Indonesia.go.id - Antisipasi Dampak Situasi Geopolitik Global

Antisipasi Dampak Situasi Geopolitik Global

  • Administrator
  • Sabtu, 4 Mei 2024 | 12:14 WIB
INDUSTRI
  Usai Israel dikabarkan menyerang wilayah Iran di kota Isfahan, Rupiah melemah bersama beberapa mata uang Asia lainnya.ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
Kementerian Perindustrian terus memantau situasi geopolitik dunia, menyusul konflik serangan Iran ke Israel.

Harga energi, peningkatan biaya logistik, dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD). Tiga hal tersebut merupakan indikator penting yang menjadi perhatian pemerintah, menyusul meningkatnya tensi di Timur Tengah yang semakin memanas akibat konflik Iran dan Israel.

Eskalasi geopolitik di wilayah tersebut diwaspadai dapat berpengaruh terhadap Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut merupakan konsekuensi menjadi bagian dari perekonomian dan supply chain global.

Sebagai gambaran, merujuk data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup turun ke level Rp16.083 pada perdagangan, Jumat (3/5/2024). Kenaikan nilai dolar Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Indonesia, salah satunya adalah peningkatan harga impor. Sedikitnya  ada dua barang impor yang menjadi komoditas utama bagi masyarakat Indonesia, yaitu minyak mentah (petroleum) untuk bahan baku bahan bakar minyak dan beras.

Pelemahan rupiah juga dapat berdampak negatif pada kinerja pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor. Misalnya industri farmasi petrokimia, makanan dan minuman, hingga tekstil. Selain itu, kenaikan nilai dolar juga dapat mempengaruhi sektor ekspor Indonesia. Meskipun pada dasarnya bisa meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia, karena harganya menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, tetapi hal itu dapat mengurangi margin keuntungan para produsen dalam negeri.

Jika kondisi ini berlanjut, dampaknya panjang. Nilai tukar ini mempengaruhi perekonomian dan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-sehari. Ketika rupiah melemah  terhadap mata uang asing, maka barang-barang impor akan menjadi lebih mahal bagi penduduk Indonesia dan barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih murah bagi penduduk asing (Miskhin, 2008).

Mitra Alternatif

Menyadari itu, pemerintah perlu menganalisa dan menyiapkan smart policy untuk memitigasi pengaruh terhadap sektor manufaktur di dalam negeri. Kemenperin juga akan segera melakukan koordinasi dengan para pelaku industri, “Saat ini, Kemenperin telah memetakan permasalahan dan berupaya melakukan mitigasi solusi-solusi dalam rangka mengamankan sektor industri dari dampak konflik yang tengah terjadi,” Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan di Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Solusi yang dirumuskan Kemenperin meliputi penyiapan insentif impor bahan baku industri yang berasal dari Timur Tengah karena adanya kemungkinan terganggu suplai bahan baku bagi industri dalam negeri, terutama pada sektor industri kimia hulu yang mengimpor sebagian besar bahan baku dari kawasan tersebut. Relaksasi impor bahan baku tertentu juga dibutuhkan untuk kemudahan memperoleh bahan baku, mengingat negara-negara lain juga berlomba mendapatkan supplier alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industrinya.

Selanjutnya, mempercepat langkah-langkah pendalaman, penguatan, maupun penyebaran struktur industri, yang bertujuan untuk segera meningkatkan program substitusi impor. Hal ini perlu didukung dengan memperketat ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk mengantisipasi excess trade diversion dari negara lain ke Indonesia. Artinya, Kementerian/Lembaga harus lebih disiplin dalam pengadaan belanja barang dan jasa dengan menggunakan Produk Dalam Negeri.

Menperin menambahkan, saat ini juga merupakan momen yang tepat bagi sektor industri untuk mendapatkan kepastian keberlanjutan implementasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Adanya risiko peningkatan harga energi dapat berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan daya saing subsektor industri. Karenanya, kebijakan HGBT sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing produksi.

Kemenperin mengimbau peningkatan penggunaan mata uang lokal (Local Currency Transaction) untuk transaksi bilateral yang dilakukan oleh pelaku usaha di Indonesia dan negara mitra. Dengan kata lain, nasabah Indonesia dan nasabah mitra dapat membayar atau menerima pembayaran dalam mata uang lokal tanpa melalui mata uang USD. “Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap hard currencies, terutama USD, mengingat skala ekonomi dan volume perdagangan antar negara Asia terus meningkat, juga untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah,” jelas Menperin.

Selain itu, upaya memperbaiki performa sektor logistik untuk mendukung pertumbuhan sektor industri juga perlu ditempuh. Sepanjang triwulan I-2024, terjadi peningkatan pada indeks biaya logistik dunia yang merupakan dampak dari konflik Israel-Palestina. Kenaikan biaya logistik yang semakin tinggi akan tergantung pada ekskalasi konflik yang mungkin terjadi selanjutnya. Sementara itu, saat ini Indonesia berada pada peringkat ke-63 dunia dan ke-6 di ASEAN untuk Logistics Performance Index (LPI), jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Artinya, biaya dan waktu penanganan logistik di Indonesia jauh lebih mahal dan lama bila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia maupun di kawasan ASEAN.

Catatan lain adalah rasio pinjaman produktif di Indonesia yang masih lebih rendah dibandingkan pinjaman konsumtif juga menunjukkan perlunya mempermudah sektor industri untuk memperoleh kredit. Bila melihat kondisi di Tiongkok, kredit lebih banyak mengalir ke sektor produksi dibandingkan ke konsumsi. Menperin berharap, rasio kredit di Indonesia juga dapat bergeser dan didominasi oleh kredit produksi, sehingga sektor industri bisa semakin berkembang.

Namun demikian, Agus meyakinkan bahwa kondisi saat ini masih tenang dan terkontrol. “Pelaku usaha tidak perlu mengkhawatirkan kondisi tersebut. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan pemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri,” pungkasnya.

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

Berita Populer