- Beranda
- Baca Artikel
Menguatkan Sinergi Dunia Usaha dan Sekolah
Sampai 2022, sebanyak 349 dunia usaha dan dunia industri telah bersinergi dengan SMK Pusat Keunggulan di daerah dengan investasi sebesar Rp439,25 miliar.
Salah satu program utama Merdeka Belajar adalah memperluas Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK). Program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) itu merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM dengan menyinergikan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Sejak resmi digulirkan tahun lalu, Program SMK PK difokuskan pada keahlian yang mendukung sektor industri dengan tren pertumbuhan positif. Sektor tersebut termasuk di dalam kelompok ekonomi kreatif, pariwisata, kesehatan dan pekerja sosial, kemaritiman, energi dan pertambangan, agribisnis dan agroteknologi, teknologi manufaktur dan rekayasa, teknologi konstruksi dan properti, serta teknologi informasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Vokasi) Kemendikbudristek Kiki Yuliati menyampaikan, hingga 2022 pihaknya telah memfasilitasi 1.402 SMK Pusat Keunggulan yang tersebar di seluruh Indonesia. Proporsi dari jumlah tersebut, sebanyak 1.029 SMK PK memperoleh bantuan dari pemerintah melalui skema matching fund dan sebanyak 373 SMK PK mendapat hibah dari industri atau melalui skema pemadanan.
“Tahun pertama ini, ketika kami menunjukkan SMK PK, ada 349 dunia usaha dan dunia industri (DUDI) telah bersinergi dengan satuan pendidikan di daerah dengan investasi sebesar Rp439,25 miliar,” seperti diungkapkan Dirjen Vokasi Kiki Yuliati, dalam webinar tentang Implementasi Pelaksanaan Kolaborasi antara Satuan Pendidikan Vokasi dan Industri melalui Program SMK Pusat Keunggulan dengan Skema Pemadanan dan Matching Fund, pada Kamis (17/11/2022).
Dukungan tersebut bukan saja berasal dari industri-industri besar, sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun turut mengambil bagian dari kolaborasi pemerintah dan kalangan pengusaha. Oleh karena itu, Dirjen Kiki menerangkan, pemerintah akan terus berkomitmen mengembangkan ekosistem pendidikan vokasi, salah satunya melalui program SMK PK Skema Pemadanan dan Matching Fund.
Hal itu sejalan dengan instruksi Presiden RI Joko Widodo yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Implementasi Pendidikan Vokasi. Program SMK Pusat Keunggulan memberikan bantuan berupa fisik dan nonfisik kepada sekolah terkait.
Bantuan fisik dapat digunakan untuk membangun ruang praktik berupa bangunan bengkel atau laboratorium, maupun penyediaan peralatan. Sedangkan, bantuan nonfisik dialokasikan antara lain untuk penguatan penyelarasan kurikulum dengan industri.
Pada kesempatan yang sama, Direktur SMK Kemendikbudristek Wardani Sugiyanto menyampaikan, SMK PK berfokus pada pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan DUDI, hingga akhirnya menjadi SMK model dan rujukan bagi SMK lainnya. “SMK PK ini merupakan bagian dari Merdeka Belajar yang sudah dimulai sejak 2021, bahkan 2020 sudah diawali dengan adanya SMK Center of Excellence (CoE),” jelas Direktur Wardani.
Untuk tahun depan, program SMK PK Skema Pemadanan telah dibuka sejak 17 November 2022 hingga 15 Januari 2023. Sebelumnya, konsentrasi yang diunggulkan ada enam sektor yang terdiri atas 57 konsentrasi keahlian. Namun demikian, di 2023 diharapkan yang dapat didampingi industri ada sebanyak 18 sektor dengan berbagai konsentrasi keahlian.
Salah satu praktik baik implementasi SMK PK Skema Pemadanan dirasakan oleh Hariyati, selaku Kepala SMKN 4 Kehutanan dan Perkebunan Merauke, Papua. "Hal-hal baik ini harus tetap dilaksanakan dan manfaatnya kami rasakan," ungkapnya, seperti dikutip dari laman Kemdikbud.
Implementasi Matching Fund
Tidak hanya SMK PK Skema Pemadanan, Ditjen Pendidikan Vokasi juga menginisiasi program matching fund melalui Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi guna menjawab kebutuhan industri. Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaja, menyampaikan bahwa program matching fund adalah bentuk kerja sama antara perguruan tinggi vokasi dengan industri dalam mengatasi berbagai masalah yang ada di industri.
“Program ini menjadi win-win solution. Keuntungan industri salah satunya, yakni produk-produk yang dikerjakan bisa mendapat bantuan dari perguruan tinggi vokasi dan mendapatkan dukungan dana dari pemerintah. Di satu sisi, perguruan tinggi vokasi akan mendapatkan peran dalam industri dan sisi lain, industri dapat mengatasi masalahnya,” jelas Beny.
Sedikitnya, ada lebih dari seratus perguruan tinggi calon pendamping SMK Pusat Keunggulan, di antaranya, Politeknik Negeri Bandung (Polban), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Telkom, Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Negeri Padang (UNP), Politeknik ATMI Solo, Politeknik Negeri Batam, dan masih banyak perguruan tinggi lainnya.
Dari sisi industri, Director of Education PT Tera Data Indonusa Tbk Galuh Tunjung Sari mengakui, dunia pendidikan tidak bisa berjalan sendiri, perlu berkolaborasi dengan industri. “Kami ingin mendapat kemudahan untuk rekrutmen SDM. Kami dari industri ini pengalamannya lebih susah lagi mencari SDM untuk direkrut. Apa yang kami lakukan beberapa tahun belakangan dengan berkolaborasi bersama pendidikan vokasi ini mentransfer budaya kerja kami dan melakukan sinkronisasi kurikulum dapat menjawab kesulitan tersebut,” tukasnya.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari