Perekonomian Indonesia tetap mampu mencatat pertumbuhan di atas 5 persen, yang bersumber dari optimisme perekonomian domestik.
Munculnya optimisme itu juga didasarkan dari laporan hasil survei Bank Indonesia (BI) berkaitan dengan Indeks Kenyakinan Konsuen (IKK) periode Mei 2024 yang dirilis Senin (10/6/2024). Survei Konsumen Bank Indonesia menemukan indikasi bahwa konsumen masih memiliki keyakinan terhadap kondisi ekonomi tetap kuat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal itu tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2024 sebesar 125,2 dan berada dalam level optimis (>100).
Berkaitan dengan kondisi tersebut, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menilai tetap kuatnya keyakinan konsumen pada Mei 2024 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). “Kedua indeks tersebut tetap kuat didukung oleh optimisme pada seluruh komponen pembentuknya,” ujar Erwin yang juga tercatat sebagai Asisten Gubernur BI.
Tentu pencapaian IKK itu tetap harus disyukuri. Pasalnya, nilainya meski masih berada pada zona optimistis (>100). Namun, dengan pencapaian itu jangan lalu bangsa ini berpuas diri.
Bahkan cenderung menjadi waspada karena IKK terjadi penurunan pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing menjadi sebesar 115,4 dan 135,0 pada Mei 2024, dari masing-masing 119,4 dan 136,0 pada April 2024 (month to month/mtm).
Jika dirincikan, pada IKE, penurunan terdalam tercatat pada Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, yang masing-masingnya turun menjadi sebesar 119,9 dan 113,6, dari bulan sebelumnya sebesar 124,2 dan 117,6.
Sementara itu, pada IEK, penurunan terdalam terjadi pada Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha, masing-masing menjadi sebesar 139,0 dan 131,6.
Menurut hemat penulis, IKK yang turun pada Mei 2024 bisa jadi disebabkan dengan momentum Ramadan dan IdulFitri yang telah berakhir. Artinya, masyarakat pada bulan lalu memiliki ekspektasi dan keyakinan yang lebih tinggi terhadap kondisi perekonomian dan kondisi mereka sendiri.
Hal itu terjadi lantaran aktivitas perekonomian pada periode April 2024 yang lebih bergeliat dan beberapa perusahaan juga sudah mencairkan tunjangan hari raya (THR).
Relatif Berkurang
Sementara itu, pada Mei 2024, momentum tersebut relatif berkurang karena penghasilan yang didapatkan pada April telah dibelanjakan. Selain itu, masyarakat pada Mei 2024 pun mulai mengalihkan konsumsi yang dilakukan pada April dengan membayar cicilan.
Di sisi lain, bagi pelaku usaha, kondisi IKK saat ini tentu menjadi alarm bagi mereka bahwa ke depan akan ditemui sejumlah tantangan, misalnya mengharapkan adanya dorongan konsumsi yang relatif besar, tentu sulit diharapkan terutama di sisa tahun ini. Harapan itu bisa jadi hanya di Natal dan Tahun Baru.
Dari gambaran di atas, perekonomian ke depan diprediksi maih diselimuti awan gelap, pemerintah masih memiliki optimisme perekonomian negara ini masih akan mampu tumbuh di atas 5 persen pada kuartal II-2024.
Seperti disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, perekonomian domestik diyakini masih tetap akan menjadi sumber pertumbuhan kendati kondisi global sedang tidak pasti. "Kita kan melihat global challenging, tapi kalau domestik kita masih melihat cukup kuat untuk bisa di atas 5 persen," ujarnya di kompleks parlemen DPR RI, Jakarta, Senin, (10/6/2024).
Febrio mengatakan, masih terdapat motor penggerak ekonomi pada Q2 2024. Di antaranya adalah dari sektor belanja pemerintah, dan aktivitas ekspor yang mulai membaik. "Tahun ini kami melihat ekspor mulai positif dan akan kami pantau, sisi manufaktur juga masih ekspansif, sehingga masih akan cukup," kata dia.
Meski demikian, Febrio mengatakan, aktivitas ekspor ini juga akan tergantung pada dinamika global, terutama negara tujuan utama ekspor dari Indonesia. Febrio mengatakan, pemerintah akan terus memantau kinerja dunia usaha di tengah era suku bunga tinggi. Dia bilang Kemenkeu ingin pertumbuhan ekonomi dapat berimplikasi pada tingkat pengangguran yang semakin menurun.
"Tingkat pengangguran di 2024 ini sudah cukup baik dan ini sudah di bawah level pra-pandemi, dan kami usahakan terus turun," kata dia.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari