Indonesia.go.id - Komoditas Nonmigas Dorong Surplus Perdagangan Indonesia

Komoditas Nonmigas Dorong Surplus Perdagangan Indonesia

  • Administrator
  • Jumat, 12 Juli 2024 | 12:27 WIB
PERDAGANGAN
  Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (8/7/2024). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 surplus 2,93 miliar dolar AS, masih melanjutkan tren surplus 49 bulan berturut-turut. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD2,39 miliar pada Juni 2024, menandai surplus bulanan yang ke-50 berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus didorong oleh komoditas nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi baja.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Juni 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus perdagangan sebesar USD2,39 miliar, menjadikannya surplus bulanan yang ke-50 berturut-turut sejak Mei 2020.

Meski surplus kali ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia periode Juni 2024 tetap menjadi catatan positif bagi perekonomian negara ini.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa surplus neraca perdagangan Juni 2024 didorong oleh surplus perdagangan komoditas nonmigas yang mencapai USD4,43 miliar.

Beberapa komoditas utama yang menyumbang surplus ini termasuk bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), dan besi baja (HS 72). Surplus neraca perdagangan nonmigas pada bulan ini lebih tinggi dibandingkan bulan lalu maupun bulan yang sama tahun sebelumnya.

Namun, secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2024, surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD15,45 miliar, menurun USD4,46 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Surplus neraca nonmigas tercatat USD25,55 miliar, lebih rendah USD3,16 miliar dari tahun lalu. Sementara itu, defisit neraca dagang migas mencapai USD10,11 miliar, lebih tinggi USD1,31 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bagaimana dengan kinerja ekspor? Tak dipungkiri, tiga negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia periode Juni 2024 masih tetap dipegang oleh Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan India, berkontribusi sebesar 43,13 persen dari total ekspor nonmigas.

Meski demikian, nilai ekspor nonmigas ke Tiongkok tercatat USD4,65 miliar, turun 1,72 persen dibandingkan Mei 2024. Ekspor ke AS dan India juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 9,99 persen dan 5,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Amalia menjelaskan bahwa meskipun ekspor ke tiga negara utama ini menurun secara bulanan, secara tahunan ekspor nonmigas ke Tiongkok, AS, dan India meningkat.

Secara kumulatif, ekspor dari Januari hingga Juni 2024 mencapai USD125,09 miliar, turun 2,76 persen year on year (yoy), didorong oleh penurunan ekspor nonmigas yang mencapai USD117,19 miliar, turun 2,99 persen yoy.

 

Kinerja Ekspor

Pada Juni 2024, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD20,84 miliar, turun 6,65 persen dibandingkan Mei 2024. Penurunan ini dipicu oleh penurunan ekspor migas sebesar 13,24 persen (USD1,23 miliar) dan penurunan ekspor nonmigas sebesar 6,20 persen (USD19,61 miliar).

Komoditas nonmigas seperti bijih logam, terak, dan abu mengalami penurunan terbesar, mencapai 98,32 persen, diikuti oleh logam mulia dan perhiasan (HS 71) yang turun 45,76 persen, serta nikel dan barang daripadanya (HS 75) yang turun 25,20 persen.

Jika dibandingkan dengan Juni 2023, ekspor pada Juni 2024 naik 1,17 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada komoditas besi dan baja (HS 72), nikel (HS 75), dan tembaga (HS 74).

Meskipun neraca perdagangan masih menunjukkan surplus, tantangan tetap ada, terutama dari defisit neraca dagang migas dan penurunan ekspor nonmigas.

Pemerintah dan para pelaku industri perlu terus berinovasi dan mencari pasar baru, terutama terus menggenjot potensi pasar ekspor negara nontradisional untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan kondisi yang ada, diharapkan surplus neraca perdagangan bisa tetap bertahan hingga akhir tahun, didukung oleh upaya diversifikasi produk ekspor dan peningkatan daya saing komoditas Indonesia di pasar global.

Sinergi antara pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mencapai target tersebut, sehingga ekonomi Indonesia bisa terus tumbuh meski di tengah tantangan global.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari