tabung gas, bukan urusan mudah. ‘’Kalau pun ada uangnya, barangnya belum tentu ada. Kalau pun ada sudah dipesan oleh negara lain. Jadi, kita harus mengupayakan dengan berbagai cara,’’ kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi termasuk yang ikut jatuh bangun berburu vaksin. Melalui jalur diplomatik, Retno Marsudi mendekati negara-negara produsen vaksin supaya Indonesia mendapat akses prioritas. Toh, tak selalu mudah. ‘’Masalahnya, pasokannya tak sebanding dengan kebutuhan yang ada dan mendesak,’’ ujarnya.

Pemerintah Indonesia sendiri memperoleh vaksin dari berbagai jalur. Ada jatah dari Covax Facility, yakni koalisi yang melibatkan WHO, IMF, Bank Dunia, puluhan negara dan badan filantropi swasta, yang  bahu-membahu patungan untuk pengadaan vaksin. Melalui Covax Facility ini banyak negara, termasuk Indonesia, mendapatkan vaksin gratis. Namun, jumlahnya jauh dari kebutuhan.

Ada juga bantuan bilateral dari negara sahabat yang punya stok lebih. Namun, jumlahnya juga tak seberapa. Yang terbesar adalah membeli dari produsen, seraya membujuk negara setempat agar membantu Indonesia mendapatkan barangnya. Atas hubungan baik dengan negara produsen dan posisi tawar Indonesia yang bisa  ikut mempercepat pemulihan ekonomi global, prioritas pun bisa diberikan.

Presiden Joko Widodo, Kamis (23/12/2021), mengatakan bahwa secara dini pemerintah telah mengantisipasi hal ihwal kebutuhan vaksin ini. Maka, sejak awal para menteri dikirim ke negara-negara produsen vaksin, demi melobi dan mengikat komitmen. Soal harga, menurut Presiden Jokowi, jangan jadi penghalang.

Maka, ketika para menteri melaporkan soal harga vaksin, Presiden Jokowi memerintahkan mereka tak buang waktu tawar-menawar. ‘’Harganya segini, ya langsung tanda tangan saja. Kalau tidak kita akan kesulitan,’’ kata Presiden Jokowi. Tak hanya mengandalkan para menteri, Presiden Jokowi pun sering kali menelpon para pemimpin negara sahabat terkait diplomasi vaksin. Maka, stok vaksin Indonesia relatif aman dan sesuai kebutuhan.

Tingkat insidensi Covid-19 yang kini melandai di Indonesia, tak menyurutkan gerakan vaksinasi di Indonesia. Sasaran vaksinasi pun diperlebar ke anak-anak usia SD sejak 14 Desember lalu. Lajunya tak boleh kendor. Pasokan vaksin lancar.

Namun, pandemi belum usai. Masih banyak negara yang cakupan vaksinasinya rendah. Rata-rata cakupan vaksinasi lengkap  dua dosis di negara-negara Afrika, misalnya, masih sekitar 4 persen. Di saat virus corona itu masih terus bersikulasi di satu daerah, muncul peluang lahirnya varian baru Covid-19. ‘’Itu yang terjadi pada varian Omicron,’’ kata Presiden Jokowi.

Tidak ada negara yang aman dari pandemi virus ini sampai semua negara aman. Untuk mengatasi pandemi global ini diperlukan gerakan bersama negara-negara dunia. Melalui Presidensi G20 di tahun 2022, Indonesia akan mendorong prakarsa konkret untuk membangun tata kelola kesehatan yang lebih adil, antara lain, lewat pembentukan lembaga global health fund, yang bisa membantu  negara miskin mengakses obat, vaksin, reagen, alat tes, dan piranti kesehatan lainnya.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari