Potensi perempuan OAP tidak kalah dengan kaum hawa lain di Indonesia. Perempuan Papua sudah membuktikan diri mampu sejajar dengan laki-laki.
Peran perempuan orang asli Papua (OAP) kini terus bersinar karena kiprah mereka dalam berbagai bidang di ruang publik. Tidak mudah bagi perempuan Papua untuk membuktikan kemampuan dalam dirinya akibat minimnya dukungan keluarga dan adat yang masih beranggapan bahwa perempuan sebaiknya di rumah saja.
Namun, saat ini sekat itu bukan lagi penghalang bagi perempuan untuk berkarya dan membuktikan kemampuan dalam berkarier seperti halnya kaum pria. Setidaknya hal itu telah dibuktikan oleh Nerlince Wamuar Rollo. Dia adalah perempuan Papua pertama yang menjabat Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP).
Memang sudah tidak ada lagi batasan atau penghalang bagi perempuan Papua untuk mengembangkan potensi dirinya. Namun saat berada di kampung dia tetap harus kembali mengemban tugas sebagai seorang perempuan.
"Saya pribadi mengalami hal itu, saat mengemban tugas sebagai Ketua MRP, maka bisa berbicara sesuai kapasitasnya. Namun ketika berada di kampung, maka saya seorang ibu dan istri yang hanya bisa menyampaikan usul atau saran bila diminta," katanya seperti diberitakan oleh Antara.
Kendati demikian, batasan sosial itu tidak membuat ia berkecil hati karena dirinya menyadari kampung tempatnya tinggal masih memegang teguh adat. Kewajiban sosial itu harus ditaati karena Rollo menyadari tanpa dukungan mereka, perempuan seperti dia tidak bisa berkarier dan menduduki jabatan prestisius.
Tidak mudah bagi perempuan untuk tetap berkarier di luar rumah sekaligus menjadi ibu serta istri. Karena benar-benar harus dapat membagi waktu dan menempatkan diri di lingkungan masing-masing. Apalagi saat ini pria OAP juga sudah membuka diri dan menerima bila pasangannya berkarier dan menduduki jabatan publik.
"Otonomi khusus juga memberikan dukungan dan perlindungan kepada perempuan Papua. Sehingga tidak ada alasan bila kaum perempuan tidak mau mengembangkan diri dan meraih apa yang menjadi impiannya,” tutur Rollo.
Tak Ada Hambatan
Dosen Fakultas Ilmu Politik Universitas Cenderawasih Hiskia Sapioper mengakui bahwa apa yang dicapai perempuan OAP dalam meniti karier tidak lepas dari peran R.A. Kartini yang berjuang di zamannya agar perempuan Indonesia bisa sejajar dengan pria dan berkarier di berbagai bidang.
Episode zaman penuh tantangan itu sudah berlalu dan saat ini semua perempuan Indonesia, termasuk Papua, dapat menunjukkan kemampuannya di berbagai bidang yang digelutinya. Hiskia menilai, adat tidak menjadi hambatan bagi perempuan khususnya OAP dalam berkarier dan menggapai cita-citanya.
Sekat-sekat sosial dan adat kini merenggang dan membuka jalan bagi setiap perempuan untuk berkarya. Oleh karena itu, perempuan Papua saat ini dapat terus mengejar impiannya seperti halnya perempuan lainnya di Indonesia dan di dunia.
Kendati demikian, kaum hawa tetap diingatkan akan peran dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. "Perempuan jangan pernah lupa akan kodratnya. Walaupun di luar rumah dia adalah pimpinan, saat pulang ke rumah dirinya adalah istri bagi suami serta ibu untuk anak-anaknya," kata Hiskia.
Dosen Jurusan Administrasi Publik Uncen itu mengakui, sebagai pria OAP, dirinya bangga melihat perempuan Papua saat ini berkarier di bidang-bidang yang sebelumnya hanya didominasi laki-laki seperti pilot. Beberapa waktu lalu, maskapai nasional Garuda Indonesia telah merekrut pilot perempuan OAP yakni Vanda Astri Korisano dan Martha Itaar.
Apa yang diraih mereka tersebut membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil diraih bagi perempuan OAP bila seseorang bersungguh-sungguh ingin mencapainya. "Saya sebagai laki-laki Papua sangat bangga dengan apa yang telah dicapai perempuan Papua. Saya berharap akan lebih banyak lagi yang tampil dan memimpin," tegas Hiskia.
Dukungan Keluarga
Ungkapan senada meluncur dari mulut Penjabat Asisten II Sekda Papua Suzana Wanggai. Ia menilai, bahwa apa yang dicapai saat ini berbeda dengan cita-cita saat masih kanak-kanak. Dulu, ia ingin sekali menjadi guru kendati pernah dilakoninya dengan menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi di Kota Jayapura.
Butuh upaya lebih keras dan dukungan terutama keluarga hingga dirinya beserta adik-adiknya bisa mencapai posisi saat ini. "Almarhum ayah saya selalu berpesan agar sesama saudara untuk saling membantu dan itu yang terus kami tanamkan," kata Susi, panggilan akrab Suzana Wanggai.
Susi mengakui potensi perempuan Papua tidak kalah dengan kaum hawa lain di Indonesia. Seperti diulas di awal tulisan bahwa perempuan OAP sudah membuktikan dirinya mampu sejajar dengan laki-laki di segala bidang. Sehingga ke depan diharapkan tidak ada keraguan atas kemampuan yang dimilikinya.
Ia berujar, jika diberi kesempatan, perempuan mampu memberikan karya puncaknya, baik secara pribadi sebagai pekerja juga sebagai ibu dan istri bagi anak dan suaminya. "Jadi, gunakan kemampuan yang dimiliki dan buktikan bahwa kaum perempuan Papua juga mampu seperti halnya perempuan Indonesia lainnya," tegas Susi.
Kesempatan menunjukkan kapasitas diri setiap perempuan yang terbuka saat ini hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh kaum hawa, apa pun bidang yang digelutinya. Jangan pernah ragu atau merasa tidak mampu, apalagi merasa rendah diri, karena setiap makhluk sudah dikaruniai akal oleh Tuhan untuk berpikir dan berkembang.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari