Indonesia.go.id - Anak-Anak Lumajang Menabung Mimpi dari MBG

Anak-Anak Lumajang Menabung Mimpi dari MBG

  • Administrator
  • Jumat, 19 September 2025 | 18:28 WIB
MAKAN BERGIZI GRATIS
  Siswa SDN Paguwon 02, Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur saat mulai menyantap makanan MBG. Kabupatenn Lumajang mulai mengoperasi 6 SPPG dari total 71 unit SPPG yang direncanakan tahun ini. (Foto: Agus Siswanto/InfoPublik)
Program MBG di Lumajang dirancang tidak hanya sekadar memberi makan, tetapi juga memberi ruang partisipasi anak-anak. Mereka bebas menuliskan menu impian di secarik kertas untuk kemudian disesuaikan dapur SPPG.

Di balik meja kayu sederhana di kelas VI SDN Pagowan 02, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, secarik kertas kecil terlipat rapi terselip di rantang makan siang.

Bukan sekadar catatan biasa, melainkan daftar menu yang diinginkan anak-anak untuk esok hari. Ada yang menulis “ayam crispy”, ada yang menuliskan “burger”, bahkan ada yang hanya menggambar ikan goreng kesukaannya.

Bagi mereka, itulah cara sederhana untuk menyuarakan selera, agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

Bagi Aldo Romadona (12), program MBG punya arti lebih dari sekadar makan siang gratis. Setiap pagi, ia berangkat sekolah diantar kakaknya dengan sepeda motor. Sarapan nyaris tak pernah ia lakukan.

Namun sejak sekolah menyediakan MBG, Aldo menemukan alasan untuk tersenyum. “Saya senang karena bisa sarapan gratis,” katanya lirih. Uang jajannya yang biasa Rp5.000–Rp10.000 kini bisa ditabung. "Sisanya saya tabung, buat beli sepeda," ujarnya, sebelum matanya berkaca-kaca mengenang sang ayah yang belum lama berpulang.

Kawan sekolah Aldo, Belva Fairuz Zahara Aditya (11) juga punya cerita serupa. Murid kelas V SDN Pagowan 02 ini sering terlupa sarapan meski bangun sejak pukul 05.00. Kehadiran MBG membuatnya lebih semangat ke sekolah. "Makanannya enak-enak. Ayamnya aku suka. Awalnya aku enggak suka susu putih, sekarang suka," ujarnya wajah polos. Meski memiliki alergi pada ayam dan telur Belva tetap bisa menikmati menu pengganti yang disiapkan dapur sehat.

Sementara itu di SDN Pagowan 01, Kecamatan Pasrujambe, Aprilia Mulyawati (12) mengaku lebih berani melangkah ke sekolah tanpa rasa lapar. "Kalau pagi saya nggak pernah sarapan, jadi nunggu makanan MBG di sekolah. Menu-nya enak-enak, ada anggur hijau, susu, sayur, ayam, sama tahu," ucapnya. Aprilia yang sebelumnya sering jajan cilok atau sempol kini bisa menyisihkan uang jajannya untuk keperluan lain.

Ia bahkan berterima kasih langsung kepada Presiden Prabowo Subianto: "Makanannya enak, bikin kenyang perut. Semoga teman-teman saya juga bisa dapat MBG, terima kasih Bapak Presiden Prabowo."

Suara Anak Jadi Panduan Menu

Program MBG di Lumajang dirancang tidak hanya sekadar memberi makan, tetapi juga memberi ruang partisipasi anak-anak. Mereka bebas menuliskan menu impian di secarik kertas untuk kemudian disesuaikan dapur SPPG.

"Kami ingin anak-anak merasa didengar. Rata-rata mereka menyukai ayam goreng, maka kami olah menjadi nugget, katsu, atau ayam goreng sehat. Rasanya tetap enak, tetapi tetap memenuhi standar gizi," kata Bupati Lumajang, Indah Amperawati, saat ditemui di Pendopo Arya Wiraraja, Lumajang, Selasa (16/9/2025).

Menurutnya, pendekatan itu membuktikan bahwa pelayanan publik bisa berjalan dengan prinsip humanis, adaptif, dan partisipatif. Anak-anak bukan hanya penerima program, tetapi juga subjek yang memberi masukan. "Dengan mendengar mereka, anak-anak menjadi bagian dari penyempurnaan program," tegasnya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang terus mempercepat pembangunan 73 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai terobosan untuk memperluas akses gizi seimbang agar terwujud generasi sehat dan bebas stunting di wilayah tersebut. Sebanyak 61 SPPG sudah mendapatkan izin, dan sebanyak 6 unit sudah beroperasi. 

Seturut demikian, untuk memastikan keberlanjutan, Pemkab Lumajang mengintegrasikan MBG dengan Program Pekarangan Sehat (PESAT). Setiap keluarga diajak menanam sayuran, buah, hingga memelihara ayam di pekarangan rumah.

“PESAT adalah jawaban atas tantangan besar kita. MBG membutuhkan ketersediaan pangan yang berkesinambungan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pasar, tetapi harus memperkuat produksi dari pekarangan sendiri,” jelas Indah.

Melalui PESAT, anak-anak terbiasa makan sehat di sekolah dan tetap mendapat asupan bergizi di rumah. Surplus produksi bahkan dapat menopang dapur sekolah maupun posyandu, menciptakan siklus ekonomi desa yang berputar. PKK menjadi motor penggerak dengan melibatkan ibu-ibu hingga kelompok dasawisma.

Mesin Gizi dari Desa

Di Kecamatan Pasrujambe, peran besar dipegang Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) An Naashiri Karanganom. Setiap hari, unit ini mampu menyalurkan 3.500-4.000 porsi makanan bergizi untuk 44 sekolah. Termasuk nantinya distribusi untuk ibu hamil, balita, dan ibu menyusui. Sekitar 80 persen bahan baku berasal dari petani lokal, mulai dari beras, sayur, pisang, hingga ikan lele.

"Program ini tidak hanya soal kesehatan, tetapi juga menggerakkan ekonomi desa," ujar Novi Sanjaya, perwakilan Yayasan Pemuda Nuswantara Sejahtera selaku pengelola SPPG.

Proses produksi di dapur sehat dijalankan dengan standar ketat. Ahli gizi dilibatkan untuk merancang menu sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak, melatih tenaga dapur, hingga memastikan makanan bebas santan, sambal, dan MSG. Bahkan, mereka merancang sendiri mesin pencuci nampan/ompreng atau food tray usai dikembalikan dari sekolah-sekolah.

Sampah-sampah sisa makanan dari MBG ini juga turut diolah menjadi kompos (pupuk organik). Dengan begitu, MBG di Lumajang meski baru diluncurkan 25 Agustus 2025 sudah menerapkan sirkular ekonomi.

Bagi Novi Sanjaya manajemen waktu amat penting dalam penyaluran MBG. Hitungan detik, menit dan jam setiap proses produksi di SPPG diawasi ketat. Tidak ada toleransi terlambat, termasuk memastikan setiap item di nampan makan lengkap.

"Bagi anak-anak, keadilan distribusi juga sangat penting. Kalau ada yang tidak kebagian susu kotak, mereka bisa menangis. Makanya ada tim yang cepat menangani hal itu. Karena itu, respons cepat jadi kunci," imbuh Novi.

Membentuk Ekosistem

Capaian MBG di Lumajang merupakan salah satu bagian dari program prioritas nasional. Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat perkembangan signifikan. Kepala BGN Dadan Hindayana mengungkapkan bahwa hingga 15 September 2025, ada 8.018 SPPG yang sudah beroperasi di 38 provinsi, 509 kabupaten, dan 7.022 kecamatan. Angka itu naik 565 unit dibanding sepekan sebelumnya.

"Namun, masih ada lima kabupaten yang belum terjamah Program MBG, seperti Pegunungan Arfak di Papua Barat dan Mahakam Ulu di Kalimantan Timur," ujarnya dalam RDP dengan Komisi IX DPR RI, Senin (15/9/2025).

Sedikitnya penerima manfaat MBG sejak digulirkan Januari 2025, sudah menembus 20 juta siswa. Presiden Prabowo Subianto berharap agar BGN serta instansi terkait dapat mendorong capaian penerima manfaat hingga 82,9 juta dengan serapan anggaran mencapai Rp13,2 triliun pada Agutus lalu, melampaui target yang dicanangkan Rp9 triliun.

Dari potret di Lumajang ini, program MBG mulai membentuk ekosistem baru: anak-anak lebih sehat, orang tua lebih ringan bebannya, petani lebih sejahtera, dan dapur sehat sekolah jadi ruang belajar partisipasi publik.

Di kelas, secarik kertas kecil berisi menu impian atau mimpi membeli sepeda mungkin tampak sederhana. Namun di baliknya, ada pelajaran besar tentang bagaimana negara hadir, memberi gizi, harapan, dan kesempatan bagi generasi masa depan.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Untung S

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/prioritas-nasional/938090/anak-anak-lumajang-menabung-mimpi-dari-mbg

Berita Populer