Dana Indonesiana akan berperan penting dalam revitalisasi ekspresi budaya Indonesia. Mengingat banyak sekali pekerja kreatif menganggur selama pandemi Covid-19.
Aksi memecahkan celengan jadi pertanda bergulirnya Dana Indonesia sebagai dana abadi pemajuan kebudayaan nasional pada Rabu (23/3/2022). Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan filosofi dari prosesi ini. Yakni, mengamankan agar dana yang setiap tahun dialokasikan tidak hangus di akhir tahun karena bisa dimasukkan ke dalam sebuah celengan atau wadah.
"Karena itulah filosofi mengapa Dana Abadi Kebudayaan itu dibuat. Selain itu juga untuk memberikan dukungan yang terus berlangsung untuk aktivitas kebudayaan, sehingga tidak stop and go," ungkap Menkeu, saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Kedelapan Belas: Merdeka Berbudaya dengan Dana Indonesiana di Kompleks Kemendikbudristek, Jakarta, pada Rabu (23/3/2022).
Turut mendampingi Menkeu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. Presiden Joko Widodo bersama para pemangku kepentingan bidang kebudayaan pada 2018 mencetuskan gagasan dana abadi untuk mendukung upaya pemajuan kebudayaan. Gagasan tersebut oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek kemudian didorong sebagai tindak lanjut dari hasil Kongres Kebudayaan 2018 yang sejalan dengan UU nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Dana Indonesiana sebagai dana abadi kebudayaan adalah bukti bahwa pemerintah hadir dan bergerak bersama masyarakat untuk mewujudkan merdeka berbudaya,” ujar Mendikbudristek.
Menteri Nadiem yakin dan percaya, Dana Indonesiana akan berperan penting dalam revitalisasi ekspresi budaya Indonesia. Mengingat banyak sekali pekerja kreatif menganggur selama pandemi Covid-19.
Kementerian Keuangan pada 2020 dan 2021 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp3 triliun yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai Dana Abadi Kebudayaan. Tahun depan diharapkan anggarannya meningkat menjadi Rp5 triliun.
Dari total anggaran Rp3 triliun yang dikelola LPDP, Menteri Sri Mulyani mengatakan selama dua tahun dana ini telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp200 miliar.
Dana tersebut bisa dipakai oleh semua pelaku seni dan pelaku budaya untuk membangkitkan kembali gairah serta aktivitas-aktivitas kebudayaan yang sempat terhenti karena pandemi. “Jadi siapa saja, ayo segera mendaftar untuk mendapatkannya,” tutur Sri Mulyani.
Pun mengenai dana hibah yang diberikan melalui Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek tidak mengurangi alokasi Dana Abadi Kebudayaan yang ada. "Jadi dana abadi ini adalah top up (tambahan). Sehingga saya berharap ini (dana abadi) akan menjadi booster. Ini adalah booster supaya teman-teman kesenian dan kebudayaan aktivitasnya bisa semakin meningkat atau pulih kembali dan menjadi recover together, recover stronger," tutur Menteri Sri Mulyani.
FBK diberikan kepada suatu kelompok kebudayaan atau perseorangan, tidak diperuntukkan untuk pembangunan fisik dan nonkomersial. Dana tersebut dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat maupun pelaku kebudayaan. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menjelaskan, hingga kini, FBK telah memfasilitasi bantuan kepada 327 penerima manfaat yang terdiri dari perseorangan, komunitas, organisasi, hingga lembaga kebudayaan.
Dana FBK tersebut diharapkan menjadi pendukung terkait terciptanya karya-karya kreatif serta inovatif kebudayaan di Indonesia. Menkeu juga mengapresiasi sistem tata kelola penerimaan Dana Abadi Kebudayaan. Sebab, para kurator yang terdiri dari budayawan sendiri yang mengawasi pemanfaatan dana tersebut.
Tokoh teater senior Ratna Riantiarno mengungkapkan rasa haru atas adanya dana abadi ini. Menurut dia, dana tersebut sangat membantu dalam keuangan terkait pementasan ataupun pertunjukan kebudayaan.
“Antara terharu dan bahagia setelah 50 tahun lebih bergelut di dunia kesenian akhirnya dana abadi kesenian dan kebudayaan ini ada,” ungkap Ratna.
Pada kesempatan yang sama, Nyong Franco selaku musisi sekaligus pengajar di sanggar kebudayaan di Kabupaten Sikka, NTT, memaparkan pengalaman dirinya yang selaku penerima pendanaan FBK dari Kemendikbudristek. Ia membangun Sikka Pedia sebagai pustaka digital di Kabupaten Sikka melalui dana FBK sehingga anak-anak di daerahnya memiliki referensi yang valid terkait seni budaya di wilayahnya.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari