Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 mencapai 5,72 persen secara tahunan (year on year/yoy). Bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, ekonomi tumbuh 1,81 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan ukuran yang dipakai untuk menghitung perekonomian Indonesia, adalah berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2022 atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.091,2 triliun, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp2.976,8 triliun.
“Ini menandakan bahwa pemulihan Indonesia terus berlanjut dan trennya semakin menguat,” ujarnya, dalam konferensi pers pada Senin (7/11/2022).
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 akan tumbuh sangat kuat yakni di atas 5,5 persen (yoy).
Lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, yakni sebesar 5,44 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, perkiraan tersebut datang dengan melihat berbagai indikator seperti mobilitas, indeks penjualan retail, dan Mandiri Spending Index, di mana semuanya masih dalam situasi yang positif dan ekspansif.
Secara terpisah, Bank Indonesia (BI) memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 tetap bisa bergerak ke atas. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, pertumbuhan ekonomi nasional masih berada dalam kisaran proyeksi BI, yaitu 4,5 persen hingga 5,3 persen.
Pertumbuhan yang diperkirakan terus membaik tersebut, lanjut Perry, ditopang oleh peningkatan konsumsi swasta dan investasi, khususnya nonbangunan, juga tetap kuatnya ekspor serta daya beli masyarakat yang masih terjaga di tengah melonjaknya inflasi.
Dan, yang lebih membuat bangsa lebih optimis, seperti dijelaskan oleh Margo Yuwono, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini jauh di atas realisasi beberapa negara utama, seperti Tiongkok dan Amerika, tetapi jauh di bawah Vietnam.
Amerika Serikat tumbuh sebesar 2,6 persen secara tahunan pada kuartal ketiga lalu, Tiongkok sebesar 3,9 persen, Uni Eropa 2,4 persen, dan Singapura 4,4 persen. Namun realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah Vietnam yang melesat 13,7 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan pada kuartal ketiga sebesar 5,72 persen itu lebih tinggi dibandingkan kuartal kedua sebesar 5,44 persen secara tahunan. Namun secara kuartalan melambat, dari pertumbuhan 3,72 persen pada kuartal kedua menjadi 1,81 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kita konsisten di atas 5 persen sejak kuartal empat 2021, yang menandakan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat," ujar Margo.
Dalam laporannya, BPS juga mengemukakan konsumsi rumah tangga pada kuartal ketiga 2022 tumbuh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, ada perbaikan konsumsi pada kelompok menengah atas. Konsumsi rumah tangga pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh mencapai 5,39 persen secara tahunan, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,51 persen.
Meski demikian, BPS mencatat kelompok menengah atas mulai meningkatkan aktivitas belanja, terutama untuk kebutuhan tersier. "Ini mengindikasikan bahwa konsumsi kelompok menengah atas menunjukan perbaikan," tambah Margo Yuwono.
Dia menjelaskan, lebih dari separuh pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini disumbangkan oleh konsumsi rumah tangga atau mencapai 50,38 persen.
Konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh kuat meski melambat dibandingkan kuartal sebelumnya ditopang oleh mobilitas masyarakat yang meningkat. Mobilitas masyarakat meningkat sejak awal tahun ini seiring dengan kasus Covid-19 yang semakin terkendali.
Di sisi lain, Margo melihat daya beli kelompok masyarakat menengah bawah juga terbantu oleh bantuan sosial dan subsidi energi. BPS juga mencatat investasi tumbuh makin kuat yakni sebesar 4,96% secara tahunan. Kinerja ini ditopang oleh pertumbuhan barang modal nonbangunan dan peningkatan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Pertumbuhan juga disumbangkan oleh pertumbuhan belanja modal pemerintah utamanya untuk jenis mesin dan peralatan. Ekspor juga disebut masih menjadi penopang ekonomi domestik pada kuartal ketiga dengan mampu tumbuh 21,64 persen.
Ekspor jasa melesat dengan kenaikan 82,84 persen, hal ini karena peningkatan jumlah wisatawan mancanegara. Ekspor barang tumbuh 19,11 persen masih didukung oleh windfall harga komoditas. Dari sisi sebaliknya, konsumsi pemerintah mencatatkan kontraksi
Pencapaian pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022, seperti dilaporkan oleh BPS itu, sejalan dengan pendapat sejumlah ekonom. Mereka menilai laju ekonomi pada kuartal III-2022 diestimasi terus mendaki melampaui realisasi kuartal II-2022 yang sebesar 5,44 persen (YoY).
Alasannya, kinerja investasi belakangan terus menanjak. Performa ekspor juga tak kalah gemilang. Kekhawatiran mengenai melambatnya konsumsi akibat penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pun perlahan terkikis.
Tangguhnya konsumsi terefleksi dalam data inflasi yang menunjukkan penurunan pada bulan kedua tarif BBM baru yang menandai masih kuatnya daya beli masyarakat. Pemerintah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 berada pada rentang 5,5 persen—5,7 persen. Pun dengan estimasi ekonom yang masih berada dalam kisaran sasaran pemerintah itu.
Nah, pertanyaannya bagaimana kondisi di kuartal IV-2022? Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, soliditas ekonomi pada kuartal III-2022 menjadi amunisi bagi pemerintah untuk menghadapi kuartal IV-2022.
Menurutnya, tiga bulan terakhir tahun ini menjadi kuartal krusial yang amat menentukan pencapaian target pertumbuhan sepanjang tahun yang dipatok sebesar 5,2 persen. Sebab, ada rentetan dinamika yang berisiko mengganjal gerak roda perekonomian nasional. Salah satunya, gerak inflasi yang tak terkendali di mayoritas negara mitra dagang utama.
“Kuartal III-2022 kami melihat ini masih cukup tinggi dari sisi pertumbuhan ekonominya, kami memperkirakan masih di atas 5,5%,” ujarnya optimis.
Sri Mulyani menuturkan, mayoritas indikator ekonomi pada kuartal III-2022 berada pada teritorial positif. Penyebabnya adalah, pertama, menurunnya scarring effect pandemi Covid-19 seiring dengan pelonggaran mobilitas masyarakat.
Kedua, konsumsi dan dunia bisnis yang makin menggeliat, tecermin dari kinerja perpajakan yang telah melampaui realisasi sepanjang 2021. Ketiga, aktivitas investasi dan ekspor sebagai sektor utama penopang produk domestik bruto (PDB) juga mencatatkan performa yang cukup ciamik.
Apalagi, laporan dari hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) belum lama ini juga telah memberikan jaminan bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan pada kuartal ketiga tahun ini masih terjaga di tengah meningkatnya tekanan perekonomian global.
Penilaian itu pun dengan catatan, KSSK meminta pelaku usaha dan masyarakat mewaspadai perkembangan ekonomi global guna menyiapkan respons kebijakan yang tepat.
Yang jelas, empat lembaga penjaga moneter dan fiskal--Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua OJK, dan Ketua LPS--dalam rapat berkala kuartal keempat pada Kamis (27/10/2022) telah berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan dengan memperkuat koordinasi dan terus mewaspadai risiko ekonomi global untuk menyiapkan respons kebijakan.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari