Indonesia.go.id - Dongkrak Produksi, Insentif Didorong

Dongkrak Produksi, Insentif Didorong

  • Administrator
  • Sabtu, 28 September 2024 | 14:31 WIB
PRODUKSI MIGAS 2025
  Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) terus berupaya keras untuk mendorong optimalisasi produksi, minimal agar sesuai target RAPBN 2025. Sayangnya terdapat kendala utama dalam upaya meningkatkan produksi migas. Kendala tersebut datang dari sumur tua yang produksinya terus menurun. ANTARA FOTO
Kementerian ESDM merencanakan peluncuran skema baru bagi hasil minyak yang dikenal dengan "New Gross Split".

Dalam pidato penyampaian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, Presiden Joko Widodo mengumumkan target lifting minyak sebesar 600.000 barel oil per day (BOPD) dan lifting gas bumi sebesar 1,005 juta barel setara minyak per hari. Target ini lebih rendah dibandingkan target APBN 2024 yang dipatok 625.000 BOPD untuk minyak bumi dan 1,033 juta BOPD untuk gas bumi.

Target yang lebih rendah itu terutama disebabkan oleh penurunan produksi alamiah yang sulit dicegah. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memang terus berupaya menahan laju penurunan produksi minyak dan gas bumi (migas).

Salah satu strategi yang dilakukan adalah mendorong kontraktor untuk meningkatkan produksi, serta melakukan eksplorasi sumur-sumur migas baru. Berbagai kebijakan juga telah diluncurkan, termasuk insentif menarik bagi investor migas.

Kementerian ESDM bahkan merencanakan peluncuran skema baru bagi hasil minyak yang dikenal dengan "new gross split". Skema ini bertujuan menarik investasi baru dengan memberikan fleksibilitas lebih besar kepada kontraktor, termasuk peningkatan bagi hasil (split) yang lebih besar sesuai tingkat kesulitan eksplorasi.

Salah satu kendala utama dalam upaya meningkatkan produksi migas adalah banyaknya sumur tua yang produksinya terus menurun. Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) terus berupaya keras untuk mendorong optimalisasi produksi, minimal agar sesuai target RAPBN 2025.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto menyebutkan bahwa Pertamina menyumbang sekitar 60 persenĀ  dari total produksi minyak nasional, dengan blok Rokan di Riau menjadi penyumbang terbesar, yaitu 157 ribu barel per hari (BOPD). Pertamina Hulu Rokan ditargetkan akan meningkatkan kontribusinya menjadi 165 ribu BOPD pada 2025.

Reaktivasi Sumur Idle

Selain peningkatan produksi dari blok-blok yang aktif, pemerintah juga berfokus pada reaktivasi sumur dan lapangan yang idle (tidak aktif) serta pemanfaatan teknologi baru untuk meningkatkan laju produksi. Kerja sama teknologi dengan perusahaan migas Tiongkok, Sinopec, merupakan salah satu langkah yang dilakukan.

Teknologi peningkatan produksi dari Sinopec diharapkan dapat diterapkan pada lima lapangan migas Pertamina. Tim teknis dari Kementerian ESDM, SKK Migas, dan Pertamina telah melakukan evaluasi teknologi di Tiongkok. Dan pada September 2024, tim teknis Sinopec akan ke Indonesia untuk menguji coba teknologi tersebut di lapangan Pertamina.

Pemerintah juga terus mengawal peningkatan produksi dari proyek-proyek migas baru maupun yang sudah ada. Peraturan Menteri ESDM nomor 13/2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Migas Gross Split yang baru diterbitkan bertujuan untuk memperbaiki iklim investasi di sektor migas.

Skema gross split yang lama dinilai kurang fleksibel, sehingga ada opsi untuk kembali ke skema cost recovery di beberapa blok migas. Insentif bagi investor juga terus diperbaiki, termasuk melalui Keputusan Menteri ESDM nomor 199/2021 yang memberikan insentif yang lebih menarik di hulu migas.

Kini, bagi hasil migas untuk kontraktor bisa mencapai 50 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan skema sebelumnya yang hanya memberikan 15--30 persen. Strategi jangka menengah pemerintah dalam eksplorasi migas juga ditingkatkan melalui lelang blok-blok baru.

Dari lima blok yang dilelang pada tahap pertama 2024, tiga blok telah dievaluasi dan siap diumumkan. Sedangkan, dua blok lainnya masih dalam proses lelang. Pada lelang tahap kedua 2024, direncanakan minimal lima blok migas akan dilelang, termasuk area eksplorasi di Indonesia Timur.

Sebagai informasi, kini lapangan migas baru kebanyakan ditemukan di wilayah itu dan lapangannya lebih menantang. "Ketentuan bagi hasil yang lebih menarik hingga 50% ini menjadi sinyal positif untuk optimalisasi produksi dan iklim investasi yang lebih terbuka," ungkap Ariana Soemanto.

Penurunan target lifting migas dalam RAPBN 2025 mencerminkan tantangan besar yang dihadapi industri migas Indonesia, terutama akibat penurunan produksi dari sumur tua. Namun, pemerintah melalui Kementerian ESDM terus berupaya mendorong optimalisasi produksi melalui berbagai kebijakan insentif, teknologi baru, dan peningkatan daya tarik investasi.

Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi migas nasional demi memenuhi kebutuhan energi di masa depan.

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini

-->