Freeport dan Blok Rokan hanyalah sedikit contoh semangat dan upaya untuk kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan nyata, membangun ekonomi yang berpihak kepada kepentingan nasional, berdiri di atas kekuatan sendiri.
Sejarah baru dimulai ketika, Senin, 9 Agustus 2021 pukul 00.00 WIB PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) resmi menghentikan operasinya di Indonesia setelah 97 tahun berjalan. Operasi produksi minyak dan gas (migas) mereka berhenti setelah pemerintah memutuskan Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengambil alih kelola Wilayah Kerja (WK) CPI di Rokan. Riau.
Blok Rokan menambah panjang daftar alih kelola migas yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Setidaknya, dalam 10 tahun terakhir CPI Rokan, Unocal East Kalimantan, Exxon Aceh, CNOOC OSES, Vico Sanga Sanga, Total E&P Mahakam serta Arco ONWJ telah bersalin rupa menjadi pengelolaan Pertamina seutuhnya.
Pengelolaan migas di Rokan melebihi umur republik. Ketika era kolonial Hindia Belanda, tahun 1924 para geolog Standard Oil Company of California (Socal) mulai menjejakkan kakinya di Rokan. Setelah perjalanan eksplorasi cukup panjang di wilayah itu, pada 1941 lapangan minyak Duri ditemukan. Disusul penemuan lapangan minyak Minas pada 1944, hingga akhirnya lapangan Duri mulai berproduksi tahun 1954.
Sampai akhirnya 1963, tepatnya pada 28 November, perjanjian kontrak karya migas disahkan antara Caltex (pendahulu CPI), Stanvac, dan Shell, dengan Trisula dari pihak Indonesia yaitu Pertamin, Permina, dan Permigan (cikal bakal Pertamina). Kontrak ini mengikuti Perpu 44/1960 yang menyatakan semua kegiatan hulu migas sudah berada dalam kekuasaan negara.
Kerja sama ini memuluskan produksi migas dari sejumlah lapangan minyak di Blok Rokan. Kota-kota baru dengan fasilitas modern bermunculan seperti Dumai, Rumbai, dan Pekanbaru. Semenjak kehadiran operator migas Amerika Serikat dan Pertamina tersebut, hampir 12 miliar barel minyak mentah ringan dan berat ditambang lebih dari 100 lapangan minyak di Blok Rokan. Minyak Minas dan Duri di era 1970-1990 menjadi andalan utama ekspor migas Indonesia.
Semangat kemandirian energi dari kejayaan produksi migas dari Rokan tersebut dinyalakan kembali oleh pemerintah melalui Peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Garuda, Kompleks Hulu Rokan, Dumai, Riau, Sabtu (1/6/2024). Upacara dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Blok Rokan, kata Presiden Jokowi, merupakan ladang minyak yang besar. Setelah saham mayoritas Freeport diambil alih negara, kemudian negara mengambil alih Blok Rokan Dumai, yang merupakan Blok Migas paling produktif dalam sejarah perminyakan Indonesia.
“Blok Rokan ini sudah dikelola perusahaan asing Caltex dan Chevron selama 97 tahun. Kita harapkan kehadiran Pancasila sebagai pembebas dari ketergantungan kita pada pihak asing,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi menambahkan, Freeport dan Blok Rokan hanyalah sedikit contoh semangat dan upaya untuk kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi, untuk mengamalkan Pancasila dan dalam kehidupan nyata, membangun ekonomi yang berpihak kepada kepentingan nasional berdiri di atas kekuatan sendiri (berdikari).
Keaktifan di dunia internasional, katanya, tidak menyurutkan perjuangan Indonesia untuk berdikari dalam bidang ekonomi. Indonesia terus memperjuangkan kemandirian ekonomi, termasuk melalui industrialisasi dalam negeri dan melalui hilirisasi di berbagai sektor.
"Kita harus menjamin kekayaan negeri sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat, kita juga harus aktif mengambil alih aset-aset strategis bangsa, kita kelola dan manfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah Blok Rokan di Riau ini, tempat yang kita pakai untuk upacara peringatan Hari Lahir Pancasila," kata Presiden Jokowi,
Kepala Negara menyebut, produksi Blok Rokan tersebut lebih tinggi dibanding saat dikelola Caltex maupun Chevron dan merupakan 25 persen dari seluruh produksi minyak nasional di Indonesia. Oleh karena itu, Presiden Jokowi menargetkan peningkatan produksi hingga 200 ribu barel minyak per hari di Blok Rokan. Sejak dikelola oleh anak bangsa, produksi minyak di Blok Rokan mengalami peningkatan signifikan. Jika sebelumnya saat dikelola Chevron Blok Rokan menghasilkan 130 ribu barel minyak per hari, maka setelah diambil alih Pertamina menjadi 162 ribu barel per hari.
Adapun, pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 telah menargetkan lifting migas 635.000 barel per hari (BPOD) dan lifting gas bumi sebagai sebesar 1,33 juta barel oil equivalent per hari. Hingga Maret 2024 dilaporkan capian lifting minyak bumi telah tercapai sebesar 567.000 barel per hari atau mencapai 89,4% dari target APBN.
Sementara, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/5/2024), Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) minyak dan gas bumi 2024 hingga 20 Mei 2024 telah mencapai Rp36,81 triliun. Capaian ini setara dengan 33,42% dari target PNBP tahun 2024 sebesar Rp110,15 triliun.
Pencapaian target lifting minyak dan gas bumi memerlukan upaya yang ekstra mengingat banyaknya sumur-sumur produksi sudah tua dan mengalami penurunan masa produksi. Pemerintah mengupayakan peningkatan produksi dengan strategi dan upaya produksi lifting migas nasional. Antara lain melalukan improving existing value lewat peningkatan kegiatan pengeboran pengembangan (workover) dan juga well services serta mereaktivasi sumur-sumur minyak yang ada.
Upaya lainya adalah pengembangan cadangan menjadi produksi melalui percepatan Plan of Development (PoD) dan onstream dari proyek-proyek hulu migas dengan pemanfaatan teknologi baru. Seperti melalui proyek Enhanced Oil Recovery (EOR) dan waterflood di lapangan minyak Minas.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari