Indonesia.go.id - Kolaborasi Menjaga Ketersediaan Pangan

Kolaborasi Menjaga Ketersediaan Pangan

  • Administrator
  • Senin, 24 Oktober 2022 | 09:21 WIB
PANGAN
  Bendungan Passeloren di Wajo, Sulawesi Selatan, dibangun untuk mendukung produksi pangan. WIKA
Indonesia telah jauh-jauh hari menyiapkan jalan menuju tercapainya ketahanan pangan nasional.

Hari Pangan Sedunia (HPS) 2022 baru saja diperingati warga dunia pada Minggu (16/10/2022). Thema yang diambil dari HPS adalah ‘Leave No One Behind’.

Di tengah peringatan HPS, situasi global kini sedang tidak baik-baik saja. Ke depan, banyak negara di dunia diprediksi terancam menghadapi kerawanan pangan akut.

Situasi dunia masih saja suram. Pandemi belum enyah kendati sudah bercokol selama tiga tahun. Konflik Ukraina versus Rusia juga masih berlangsung. Dampak lanjutan dari situasi itu, dunia kini dihadapi oleh krisis, baik krisis ekonomi, energi, dan pangan.

Berkaitan dengan Indonesia, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kemudian menjelaskan bahwa negeri ini telah jauh-jauh hari menyiapkan jalan menuju tercapainya ketahanan pangan nasional. Ditandai dengan gencarnya Indonesia membangun infrastruktur di bidang pertanian, mulai dari bendungan, embung, hingga jaringan irigasi, yang mendukung peningkatan produksi pangan

Seperti dikutip dari akun media sosial Presiden Jokowi, terkait peringatan HPS 2022 pada Minggu (16/10/2022), dijelaskan di sana, terdapat berbagai prediksi tentang situasi global. Di mana ke depan bakal banyak negara di dunia yang rakyatnya terancam menghadapi kerawanan pangan akut.

Dalam konteks itulah, mau tidak mau Indonesia pun harus menghadapinya dengan cara meningkatkan ketahanan pangan nasional. “Dan mau tidak mau, kita pun harus menghadapinya dengan meningkatkan ketahanan pangan,” ujarnya.

Bahkan, Presiden Jokowi menambahkan, jauh-jauh hari sebelumnya, jalan menuju ketahanan pangan itu sudah disiapkan, salah satunya dengan membangun infrastruktur di bidang pertanian, dari bendungan, embung, hingga jaringan irigasi yang mendukung produksi pertanian nasional,” tutur Presiden Jokowi.

Di sisi lain, Dirjen FAO Qu Dongyu mengatakan, selama tiga tahun terakhir, dunia mengalami pandemi Covid-19 yang terjadi di antara krisis ekonomi, konflik dan perang, krisis iklim, terputusnya rantai pasok global, yang kemudian memunculkan ketidaksetaraan dan kenaikan harga pangan. Kenaikan harga pangan paling dirasakan oleh pihak yang paling rentan dan negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan.

“Saat ini, sebanyak 3,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak mampu membeli makanan sehat. Kelaparan terus meningkat dan ini terus berdampak pada 828 juta orang pada 2021, meningkat 46 juta sejak 2020, dan 150 juta sejak 2019,” kata dia.

Untuk itu, kata Dongyu, dunia perlu memanfaatkan kekuatan solidaritas dan aksi bersama untuk membangun sistem pangan pertanian yang memiliki potensi besar di masa depan menjadi lebih adil dan sejahtera. “Pengembangan sistem pangan pertanian adalah salah satu aksi kemanusiaan yang paling hemat biaya untuk menjalankan janji untuk tidak meninggalkan siapa pun, karena itu sistem pangan pertanian perlu diubah atau bertransformasi menjadi lebih efisien, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, demi produksi, nutrisi, lingkungan, dan kehidupan yang lebih baik bagi semua,” ujar Dongyu.

Dongyu pun menjelaskan, kerangka strategis FAO 2022--2031 telah memprioritaskan transformasi sistem pangan pertanian untuk mendukung agenda 2020 dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Konferensi Tingkat Tinggi Sistem Pangan PBB 2021 dan industri multilateral lainnya telah memprakarsai dialog dan jalur yang menempatkan transformasi sistem pangan pertanian pada agenda global. “FAO terus mendukung implementasi pada tingkat nasional untuk transformasi itu. Mari jadikan HPS sebagai pengingat untuk mempercepat upaya ini (transformasi), berjuang untuk masa depan yang mana tidak ada yang tertinggal dan setiap orang memiliki akses untuk makanan sehat dan terjangkau,” papar Dongyu.

 

Penguatan Kolaborasi

Sementara itu, bertepatan dengan HPS 2022, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang juga menjabat Ketua G20 bidang Pertanian menyerukan untuk penguatan kolaborasi dan dukungan kuat bagi petani di dunia.

Kondisi dunia yang sedang tidak dalam kondisi baik, menuntut semua pihak untuk bergandeng tangan demi kecukupan pangan dunia. “Sebagai Ketua G20 bidang Pertanian, Indonesia mengajak solidaritas untuk kecukupan pangan dunia. Beruntung kita selama tiga tahun terakhir berhasil mencukupi sendiri pangan kita,” ujarnya.

Bahkan FAO sudah mengatakan Indonesia bisa menjadi contoh baik mengelola ketahanan pangan bagi negara lainnya. Tapi Indonesia tidak boleh berhenti di sini. “Pangan harus tersedia terus bagi rakyat,” ujar Syahrul.

Mentan meminta seluruh stakeholder terkait pertanian di Indonesia untuk saling mendukung, mulai dari hulu hingga hilir, untuk menciptakan ekosistem pertanian yang baik agar petani nyaman berproduksi. Pemerintah juga meminta seluruh pihak saling mendukung dalam menciptakan ekosistem pertanian produktif di tengah ancaman krisis pangan akibat situasi global yang tak menentu.

Syahrul Yasin Limpo menambahkan, ekosistem pertanian produktif bertujuan untuk menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat. Selama tiga tahun terakhir, menurutnya, Indonesia berhasil mencukupi sendiri kebutuhan pangan terutama beras.

Hal itu juga diakui oleh FAO karena Indonesia menjadi contoh pengelolaan ketahanan pangan. “Tapi tidak boleh berhenti di sini. Pangan harus tersedia terus bagi rakyat,” katanya, Minggu (16/10/2022).

Memperingati HPS 2022, Mentan juga mendorong semua negara membuka jalur distribusi pangan terbuka. Hal itu juga disuarakan dalam pertemuan Joint Finance Agricultural Minister Meeting (JFAMM) di Washington DC, Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

“Bagaimanapun juga, pangan adalah kebutuhan bersama dan bisa menjadi solusi dalam meregangkan ketegangan geopolitik dunia,” katanya.

Syahrul yang juga menjabat Ketua G20 Pertanian menyerukan, penguatan kolaborasi dan dukungan kuat bagi petani di dunia. Kondisi dunia yang sedang tidak dalam kondisi baik, imbuhnya, menuntut semua pihak untuk bergandeng tangan demi kecukupan pangan dunia.

“Sebagai Ketua G20 bidang Pertanian, Indonesia mengajak soliditas untuk kecukupan pangan dunia,” tegas Mentan.

Sejauh ini, FAO telah memberikan peringatan bahwa banyak negara yang akan menghadapi kerawanan pangan. Bahkan ada lima negara yang FAO catat dengan total 970.000 orang akan menghadapi kelaparan.

Mentan menegaskan ketahanan pangan menjadi hal yang sangat menantang di tengah menguatnya perubahan iklim, kondisi tekanan ekonomi dunia, degradasi lingkungan, dan masih belum berakhirnya pandemi Covid-19.

Tak dipungkiri, lahan pertanian itu berubah fungsi meskipun konversi lahan adalah fenomena lumrah selama industrialisasi, urbanisasi, dan pembangunan ada. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong tidak terjadinya konversi lahan yang tak terkendali, karena konversi lahan pertanian adalah ancaman serius masa depan bangsa soal ketahanan pangan.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari