Indonesia punya peluang besar di pasar seafood global. Pemerintah melalui KKP merevitalisasi 78 ribu Ha tambak Pantura direvitalisasi untuk pengembangan budidaya ikan Tilapia, ikan air tawar dengan nilai pasar global USD 23 miliar pada 2023.
Sebut saja ikan nila! Maka sebagian besar masyarakat akan menyatakan tahu jenis ikan yang juga disebut sebagai ikan mujaher itu. Lantas, bagaimana kalau disebutkan ikan tilapia? Ini kemungkinan sebagian masyarakat tidak tahu.
Begitulah faktanya. Padahal ikan tilapia itu, ya sama dengan ikan nila. Satu jenis ikan yang memiliki daging lembut dan menyimpan potensi ekonomi besar.
Tilapia merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki pertumbuhan cepat dan mudah dibudidayakan itu. Saat ini, kata Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono, saat berdialog dengan pengusaha tambak di Semarang, 28 Desember 2024, tilapia juga memiliki potensi besar untuk mendorong ketahanan pangan nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Nilai pasar global tilapia diperkirakan mencapai USD 23 miliar per tahun.
Upaya Besar Revitalisasi Tambak Pantura
Seiring dengan upaya pengembangan produksi tilapia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini fokus pada revitalisasi tambak di Pantai Utara (Pantura) Jawa, yang mencapai 78.550 hektare. Dari total tambak tersebut, sekitar 20.000 ha tambak yang masuk wilayah Kementerian Kehutanan. Luasan ini pula yang menurut Menteri Wahyu yang menjadi fokus utama revitalisasi tambak idle di Pantura, salah satunya untuk komoditas nila salin yang mampu hidup di air payau.
Langkah ini diharapkan mampu menghasilkan 4 juta ton tilapia per tahun, sekaligus memberikan dampak signifikan pada perekonomian lokal. Produksi tilapia juga akan didukung oleh program hilirisasi untuk mengolah ikan menjadi produk bernilai tambah, seperti fish ball, fillet, hingga produk siap saji.
Dalam mendukung hilirisasi tersebut, KKP mendorong keterlibatan industri pengolahan untuk menciptakan produk yang praktis dan menarik bagi konsumen domestik maupun internasional. “Dengan hilirisasi, kita bisa memastikan produksi ikan tidak akan kehilangan pasar,” tegas Menteri Wahyu.
Berdasarkan data ITC Trademap, nilai tilapia di pasar global menyentuh angka US$ 1,34 miliar pada 2023 dengan pasar utama Amerika Serikat (AS) (pangsa pasar 51,1 persen), Meksiko (11,3 persen), Pantai Gading (5,3 persen), Israel (4,6 persen) dan Kanada (3,6 persen).
Peluang pasar besar itulah yang ditarget KKP dengan cara melakukan peningkatan kualitas produksi dan pengolahan.
Bagian dari Ketahanan Pangan
Selain untuk ekspor, tilapia juga diharapkan menjadi bagian penting dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dengan kandungan protein tinggi, tilapia dapat menjadi alternatif sumber protein untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Menteri Wahyu menyatakan, “Program ini penting untuk meningkatkan ketersediaan dan asupan protein, yang kebutuhannya diprediksi meningkat hingga 70 persen dalam beberapa tahun ke depan.”
Melalui MBG, ia meyakini produksi ikan tidak akan kehabisan pasar seiring dengan meningkatnya kebutuhan protein dunia menjadi 70 persen menurut data FAO.
"Karena itulah satu-satunya menurut saya untuk meningkatkan protein, ketersediaan protein dan asupan protein kepada masyarakat. Dunia kebutuhannya terus meningkat dan prediksinya akan meningkat mencapai 70 persen protein," tutupnya.
Hingga 2024, produksi perikanan di Jawa Tengah, termasuk tilapia, mencapai 554,81 ribu ton dari sektor budi daya. Secara nasional, nilai ekspor produk perikanan mencapai USD 5,4 miliar pada periode Januari-November 2024, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumn
Melalui program revitalisasi tambak, hilirisasi, dan peningkatan kapasitas produksi, tilapia diharapkan menjadi ikon baru perikanan Indonesia. Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, tilapia tidak hanya akan menjadi sumber pendapatan, tetapi juga simbol keberhasilan Indonesia dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.(*)
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Rauf