Indonesia.go.id - Ekspor Bijih Logam Melonjak 3.973 Persen, Kebijakan Relaksasi Bawa Dampak Positif

Ekspor Bijih Logam Melonjak 3.973 Persen, Kebijakan Relaksasi Bawa Dampak Positif

  • Administrator
  • Minggu, 25 Agustus 2024 | 07:06 WIB
EKSPOR
  Pembangunan smelter di beberapa tempat di Indonesia mendorong ekspor komoditas bijih logam, terak, dan abu naik hingga 3.973,44 persen secara month to month (mtm) pada Juli. Ekspor komoditas tersebut pun kemudian memberikan andil sebesar 3,32 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia. ANTARA FOTO/ Andri Saputra
Ekspor bijih logam Indonesia melonjak tajam hingga 3.973 persen pada Juli 2024, berkat kebijakan relaksasi pemerintah. Temukan bagaimana strategi ini mendorong pertumbuhan signifikan dalam sektor ekspor dan perekonomian nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan adanya aktivitas ekspor bijih logam, terak, dan abu yang mengalami peningkatan signifikan pada Juli 2024. Kontan, kenaikan ekspor komoditas yang masuk dalam kelompok Harmonized system (HS) 26 itu turut menopang kenaikan ekspor Indonesia pada bulan yang sama.

Sebagaimana disampaikan oleh Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, ekspor komoditas bijih logam, terak, dan abu naik hingga 3.973,44 persen secara month to month (mtm) pada Juli. Ekspor komoditas tersebut pun kemudian memberikan andil sebesar 3,32 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia.

"Peningkatan nilai ekspor Juli secara bulanan (mtm) terutama didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, yaitu pada komoditas biji logam, terak, abu HS 26 yang naik sebesar 3.973,44 persen," kata Amalia, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis, (15/8/2024).

Nilai ekspor bijih logam Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 15 Agustus 2024, senilai USD17,39 juta pada Juni 2024. Kemudian pada Juli 2024, nilai ekspornya melonjak menjadi USD708,57 juta.

Pada Juli, ekspor biji logam didominasi oleh tembaga dan konsentratnya. Ekspor komoditas tersebut, disebutkan Amalia, naik USD693 juta dibandingkan bulan lalu. “Secara volume, ekspor komoditas ini juga naik 212,8 ribu ton,” katanya.

Pada kesempatan itu, Amalia juga mengatakan bahwa peningkatan yang impresif tersebut disebabkan oleh kebijakan relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang diberikan pemerintah kepada beberapa perusahaan tambang. Diketahui, ada dua perusahaan yang diberikan relaksasi tersebut. Yakni, Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral International.

Semula, izin ekspor konsentrat tembaga dua perusahaan itu berakhir pada pertengahan 2024. Namun, pemerintah kemudian memberikan relaksasi ekspor hingga akhir Desember 2024, sembari menunggu kedua perusahaan menyelesaikan smelter.

Amalia menjelaskan setelah Juni 2024 ekspor bijih logam sempat terhenti sama sekali. Ketika itu, menurut Amalia, beberapa perusahaan masih memproses perizinan perpanjangan relaksasi ekspor.

Keran ekspor pun baru kembali dibuka pada Juli 2024. Hal itu, kemudian menyebabkan nilai maupun volume ekspor melejit. "Setelah Juni 2024 tidak ada ekspor, nihil. Sebab, karena beberapa perusahaan masih memproses perizinan sehubungan dengan kebijakan perpanjangan relaksasi izin ekspor mineral logam untuk konsentrat tembaga," ujar dia.

Adapun negara tujuan utama ekspor biji logam, pada Juli 2024, adalah Jepang dengan 222,94 juta dolar AS, lalu Tiongkok dengan USD167,05 juta, dan juga India dengan USD139,91 juta.

 

Faktor Pendorong

Ada sejumlah faktor yang mendorong terjadinya kenaikan ekspor bijih logam. Antara lain, menurut Amalia, adalah peningkatan yang impresif tersebut disebabkan oleh kebijakan relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang diberikan pemerintah kepada beberapa perusahaan tambang. Diketahui, ada dua perusahaan yang diberikan relaksasi tersebut. Yakni, Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral International.

Semula, izin ekspor konsentrat tembaga dua perusahaan itu berakhir pada pertengahan 2024. Namun, pemerintah kemudian memberikan relaksasi ekspor hingga akhir Desember 2024, sembari menunggu kedua perusahaan menyelesaikan smelter.

Amalia menjelaskan setelah Juni 2024 ekspor bijih logam sempat terhenti sama sekali. Ketika itu, menurut Amalia, beberapa perusahaan masih memproses perizinan perpanjangan relaksasi ekspor.

Keran ekspor pun baru kembali dibuka pada Juli 2024. Hal itu, kemudian menyebabkan nilai maupun volume ekspor melejit. "Setelah Juni 2024 tidak ada ekspor, nihil. Sebab, karena beberapa perusahaan masih memproses perizinan sehubungan dengan kebijakan perpanjangan relaksasi izin ekspor mineral logam untuk konsentrat tembaga," ujar dia.

Selain itu, faktor pendorong lain adalah permintaan global yang meningkat seiring dengan pertumbuhan energi terbarukan dan kendaraan listrik. Selanjutnya, adanya kenaikan harga di pasar global yang mendorong eksportir menaikkan volume ekspor.

Lantas, apa strategi pemerintah dalam memacu ekspor bijih logam? Diketahui, selama ini pemerintah mendorong pembangunan smelter yang ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Pemerintah juga secara aktif menjalin kerja sama dan membuat perjanjian dengan negara-nega mitra dagang.

Selain itu, pemerintah juga mendiversifikasi tujuan ekspor untuk menjangkau negara-negara tujuan baru. Serta, melakukan pengawasan dari sisi kualitas dan standar produk yang akan diekspor.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari