Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, terus menegaskan komitmennya dalam membela Palestina, tidak hanya dalam kata, tetapi juga melalui aksi nyata.
Hubungan batin antara Indonesia dan Palestina bukan sekadar produk zaman modern. Palestina termasuk salah satu pihak pertama yang mendukung kemerdekaan Indonesia pada 1945, bahkan sebelum banyak negara lain melakukannya.
Sosok Mufti Besar Yerusalem, Syekh Muhammad Amin al-Husaini, tercatat sebagai tokoh yang menyuarakan dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui siaran radio di Timur Tengah.
Sejarah itulah yang menanamkan rasa utang budi dan solidaritas mendalam dari rakyat Indonesia terhadap Palestina. Tidak heran jika setiap kali konflik atau kekejaman terjadi di wilayah Palestina, suara lantang dari masyarakat Indonesia langsung menggema, "Kami bersama Palestina".
Dunia internasional menyaksikan tragedi kemanusiaan di Palestina dengan rasa duka, namun tidak semua bangsa memberikan respons yang sama. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, terus menegaskan komitmennya dalam membela Palestina, tidak hanya dalam kata, tetapi juga melalui aksi nyata.
Dari diplomasi hingga bantuan kemanusiaan, dari doa hingga donasi, persaudaraan Indonesia dan Palestina bukanlah relasi biasa. Relasi itu tumbuh dari sejarah, nilai, dan semangat perjuangan yang sama, yakni kemerdekaan.
Dukungan Indonesia terhadap Palestina bukan sekadar isu agama, melainkan bentuk komitmen konstitusional terhadap penjajahan di dunia. UUD 1945 secara eksplisit menyatakan bahwa "kemerdekaan adalah hak segala bangsa", dan bahwa "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan."
Karena itu, Indonesia secara konsisten tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel hingga Palestina merdeka sepenuhnya. Dalam berbagai forum internasional—PBB, OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), hingga GNB (Gerakan Non-Blok)—Indonesia selalu berdiri teguh membela hak-hak rakyat Palestina, termasuk mendukung solusi dua negara dan pengakuan penuh terhadap Negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Mengapa Palestina begitu dekat di hati masyarakat Indonesia? Jawabannya tidak hanya karena faktor keagamaan, tetapi juga karena Indonesia merasakan bagaimana pahitnya dijajah dan berjuang untuk merdeka.
Palestina adalah cermin dari perjuangan yang belum selesai, dan Indonesia melihat diri sendiri di masa lalu dalam sosok Palestina hari ini.
Persaudaraan ini juga diperkuat oleh nilai-nilai Islam, yang mengajarkan ummah untuk saling membantu. Namun pada intinya, ini adalah solidaritas antar manusia, antara dua bangsa yang percaya bahwa keadilan harus ditegakkan, dan penjajahan adalah musuh bersama.
Bantuan Nyata Indonesia
Pemerintah Indonesia telah berulang kali mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Palestina, khususnya saat krisis kemanusiaan memuncak akibat agresi militer Israel.
Baru saja, Pemerintah Indonesia menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa 10.000 ton beras kepada Palestina. Bantuan itu diserahkan langsung secara simbolis oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kepada Menteri Pertanian Negara Palestina Rezq Basheer-Salimia pada Senin (7/7/2025) di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan.
Mentan Amran mengungkapkan bahwa bantuan beras tersebut diberikan sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. “Atas arahan Bapak Presiden Republik Indonesia, beliau memberikan perintah pada kami untuk memberi bantuan pada saudara kita di Palestina 10.000 ton beras,” kata Mentan Amran.
Bantuan tersebut merupakan wujud nyata solidaritas Indonesia terhadap rakyat Palestina yang saat ini menghadapi tantangan berat akibat krisis kemanusiaan yang terus berlangsung ”Jadi ini adalah bentuk bantuan kemanusiaan kepada saudara-saudara kita di Palestina. Juga kita doakan supaya cepat merdeka, dan kita support pangannya,” ucap Mentan Amran.
Mentan Amran mengungkapkan bahwa pengiriman bantuan beras akan diserahkan kepada Duta Besar Palestina di Indonesia terkait penentuan waktu dan mekanisme pendistribusian. ”Bantuan akan dikirim tergantung Dubes Palestina yang ada di Indonesia. Kapan saja bisa dikirim, kami serahkan berasnya,” ungkapnya.
Menteri Pertanian Negara Palestina, Rezq Basheer-Salimia, menyampaikan apresiasi mendalam atas perhatian luar biasa dan konsistensi dukungan pemerintah Indonesia.
”Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada pemerintah Indonesia. Terima kasih telah mendukung Palestina di semua bidang, terutama atas dukungan terhadap hak rakyat Palestina,” ucap Basheer-Salimia.
Selain itu, dalam pertemuan bilateral tersebut, Indonesia juga menginisiasi pendirian Zona Investasi Solidaritas Palestina–Indonesia di sektor pertanian dengan mengalokasikan lahan seluas 10.000 hingga 15.000 hektare di Provinsi Sumatra Selatan. Zona itu diharapkan menjadi basis kerja sama jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan, mendorong pembangunan pedesaan, dan membuka peluang investasi pertanian yang saling menguntungkan.
Kedua pihak juga menandatangani Memorandum Saling Pengertian (MoU) Kerja Sama di Bidang Pertanian yang memperkuat hubungan strategis dan kemanusiaan antara kedua negara. MoU yang diteken antara kedua menteri mencakup berbagai aspek kerja sama, termasuk pengembangan produk-produk pertanian dan penguatan kapasitas di berbagai bidang dalam sektor pertanian, seperti industri benih, bioteknologi, manajemen agribisnis, alat dan mesin pertanian, cadangan pangan, serta bidang-bidang lain.
Basheer-Salimia menyampaikan harapan besar atas kerja sama pertanian yang dijalin dengan Indonesia melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Kementerian Pertanian RI. MoU ini menjadi tonggak penting di tengah situasi sulit yang melanda sektor pertanian Palestina akibat dampak konflik yang berkepanjangan.
“Kami menaruh harapan besar pada perjanjian ini, yang hadir di saat sektor pertanian Palestina sedang mengalami kondisi luar biasa. Kami berada di sini untuk mempererat ikatan persahabatan dan memperluas kerja sama antara kedua negara, khususnya di bidang pertanian," ujar Mentan Palestina.
Basheer-Salimia menilai bahwa kolaborasi ini menjadi peluang strategis untuk memperkuat ketahanan pangan di Palestina melalui kemitraan yang adil dan saling menguntungkan dengan Indonesia.
Kerja sama ini meliputi berbagai bidang penting, mulai dari pelatihan, pertukaran keahlian teknis, peningkatan perdagangan dan investasi, hingga fasilitasi akses pasar dan bantuan pangan. Untuk memastikan keberlanjutan implementasi, kedua negara juga akan membentuk Komite Teknis Pertanian Bersama.
Salah satu bentuk konkret kerja sama ini adalah alokasi lahan seluas 10.000 hingga 15.000 hektare di Provinsi Sumatra Selatan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendirikan Palestine–Indonesia Solidarity Investment Zone di sektor pertanian. Inisiatif ini bertujuan mendukung proyek bersama yang berfokus pada produksi pangan, pembangunan pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi.
Dalam kesempatan itu, Mentan Rezq secara khusus menyampaikan penghargaan atas konsistensi Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina, baik secara politik maupun kemanusiaan.
“Terima kasih kepada bangsa ini dan pemerintahnya atas sikap yang konsisten dan tak tergoyahkan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina di berbagai bidang, khususnya atas dukungannya terhadap hak rakyat Palestina untuk merdeka,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, menyambut baik kerja sama ini dan menekankan pentingnya memadukan kekuatan teknologi Palestina dengan potensi sumber daya Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan kedua negara.
“Palestina punya keunggulan di sektor hortikultura. Mereka memiliki banyak ahli water management, drip irrigation, dan teknologi pertanian modern yang sangat cocok untuk pengembangan hortikultura,” jelas Mentan Amran.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia siap menyinergikan keunggulan tersebut dengan kekuatan nasional di bidang produksi, varietas unggul, serta luasnya ketersediaan lahan pertanian.
“Kita memiliki sumber daya yang melimpah dan lahan yang luas. Maka kita sinergikan. Palestina siapkan teknologinya seperti alat, mesin, green house, dan sistem irigasi,” imbuhnya.
Mentan Amran juga menekankan bahwa kerja sama ini membuka peluang ekspor komoditas pertanian Indonesia ke Palestina.
“Kalau memungkinkan, kita kirim juga produk unggulan kita ke Palestina. Produktivitas padi kita cukup tinggi, sementara di Palestina sedang terjadi pergeseran pola konsumsi dari gandum ke beras. Ini adalah momentum yang tepat,” tegasnya.
MoU itu diharapkan dapat menjadi dasar yang kuat bagi kerja sama jangka panjang dalam membangun pertanian yang modern, inklusif, dan berkelanjutan di kedua negara, sekaligus memperkuat solidaritas yang selama ini telah terjalin erat antara Indonesia dan Palestina.
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) menyampaikan apresiasi kepada Menteri Pertanian atas langkah konkret mengirimkan 10.000 ton beras ke Palestina sebagai wujud solidaritas kemanusiaan.
Bantuan itu menunjukkan bahwa Indonesia hadir di panggung global, tidak hanya dengan suara diplomasi, tetapi juga dengan aksi nyata yang menyentuh kebutuhan paling mendasar yaitu pangan.
Namun dalam apresiasi tersebut, PP KAMMI juga memberikan catatan kritis, bahwa diplomasi pangan tidak boleh berhenti pada seremoni. Ia harus berakar pada kedaulatan pangan nasional dan diarahkan untuk membangun keadilan pangan global.
“Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Menteri Pertanian atas kebijakan yang tepat sasaran ini. Tapi bantuan pangan bukan sekadar gestur simpati. Ini adalah strategi. Jika Indonesia mampu membantu bangsa lain yang tertindas, itu harus menjadi bukti bahwa kita benar-benar berdaulat dan siap memimpin diplomasi pangan dunia,” ujar Aulia Furqon, Ketua Bidang LHKP PP KAMMI.
Furqon menekankan bahwa situasi pangan di Palestina bukan semata akibat bencana atau kelangkaan alamiah, melainkan hasil dari kolonialisme sistematis yang menindas akses masyarakat Palestina terhadap tanah, air, dan infrastruktur pertanian. Dalam konteks ini, Indonesia tidak hanya perlu mengirimkan bantuan, tetapi juga menginisiasi kerja sama jangka panjang berbasis penguatan sektor pertanian Palestina.
“Memberi makan hari ini adalah bentuk kepedulian. Tapi membantu mereka bisa menanam esok hari adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan. Dan itulah wajah sejati diplomasi pangan,” lanjut Furqon.
PP KAMMI juga menekankan pentingnya pengelolaan cadangan pangan nasional secara transparan, agar kebijakan bantuan luar negeri tidak mengorbankan ketahanan pangan domestik. Kementerian Pertanian, bersama Bulog dan Bapanas, diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara komitmen global dan keberlangsungan pangan nasional.
Lebih dari itu, PP KAMMI mendorong Menteri Pertanian untuk memanfaatkan momentum ini sebagai langkah awal menuju pembentukan poros diplomasi pangan Indonesia, dengan menjadikan teknologi pertanian, riset benih unggul, dan pelatihan SDM sebagai instrumen kerja sama internasional terutama dengan negara-negara yang mengalami krisis akibat konflik dan perubahan iklim.
“Indonesia tidak cukup hanya dikenal sebagai negara agraris. Kita harus menjadi negara agrikultural yang berpengaruh. Pemimpin dalam produksi, dalam inovasi, dan dalam keadilan. Diplomasi pangan adalah alat, dan kedaulatan adalah pijakannya,” tegas Aulia.
Sebagai organisasi kepemudaan yang berkomitmen terhadap ketahanan pangan dan keadilan global, PP KAMMI menyatakan kesiapan untuk ikut terlibat dalam inisiatif kemanusiaan berbasis pertanian, baik dalam bentuk edukasi publik, advokasi kebijakan, hingga kolaborasi lintas negara dan institusi.
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) melalui Bidang Buruh Tani dan Nelayan menyatakan dukungan penuh terhadap langkah strategis Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang mengirimkan 10.000 ton beras untuk rakyat Palestina.
Langkah ini dinilai sebagai wujud nyata solidaritas bangsa Indonesia terhadap krisis kemanusiaan yang sedang melanda Palestina, sekaligus bukti bahwa ketahanan pangan nasional yang dibangun dari kerja keras para petani kini telah memberikan manfaat global.
“Ini bukan hanya bantuan pangan, tetapi juga simbol keberpihakan Indonesia terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Di tengah blokade dan penderitaan yang panjang, beras dari petani Indonesia adalah wujud empati dan kekuatan solidaritas,” ujar Ali Musta’in, Bidang Buruh Tani dan Nelayan DPP IMM, dalam keterangannya.
DPP IMM juga memberikan apresiasi khusus kepada Menteri Pertanian RI, Dr. H. Andi Amran Sulaiman, yang dinilai berhasil mengarahkan kebijakan pertanian secara progresif dan berpihak pada rakyat. Keberhasilan sektor pertanian dalam menjaga pasokan dan produktivitas pangan telah memungkinkan Indonesia untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga ikut berperan dalam isu-isu global kemanusiaan.
“Di bawah kepemimpinan Menteri Bapak Amran, pertanian Indonesia terbukti tangguh dan berdaya saing. Surplus beras nasional menjadi kekuatan strategis yang kini bisa diubah menjadi diplomasi pangan bagi rakyat Palestina,” tambah Ali.
DPP IMM menegaskan bahwa pertanian adalah pilar strategis bangsa dan perlu terus diperkuat sebagai sumber kedaulatan dan kepedulian global. Langkah Kementerian Pertanian dalam pengiriman beras ini dinilai sebagai cerminan baik dari kemajuan sektor pertanian yang membawa Indonesia tampil sebagai bangsa yang peduli dan hadir di tengah krisis dunia.
“Dari sawah Indonesia, lahir solidaritas untuk dunia. Dari petani Indonesia, lahir kekuatan untuk perdamaian.”
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, K.H. Muhammad Cholil Nafis mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang akan mengirim bantuan beras sebanyak 10.000 ton ke Palestina. Menurutnya, bantuan tersebut sangat tepat terutama sebagai bentuk kemanusiaan atas penderitaan umat muslim di sana.
“Saya mengapresiasi dukungan Mentan Amran mewakili pemerintah Indonesia atas bantuan beras 10.000 ton beras kepada rakyat palestina,” ujar Kyai Cholil Nafis.
Kyai Cholil mengatakan bahwa bantuan beras untuk Palestina merupakan komitmen kuat terhadap dukungan kemerdekaan Palestina atas kekejaman Zionis terhadap kemanusiaan di Gaza. Dia berharap, bantuan tersebut segera sampai ke tangan rakyat Palestina yang kelaparan.
“Saya berharap bantuan ini segera sampai ke Palestina, khususnya di Gaza yang sekarang sedang mengalami kelaparan,” katanya.
Ditambahkan Kyai Cholil, keputusan cepat pemerintah RI dalam mengirim bantuan beras adalah bukti nyata bahwa Indonesia terus berada di barisan rakyat Palestina yang kini memerlukan bantuan pangan “Langkah yang sangat bagus dan tepat sekali,” jelasnya.
Sebelumya, dalam pertemuan bilateral kedua negara, Indonesia menginisiasi pendirian Zona Investasi Solidaritas Palestina–Indonesia di sektor pertanian dengan mengalokasikan lahan seluas 10.000 hingga 15.000 hektare di Provinsi Sumatera Selatan. Zona ini diharapkan menjadi basis kerja sama jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan, mendorong pembangunan pedesaan, dan membuka peluang investasi pertanian yang saling menguntungkan.
Selain itu, kerjasama ini juga berkaitan dengan penguatan aspek pengembangan industri benih, bioteknologi, manajemen agribisnis, alat dan mesin pertanian, cadangan pangan, serta bidang-bidang lain.
Dari Jakarta ke Gaza, Jarak Hati Tak Pernah Jauh
"Ketika dunia masih ragu akan kemerdekaan kami, Palestina adalah salah satu yang pertama mengakui". Kalimat itu bukan hanya narasi nasionalisme, melainkan fakta sejarah. Syekh Muhammad Amin al-Husaini, Mufti Besar Yerusalem, menyuarakan dukungan bagi Indonesia pada 1945, bahkan sebelum banyak negara tetangga menyatakan sikap. Di tengah perjuangan kemerdekaan, suara dari Timur Tengah itu menyemai harapan: bahwa Indonesia tidak sendiri.
Sejak itu, hubungan emosional dua bangsa ini tidak pernah padam. Bahkan saat diplomasi formal belum bisa dijalin, ikatan batin itu tumbuh—di sekolah, di khutbah Jumat, di mural jalanan, di doa-doa.
Malam itu, langit Jakarta cerah. Di masjid-masjid, suara takbir dan doa mengalun perlahan. Sementara itu, ribuan kilometer jauhnya di Gaza, suara ledakan menggema. Debu beterbangan. Anak-anak berlari mencari perlindungan. Sebuah dunia yang kontras, namun tetap terhubung oleh eratnya persaudaraan.
Di salah satu sudut mushola kecil di Yogyakarta, seorang anak lelaki menyisihkan uang jajan untuk sedekah Palestina. Di pinggiran Aceh, sekelompok santri menggelar pengajian khusus untuk mendoakan keselamatan warga Gaza. Sementara itu, di perbatasan Rafah, relawan Indonesia mengangkat kardus bantuan bertuliskan "Dari Rakyat Indonesia untuk Palestina".
Dari tindakan-tindakan kecil hingga kebijakan negara, Indonesia dan Palestina terikat bukan hanya oleh sejarah, tapi oleh nilai—keadilan, kemanusiaan, dan cinta pada kebebasan.
Indonesia terus bermimpi akan hari ketika Palestina merdeka, ketika anak-anak Gaza bisa bersekolah tanpa suara drone dan sirene serangan, ketika keluarga bisa hidup tanpa ketakutan. Indonesia tidak hanya berdiri sebagai simpatisan, tetapi sebagai sahabat yang berjuang bersama.
Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa selama Palestina belum merdeka, Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ini bukan sekadar simbol, melainkan bentuk komitmen politik yang tak tergoyahkan.
Persaudaraan Indonesia dan Palestina adalah kisah tentang nilai, sejarah, dan komitmen yang terus menyala. Di tengah dunia yang semakin terpecah oleh kepentingan politik dan ekonomi, kisah ini menjadi bukti bahwa masih ada bangsa yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan solidaritas.
Indonesia dan Palestina mungkin dipisahkan oleh ribuan kilometer, tetapi keduanya disatukan oleh satu kata yang tak mengenal batas, yakni persaudaraan.
Penulis: Ismadi Amrin
Redaktur: Untung S
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://www.infopublik.id/kategori/sorot-sosial-budaya/928112/simfoni-solidaritas-persaudaraan-tak-berbatas-indonesia-palestina-lewat-10000-ton-beras